"Semangat pagi dunia...." dengan penuh gairah aku menyambut hari-hariku setiap berangkat bekerja. Ruangan baru yang cukup menyenangkan bagiku. Lingkup kerja profesional yang penuh dengan berdebatan sengit saat bekerja dan kembali akur saat istirahat. Karena hanya sebatas profesional, kami hanya menempatkan sikap sesuai dengan momennya saja. Seru sekali. Kompak dan kekeluargaan. hehe
Sampai akhirnya, mereka serombongan pergi, pindah kota. Aku menangis... Memang dasarnya melankolis hehe. Sambil menggunakan bando disney aku bergumam "Tolong bawa mereka kembali Ya Allah, feli rindu". Karena ruangan atas cukup besar kalau hanya untuk diriku sendiri. Maka aku dipindah lagi ke tempat awal aku masuk itu supaya ada partner juga. Alhamdulillah ruangannya lebih bagus setelah renovasi total.
Menjalani aktivitas sehari-hari tanpa mereka seperti sayur tanpa garam, berasa ada yang kurang hehe. Meskipun ada beberapa rekan kerja di divisi lain, rasanya tidak bisa menggantikan kebersamaan kita waktu itu.Kasak-kusuk gosip... Aku bukan tipikal orang yang suka bergosip, jadi aku dengarkan saja mereka bercerita dan bergosip ria sambil tertawa cerita mereka seperti lelucon bagiku. Campur sih, ceritanya sebagian fakta, sebagian gosip. Ya menurutku apapun itu, selama belum pasti betul apalagi mengenai orang lain, aku anggap itu hanya sebuah opini yang banyak salahnya. haha.
Suatu ketika, ada seorang teman yang bercerita kepadaku mengenai fans. Hal yang sudah wajar aku dengar tentang mereka yang hanya sekedar main-main bagiku. "Eh fel, ciyee feli ada yang diam-diam suka sama kamu loh" Kata teman ruangan sebelah. "Siapa?" tanyaku. "Ada deh". Jawabnya. "Uh yauda" Kataku sebel.
"Eh Nina, Pak Ary itu ganteng ya", kataku. "Oh Pak Ary, kenapa kamu naksir ya? Eh dia itu sudah berkeluarga, kamu ndak naksir anaknya ta?", kata si Nina. "Yah... sudah berkeluarga, yauda deh gajadi", jawabku. "Jangan-jangan kamu naksir anaknya ya?", kata si Nina penasaran. Karena hobi banget gosip jadi dia kepo banget tuh. "Ah ya gak mungkinlah, jauh banget bak langit dan bumi lagian dia pasti ganteng banget", kataku. "Tapi kalau dia mau, kira-kira kamu mau kan?", kata nina memprovokasi. "Maulah, keajaiban kalau dia bisa suka sama aku, secara dia perfect banget pasti", jawabku sekedarnya supaya dia lekas balik ke mejanya.
Padahal aku pikir Pak Ary itu belum menikah, ternyata sudah. Malah anaknya selisih setahun saja denganku. Berarti, orangnya sudah cukup tua dong. "Kira-kira anaknya ganteng gak ya", kataku dalam hati.
"Eh mbak fel, kamu jangan keatas ya, ada anaknya Pak Ary, kamu kan tau sendiri Pak Ary kan jahat apalagi anaknya. Jadi, jangan keatas ya", kata Pak Candra sambil senyum-senyum. "Hah, lha kenapa sih? Yauda deh", jawabku. "Ih emangnya aku anak kecil dia takut-takutin gitu", gumamku dalam hati.
"Kenapa sih, kok aku gak boleh keatas? Kan aku mau ngasih berkas ke bagian keuangan sama mau minta ATK ke HRD. Haduh.... Yauda deh biarin, kan emang keatas mau kerja, lagian pasti tadi si Candra cuma isengin aku aja, huh mesti", kataku ngomong sendiri.
Maka naiklah aku keatas ke bagian keuangan dan HRD, setelah itu aku menunggu didepan lift lantai 7 untuk turun. Lama sekali..... sampai akhirnya aku turun tangga ke lantai 6. Eh, itu lift malah di lantai 5 terus dong gak naik-naik. setelah aku turun tangga lagi, aku lihat beberapa dari mereka cepat-cepat masuk lift dan ditutup liftnya. "Uh, pasti iseng nih. Mesti" Gumamku. Karena mereka dan beberapa yang lain sering iseng main lift jadi untuk kali ini bagiku adalah hal yang biasa.
Aku berdiri di depan lift itu dengan perasaan jengkel. Dengan wajah cemberut dan bete menunggu lift terbuka, aku lihat di sebrang ruangan lantai itu. Ada sesosok laki-laki bertubuh tinggi yang sedang menatapku terus. Kemudian, aku tatap balik dong, lagi jengkel nih gara-gara mereka tadi. haha eh kok dia makin intens dong lihat ke arah diriku. Aku yang tadinya biasa saja jadi worry dan ingat pesan Candra tadi. "jangan-jangan dia....... gawat!". Aku langsung lekas pergi dan berinisiatif untuk menunggu lift di lantai bawahnya lagi.
Kenapa aku gak boleh bertemu Pak Ditto? Kenapa sepertinya akan jadi masalah banget kalau aku bertemu dengan dia? Ah banyak pertanyaan yang ada di kepalaku. Mungkin karena mereka takut aku salah ngomong atau mungkin dia lebih sensitip daripada Pak Ary (Bapaknya Ditto).
Ah gak pentinglah, ngurusi kerjaanku dan Pak Yanto atasanku saja sudah bikin pusing.
Rasanya bukan waktu yang tepat untuk mencari tau tentang pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepalaku.
Meskipun aku mengabaikan hal-hal itu, tapi aku menyimpan segala hal yang aku dengar untuk mengambil kesimpulan nanti disaat waktu yang tepat.
![](https://img.wattpad.com/cover/355497819-288-k42475.jpg)
YOU ARE READING
Rumah Kedua
Cerita PendekHai, Aku Felicia. Umurku 24 tahun. Hidup dari keluarga sederhana yang tidak harmonis, membuatku sering merasa sepi. Rumah yang harusnya menjadi tempat pulang yang nyaman, menjadi tempat yang sangat ingin aku hindari. Bermain dan bekerja bersama tema...