xxix.﹙back to korea﹚

44 14 0
                                    


happy reading!

.

.

.

13 anak tengil itu memutuskan untuk pulang ke negara asal. Liburan kali ini rasanya menjadi sia sia karena adanya pertengkaran kedua hyung nya itu. Mereka tidak tau lagi harus berbuat apa supaya keduanya itu kembali berbicara.

Mereka terus saja membisu meskipun keduanya duduk di kursi yang sama. Mereka terlalu sibuk dengan aktivitasnya masing masing, tapi lebih tepatnya sok sibuk.

Setelah beberapa saat Hyunsuk bergelut dengan pikirannya yang kacau, ia memutuskan untuk pindah tempat duduk. Ia tau, saat ini pasti Jihoon sedang tidak mau diganggu, maka dari itu dia memilih untuk duduk menyendiri di kursi paling pojok.

Ia kini masih merasakan sakit dari telapak tangannya itu, bahkan sampai sekarang luka itu tak kunjung mendapatkan pengobatan yang tepat, lebih tepatnya disengaja dibiarkan tak terurus oleh sang pemilik tangan tersebut.

Sebuah suara yang menginterupsi Hyunsuk, yang membuat lamunannya buyar seketika.

"Hyung, ben boleh kan ikut duduk?" Hyunsuk pun mengangguk singkat, namun mulutnya sama sekali tak ada pergerakan untuk sekedar menjawab seruan Yoonbin tersebut "coba liat sini tangannya."

"Kenapa belum diobatin coba? Bukannya waktu itu kita semua ke rumah sakit ya, kenapa nggak sekalian minta penanganan dokter aja? Kalau luka dibiarin kayak gini apalagi apalagi sampai gak dibersihin, nanti bisa infeksi lo!" Cecar Yoonbin berapi api, netra nya tetap terfokus pada tangan mungil yang berada di genggamannya

"Izinin gue buat obati luka lo ya?" Izin Yoonbin sebelum ia beranjak dari tempat duduk Hyunsuk

Yoonbin sudah kembali dengan p3k ditangannya. Ia terus saja mengoceh selagi tangannya telapak tangan Hyunsuk dan tentu saja Hyunsuk kaget akan hal itu.

Yoonbin yang Hyunsuk kenal sangat tidak banyak bicara dan terkesan cuek. Tetapi Yoonbin yang berada dihadapannya cenderung lebih banyak bicara dan lebih banyak tingkah, gak kayak biasanya.

"Nah selesai juga," seru Yoonbin setelah selesai membatu Hyunsuk mengobati lukanya

Hyunsuk mulai memperhatikan tangannya yang dibaluti oleh perban tersebut, tangannya kini sudah tidak seperti tadi yang terlihat begitu mengerikan jika diperhatikan lebih lama. Ia bersyukur, karena saat ini masa ada orang yang perduli terhadapnya.

"Makasih."

Yoonbin mengangguk, tapi mulutnya kini telah bersiap untuk berbicara kembali "alah lo kayak sama siapa aja, pake bilang terimakasih segala. Lo gak perlu bilang makasih, alay tau!"

"Hyung, baikan gih sama Jihoon. Masa udah tua masih aja berantem, kek bocah bae," ucapan Yoonbin ada benarnya juga, tapi Hyunsuk bingung gimana

"Tapi... Gue gak tau harus memulai dari mana..."

"Lo bisa memulai dari memberi sesuatu yang dia suka."

"Ta─







gak ada tapi tapian Hyung! Nih gue ada sesuatu, gue yakin dia pasti suka," Yoonbin menyerahkan sebungkus ice cream yang tidak akan mungkin orang tolak bila ditawari

Tapi Hyunsuk sempat bingung, dari mana Yoonbin mendapatkan barang tersebut? Sedangkan mana ada mamang gerobakan yang berjualan yang berjualan di pesawat.

Ia tadinya ingin bertanya, akan tetapi bocah cuek yang telah berubah itu sudah pergi, bahkan ice cream yang Yoonbin berikan sudah tidak mengeras seperti tadi, sedikit encer tapi tidak terlalu encer.

Ia pun bergegas kembali ketempat duduk Jihoon sebelum ice cream ditangannya benar benar mencair.

"Ji, gue mau minta maaf! Gue lupa kalau lo paling gak bisa dibentak dan gue juga minta maaf gara gara marah marah gak jelas dan gak ngertiin perasaan lo. Dan maafin gueー








gue udah maafin lo kok," bibir Jihoon mulai terangkat sempurna setelah ia menyelesaikan kalimatnya, senyuman itulah yang dirindukan oleh Hyunsuk

"Gue yang salah, gue yang terlalu egois disini. Gue juga mau minta maaf karena gak pernah ngertiin lo. Padahal lo udah capek ngurusin kita, tapi gue rasa gue gak pernah ngertiin lo sama sekali. Maaf Hyung."

"Gue juga ngerti kondisi lo ji dan makasih udah mau ngertiin gue," Hyunsuk tersenyum setelahnya "nih, buat lo."

Jihoon pun langsung mencomot ice cream itu dari genggaman Hyunsuk "tapi lo juga ikut makan ya?"

Hyunsuk pun mengangguk senang.

Mereka pun tak tau saja ice cream itu berasal dari mana. Yoonbin berhasil mengelabui anak kecil, sehingga anak itu mau menyerahkan ice cream tersebut padanya.

Untung saja anak kecil itu tengah menyendiri, coba kalau ada emaknya? Mungkin udah di ocehin kali. Bukannya dirinya tak bisa beradu mulut, hanya saja ia terlalu malas bila harus berurusan dengan emak emak, apalagi soal adu bacot.

Semoga saja keduanya tidak mengapa ngapain Yoonbin saat tau bagaimana ice cream bisa Yoonbin dapatkan.

.

.

.

"Liat hyung, banyak banget kan bintangnya!" Tunjuk Mashiho pada jendela transparan yang memperlihatkan bintang bertaburan kepada keduanya

Setiap ia melihat bintang, ia selalu merasa kalau ayahnya semakin berada didekatnya. Kira kira dia sedang apa di sana? batin Yoshi. Ia sangat merindukan seseorang yang sudah terlalu berjasa bagi kehidupannya, Yoshi berharap dirinya dapat bertemu dengannya kembali diakhirat kelak.

"Hyung, cio kangen mama."

"Cio kangen semua keluarga cio."

"Kira kira mereka kangen cio gak yah?" Kini kepalanya sudah mendarat dipundak Yoshi dan Yoshi tidak mempermasalahkan hal itu sama sekali, ia justru sudah sangat sangat terbiasa dengan hal hal seperti ini

"Kangen lah yakali engga," Jawab Yoshi seraya mengacak acak surai hitam milik Mashiho "aneh aneh aja kamu mah."

"Bahkan mereka pengen banget liat cio jadi anak soleh, rajin dan bahagia selalu."

"Sungguh?"

Yoshi mengangguk dengan seulas senyum terukir di wajah tampannya "maka dari itu tunjukkin sama mereka kalau cio itu kuat dan terus disini. Hyung yakin mereka juga punya keinginan yang sama seperti cio, yaitu bisa sama sama lagi."

tbc.

don't skip vote and comment after reading this stories, thank you!

─ december 29, 2022.

‎ ‎‎𝒊‎. ‎ puasa  :  treasure Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang