SURAT

503 127 18
                                    

Seperti rutinitas biasa, aku berangkat ke kampus pada hari itu, aku di jemput oleh Jenandral. Setelah sampai di kampus, mereka berdua langsung berlari ke arah kelas karna sudah sedikit terlambat.

"Assalamualikum buk" Salam mereka berdua dengan raut wajah yang ketakutan.

"Masuk, lain kali jangan telat" Sahut dosen itu dengan tegas.

"Tumben telat" Bisik Nana kepada Gwen.

"Tuh jenan lama banget bawa motornya"  Ujar ku sembari menunjuk ke arah Jenan.

Saat jam istirahat tiba, cukurukuk gang memutuskan untuk jajan di kantin.

"Gue nggak jajan deh, males ngantri" Ucap ku.

"Lu pada mau jajan apa? gua yang beliin tapi kumpulin dah uangnya" Tawar Jenan kepada sahabat-sahabatnya.

"Tumben jenan baik banget" Cetus Aca.

Mereka pun menitip uang kepada jenan dan meminta jenan untuk membeli makanan, dan minuman yang mereka mau. Jenandral meninggalkan mereka untuk pergi membeli makanan yang di titip oleh sahabat-sahabatnya.

"Na, gue mau ngasih surat ke kak langit tapi bingung deh mau ngasih ke siapa"

"Surat? udah kaya zaman dahulu aja berasa hidup di zaman tahun 80an deh" Ejek aca.

Nana menepuk paha Aca "hus, biarin aja lah lagian kan kalau dari chat udah biasa banget, ini namanya bernostalgia"

"Aca berisik..." Kata ku, aku menatap Aca dengan sinis.

"Yaudah nanti pas pulang kita ke gedung sebrang jumpain teman kak langit" Ajak Nana.

"Emang lo kenal teman kak Langit?" Tanya ku kepada nana.

"Gue nggak ikut" Ucap Aca di sela sela pembicaraan.

"Nggak ada nyuruh lo buat ikut" Seru Nana kepada Aca.

"Nggak kenal, tapi kan nanti bisa nanya" Sambung Nana menjawab pertanyaan Gwen.

"Aca kalau nggak ikut yaudah" Kata ku.

"Mau rebahan aja" Ucap Aca.

Jenandral datang, membawa makanan pesanan mereka masing masing.

"Asyikk, babu udah datang" Ungkap aca dengan gembira, ia tak sabar untuk menyantap makanannya.

"Babu, babu kepala lu" Protes Jenan.

"Gwen, nanti lu pulang sama gua" Ajak Jenan.

"Nggak, gue mau pulang sama Nana lagian kalau sama lu bisa bisa nyampenya malem, lo bawa motor kaya siput" Sahut ku kepada Jenan.

Aca dan Nana pun tertawa saat mendengar perkataan yang keluar dari mulut gwen. Jenan hanya diam saat mendengar perkataan gwen tersebut.

****
Saat kelas telah selesai, Jenan dan Aca memutuskan untuk pulang sementara Nana dan Gwen ke gedung sebrang untuk menemui teman-teman Langit.

"Cape ah na, jauh juga kalau jalan" keluh ku.

Nana mencubit kecil perut ku

"Dekat gini dikata jauh, emang dasar lo nya aja yang mageran. 11 12 sama Jenan, terus kalau nggak jalan mau naik apa?terbang? kan nggak mungkin masuk ke dalam gedung bawa motor" Balas Nana.

Saat tengah berbincang-bincang, aku melihat seorang pria yang perawakannya cukup dewasa.

"Naaa, itu siapa? kayanya dosen deh. Ayo samperin" Ajak ku.

"Lo aja sana samperin, gue tunggu sini" Ujar Nana.

Aku berjalan menuju pria itu, aku merasa bingung dan takut untuk memulai pembicaraan.

"Assalamualaikum pak, saya mau nanya tentang kelas management three"

Pria itu memasang ekspresi yang cukup kaget ketika mendengar Gwen memanggilnya pak, lalu dia melihat gwen dari atas sampai bawah.

"Waalaikumsalam, tapi gua bukan dosen
jadi jangan manggil pak. Ada apa dengan kelas management three?"

Aku tersenyum malu karna sudah salah mengira kalau pria itu dosen "Ini kak saya mau ngasih surat ke kak Langit anggantara" papar ku ke pria itu.

"Gua satu kelas sama Angga, sini suratnya biar gua kasih ke Angga. Lu cewe yang kesekian kali ngasih surat ke Angga, cuma udah 2 minggu terakhir ini kagak tau tuh cewe cewe pada kemana karena nggak pernah kirim surat lagi" Jelas pria itu.

Aku mengeluarkan surat yang telah ku tulis untuk Langit dan memberikannya kepada pria itu.

"Oh iya, nama kamu siapa kak? kalau nama aku Gwen Aurie, aku mahasiswi psikologi. Aku mohon ya kak jangan kasih tau ke kak Langit kalau yang ngirim surat ini aku"

"Nama gua Abryal Wemar, panggil aja Abryal"

"Makasih ya kak Abryal, jangan lupa di sampein. Aku balik dulu" Aku berpamitan kepada kak Abryal.

"Iya, hati hati lu" Teriak Abryal.

****
Aku berlari ke arah Nana, diriku merasa sedikitb tenang karna sudah memberikan surat itu.

"Gimana gwen?" Tanya Nana.

"Udah gue kasih, ternyata yang cowo tadi itu teman sekelas kak Langit. Kata kak Abryal, yang ngasih surat ke kak Langit itu banyak"

"Halah, santai aja kalau emang jodoh nggak bakal kemana" sambung nana.

Kami memutuskan untuk langsung pulang ke rumah.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Strange Love Story [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang