Hattori Kazuha. Seorang gadis yang diberi 'kutukan' serta terlibat dengan semua hal. Bepergian dari masa ke masa, hanya untuk memberi karma bagi para pendosa.
Kini, ia sudah terlampau lemah. Namun, sang pendosa terberat belum juga ia berikan karma...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
───────────────────
"Nii-sama, bisa bantu aku menggambar? Aku mau menggambar Sukuna!"
Ucapan seorang gadis berumur 4 tahun dengan rambut hitam dan mata merah itu dengan ceria. Di tangan mungilnya terdapat beberapa lembar kertas gambar, pewarna serta pensil.
Sedangkan seorang pemuda berusia sekitar 11 tahun dengan rambut cokelat, dahi yang memiliki tato seperti bunga itu mengernyit mendengar nama asing yang diucapkan adik kecilnya.
"Sukuna? Siapa itu?" Tanya pemuda itu, yang diketahui merupakan kakak dari sang gadis. Terlihat sang adik yang kesulitan menjawabnya.
"Eh, etto- dia temanku.. aku mengenalnya lewat mimpi! Tapi aku tidak ingat terlalu jelas sih.. hehe." ucapnya sambil tertawa cengengesan di akhir. Sang kakak yang tidak lagi curiga pun tersenyum.
"Yaudah, ayo. Sini pensilnya." ucap sang kakak dengan lembut kepada adiknya. Mereka berdua menggambar di teras rumah tradisional milik keluarga Hattori.
Awalnya semua baik baik saja. Hingga suara asing melewati telinga sang adik. Sontak dia memegang telinga nya yang berdengung.
"Aka.. aku.. Kaz.."
"Ah!" Ringis adiknya membuat sang kakak khawatir. "Kau tak apa apa, Kazuha?!" Tanyanya panik. "Su-suara itu.."
"Suara?" Tanya kakaknya lagi, heran, sedari tadi dia tidak mendengar suara apapun selain suara sang adik yang bereksperimen dengan pensil warna.
Belum sempat sang adik menjawab, 'suara' itu kembali berdengung dengan lebih jelas.
"Kau.. bunuh.. aku... kan?"
"Argh!" Racau adiknya lagi. Karena suara itu berdengung keras di kepalanya, ia menjadi sangat pusing saat ini.
"Itu.. pas.. Su.. una.."
Tepat setelah suara wanita yang mengucapkan beberapa kata yang tidak jelas, gadis berumur 4 tahun itu jatuh pingsan. Satu-satunya hal yang dapat dilihatnya sebelum pingsan, hanyalah wajah sang kakak yang khawatir.
Dan mata dengan pupil kucing itu pun kini menutup rapat— dalam jangka waktu yang sangat lama.