xiv.

94 20 0
                                    


happy reading!

.

.

.

"Lagi ngapain hyung? Kayaknya sibuk bener."

"Bentar lagi lebaran jae, jadi Hyung mau nyiapin bakal keperluan lebaran," jawab Hyunsuk

Ya karena 11 hari lagi lebaran, jadi Hyunsuk sudah mau menyiapkan keperluannya dari sekarang. Mulai dari aneka kue kering, ketupat, zakat, minuman, thr, dan lain lain. Untuk masalah opor ayam, itu akan menjadi urusan Mashiho dan Doyoung nantinya.

Dan masalah baju lebaran itu akan menjadi urusan Hyunsuk. Sudah hampir bertahun-tahun baju lebaran Hyunsuk yang belikan.

Tanya mereka sempat menolak karena takut dicap terus merepotkan, tapi kata Hyunsuk 'gue ngga merasa di repotin sama kalian, jadi terima aja pemberian gue. Gue merasa udah kayak orang tua sambung kalian, jadi gue bertanggung jawab untuk itu,' begitu

"Hyung kenapa ngga beli sendiri sendiri aja sih baju lebarannya? Sebagian kan udah pada punya penghasilan, termasuk jae juga."

"Biar penghasilan mereka buat masa depan mereka aja, kalau urusan yang lain biar gue yang tanggung jawab," jawab Hyunsuk tanpa menoleh sedikitpun kearah Jaehyuk

"Baik banget sih lo hyung? Kalau orang tua hyung masih ada dan ngeliat kelakuan anaknya yang bener bener sebaik ini, pasti bakalan bangga banget."

Dia tersenyum getir.

Memang benar apa yang dikatakan Jaehyuk, orang tuanya pasti bangga dengan dirinya yang sekarang. Andai aja mereka masih hidup.

"Maaf gara gara jae, hyung jadi sedih."

Dia tersenyum sambil memandangnya menundukkan wajahnya hingga benar benar menyentuh lutut "it's okay jae, i'm fine, Hyung cuma sedih sebentar aja kok."

"Gwaenchanha hyung, jae siap kok jadi pundak bersandar dan rumah untuk Hyung berteduh."

"Ah... Gomawo."

"Hyung pokoknya jangan merasa sendiri okay? Meskipun orang tua Hyung udah ngga ada, hyung masih bisa mendapatkan kasih sayang dari kita semua," ucapnya sambil tersenyum. Senyuman itulah yang sering Jaehyuk berikan sebagai tanda kasih sayangnya pada semua orang

Hyunsuk sempat heran dengan Jaehyuk, bagaimana ia bisa terlalu ceria walaupun masa lalunya terdengar lebih buruk dari cerita masa lalunya Hyunsuk.

Setidaknya Hyunsuk harus bersyukur karena pernah melihat wajah orang tuanya walaupun tak selama yang ia harapkan, sedangkan Jaehyuk? Ia sama sekali tak pernah melihatnya, bahkan mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya pun tidak.

"Jae, kenapa lo selalu terlihat bahagia? Padahal kan masa lalu lo itu terdengar lebih pahit, kenapa lo bisa setegar ini? Sedangkan aja kalau gue ada diposisi lo pasti gue udah rapuh banget."

Dia hanya tersenyum untuk itu.

.

.

.

"Jalan kaki aja ya? Lumayan ngurangin polusi udara," ucap Hyunsuk dan semua hanya mengangguk

Hari ini mereka akan pergi kesebuah mall terdekat dari perumahan mereka. Mereka akan berbelanja baju lebaran sebanyak 2 setel, mereka akan membeli baju dengan model yang sama.

Pertama baju Koko lengkap dengan dengan peci dan sarung juga. Yang kedua baju yang santai aja and gak terlalu ribet, asal cocok aja buat dipake di lebaran nanti.

"Totalnya jadi 10 jt," Hyunsuk hanya tersenyum seperti orang yang mendapat lotre saat mendengar total belanjaannya

"Hyung, lo gila ya? Masa lo malah senyum senyum sih? Mungkin emak emak udah dead kali kalau liat totalnya," Jihoon setengah berbisik

"Sorry ji, gue bukan emak emak," jawab Hyunsuk sambil menepis tangan Jihoon yang entah sejak kapan sudah ada bertengger dipundaknya

"Hyung... Bayar sendiri sendiri aja ya? 10 jt itu bukan nominal yang sedikit hyung."

"Tenang chi, selama gue masih hidup, gue bisa kok jamin kebutuhan kalian," ucapnya sambil memberi kartu atm ke mba kasir

"Terimakasih, belanja lagi ya gantengnya aku," mba kasir memilin ujung rambutnya sambil tersenyum genit

"Mba kasirnya kok genit sih? Emangnya baru pertama kali ya liat cowok ganteng?" Celetuk Junghwan

Mampus! Anak kecil gak mungkin bohong, 'kan?

.

.

.

"Asa... Kapan ya jae bisa ketemu mama sapa papa? Jae kan pengen banget ngerasain kasih sayang mereka. Terus kenapa mereka buang jae? Apa jae gak diharapkan buat dateng di kehidupan mereka? Kalau iya, kenapa?"

Siapa bilang Jaehyuk bisa tegar? Siapa bilang Jaehyuk bisa kuat menghadapi ini semua? Sesungguhnya ia juga sama seperti yang lain, ingin menyerah tapi bukan saatnya.

Ia mengeluh hanya pada Allah dan Asahi karena menurutnya merekalah yang lebih mengerti Jaehyuk. Sebenernya dia tak sekuat yang kita bayangkan. Dia juga manusia, ia juga mempunyai perasaan, ia juga bisa rapuh sewaktu waktu, bahkan ia juga bisa menangis sehancur hancurnya.

Tapi Jaehyuk tidak ingin melakukannya, ia tidak ingin semua orang merasakan kesedihannya.

Cukup Allah saja yang tau bagaimana doa berserta tangisnya pecah bersamaan dimalam hari. Orang lain tidak boleh mengetahuinya. Mereka hanya perlu tau ceritanya, kesedihannya jangan.

Terkecuali Asahi, karena sang empu melarang keras untuk sang sahabat tak menceritakan keluh kesahnya pada dirinya

"Jae yang sabar ya, ini semua udah takdir Allah."

"Jae tau itu takdir Allah, tapi jae juga pengen ketemu sama mereka. Jae pengen minta maaf sama mereka, bentar lagi kan lebaran."

"Jae, Allah ngga mungkin tidur, Allah pasti denger doa jae, asa yakin kok kalau suatu saat nanti bakalan ada keajaiban. Karena Allah akan selalu memberikan keajaiban pada hambanya yang mampu menghadapi segala cobaan yang diberikannya dengan sabar dan juga ikhlas."

"Ah, jinjja?"

Asahi mengangguk "mungkin kalau lebaran tahun ini ngga ketemu mereka, mungkin lebaran selanjutnya, kan?"

"Pokoknya jae harus banyak banyak berdoa dan jae jangan pernah khawatir tentang kasih sayang, kan ada kita dan Allah yang akan selalu menyayangi jae."

"Makasih hi-kun," secara tak sengaja air matanya mulai menetes berhamburan di pipi chubby nya

"Butuh sandaran?" Tanya Asahi dan setelahnya Jaehyuk menaruh kepalanya di pundak Asahi

"Boleh nangis asal jangan lama lama, keep strong boy!"

tbc.

don't skip vote and comment after reading this stories, thank you!

─ june 24, 2022.

‎ ‎‎𝒊‎. ‎ puasa  :  treasure Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang