Seperti biasa, aku duduk di tangga rumah, merenung dan bicara sendiri mengenai isi kepalaku. Memang agak aneh, tapi aku merasa nyaman bisa berbicara meskipun sendiri. hehe
Kring....Kring.... Telfon berbunyi. "Selamat pagi, apakah benar ini felicia?" katanya. "Iya betul saya felicia, apakah ada yang bisa saya bantu?" ucapku. "Saya HRD dari PT. Maju Bersinar mau mengundang anda untuk interview dikantor kami, besok pagi jam 9 menemui saya Bu Lia". Kata HRD. "Baik Bu, besok saya akan hadir untuk interview". Jawabku menanggapi undangannya.
Keesokan hari, sambil lihat google maps aku menghadiri interview tsb. Sedikit canggung, karena baru pertama kali menghadiri undangan interview perusahaan swasta yang cukup besar, perasaan tidak percaya diri cukup membuatku gugup dan nervous.
Cepat sekali prosesnya, akupun disuruh langsung masuk bekerja di keesokan harinya.
Data Entry, Koordinasi menjadi aktifitas sehari-hari bekerja di perusahaan itu. Teman baru, pekerjaan yang alhamdulillah sejauh itu aku bisa mengikuti.
Suatu ketika, ada sesosok lelaki tinggi, putih masuk ke ruangan untuk melihat-lihat produk dan "ting tong....." Suara bel pintu dibuka. "Selamat pagi, Bapak" Sambutku. Dia Melihat sebentar, kemudian lekas pergi tanpa sepatah katapun.
Karena pintu ruangan dari kaca bening, jadi aku bisa melihatnya berdiri di depan pintu lift. Sambil merapikan berkas sesekali aku melihatnya. Aku melihat dia memalingkan wajahnya pelan sambil tersenyum. Dia menatapku kembali lebih lama kemudian tersenyum lagi. aku yang nervous, akhirnya memilih untuk pura-pura tidak melihatnya sambil merapikan kertas-kertas dimeja kerjaku. "Ting...." Pintu lift terbuka dan dia lekas pergi.
Beberapa bulan kemudian, aku pindah ruangan. Seruangan dengan rekan kerja yang cukup banyak dan menyenangkan membuat aku sangat bersemangat dan mencintai pekerjaanku. Sehingga, aku merasa memiliki rumah kedua. Aku menemukan tempat dimana aku merasa dicintai, tempat yang membuatku tidak merasa sepi dan sendiri. Karena terlalu rajin, mereka selalu memujiku dengan kalimat candaan "rajin banget, gaji 2 digit nih. kayak direktur" kata mereka. "hahaha bawel bgt sih. biar cepat selesai, biar bisa becanda sama kalian" Sahutku.
Baru kali ini aku merasa diterima, dihargai dan disayangi. Meskipun sering menangis karena hal-hal dirumah. Setidaknya aku bisa tertawa di tempat kerja.
Suatu ketika aku dan teman seruangan beli makanan ringan via ojek online. Kemudian karena kerjaanku sebagian sudah beres, jadi giliranku yang ambil pesanan makanan didepan. Setelah ambil pesanan, aku langsung kembali ke ruangan. Setelah lift berhenti di lantai ruanganku, Pintu lift pun terbuka dan tanpa sengaja aku berpapasan dengan lelaki itu lagi. "Selamat sore Bapak" Salamku. "Sore..." Jawabnya. Sambil senyum kesenangan dalam hati, kemudian aku lekas masuk ke ruangan. Sejak saat itu, bertemu dengannya adalah sesuatu yang sangat aku harapkan.
"Eh fel, tadi ada Pak Ary lewat gakpapa kan?" kata teman-teman ruangan yang cemas karena pesan makanannya di jam kerja. "Ya gakpapa, tadi malah tak sapa kok. Memangnya Pak Ary itu siapa sih" Tanyaku. "Haduh, dia itu ceo di perusahaan ini". jawab mereka. "Oh jadi namanya Pak Ary" ucapku dalam hati sambil senyum-senyum.
Sejak bekerja diruangan itu dan berhubungan dengan banyak orang dari berbagai divisi. Aku jadi belajar banyak hal baru dan menemukan kenyamanan yang tidak aku dapatkan dari rumah pertamaku.
Suara bel berbunyi, kemudian aku bukakan. Seketika seisi ruangan berdiri dan menyambut kedatangan seseorang yang muncul dibalik pintu yang terbuka. "Selamat pagi Bapak" Sapa kami serentak. Kemudian setelah itu mereka cerita, kalau itu tadi Pak Copra yang punya perusahaan. Orangnya baik, sederhana dan rendah hati. Agak beda sama anaknya yang kemarin.
Aku yang dari awal suka sama Pak Ary, langsung terdiam bete dengar cerita-cerita tentang karakter Pak Ary yang arogan. Namanya juga orang suka, mau seisi dunia komentar jelek, dsb. Rasanya kayak aku tetap suka sama dia, aku percaya dia tidak seperti itu, dia baik dan sempurna, dia mungkin seperti itu karena ada alasan lain atau mungkin dia tidak sengaja atau moodnya jelek. Intinya, aku suka.
Aku yang selalu memeluk diriku sendiri. Aku yang berusaha melawan badai sendiri. Kini, aku menemukan rumah. Aku punya tempat pulang, yang mencintaiku.
YOU ARE READING
Rumah Kedua
Short StoryHai, Aku Felicia. Umurku 24 tahun. Hidup dari keluarga sederhana yang tidak harmonis, membuatku sering merasa sepi. Rumah yang harusnya menjadi tempat pulang yang nyaman, menjadi tempat yang sangat ingin aku hindari. Bermain dan bekerja bersama tema...