Prolog

14 2 0
                                    

WAJIB FOLLOW SERTA VOTE DAN KOMEN GUYS!

Langkah kaki kecil sabila membawa masuk kedalam halaman rumah minimalis yang terlihat sederhana namun mewah disaat yang bersamaan. Disamping halaman terdapat pohon mangga dan cherry yang sedang berbuah lebat dibawahnya juga terdapat kursi dan meja untuk bersantai di pagi ataupun sore hari. Disisi lain terdapat kolam ikan dan tanaman bunga berwarna-warni. Sabila berdecak kagum.

Sabila datang kerumah kakanya untuk mengikuti proses seleksi kerja di sebuah perusahaan terkenal yang memproduksi kendaraan beroda empat. Sabila memutuskan berkerja karna tidak ingin membebani siapapaun termasuk kakanya.
Ayahnya sudah tiada sejak dia berada dikelas 2 smp. Dulu dia masih bergantung kepada ibu dan kakanya, tapi sekarang tidak lagi. Dia harus lebih mandiri dari sebelummya.

Memilih bekerja daripada berkuliah saat usinya baru menginjak 18 tahun bukanlah keputusan yang mudah untuk sabila, apalagi ibunya yang lebih mendukung sabila untuk berkuliah terlebih dahulu.

Sabila mengetuk pintu dan menekan bel rumah "assalamualaikum kaa Lintang.."

Pintu terbuka menampakan wajah lintang yang sedang tersenyum sangat gembira.

"Walaikumsalam adekkkk" lintang langsung memeluk erat Sabila dibalas tak kalah erat oleh sabila. Lintang sangat rindu dengan adik kecilnya ini hampir dua tahun dia tidak pulang karna pandemi.

"Yaampun sabila, kakak kangen banget sama kamu, cantik banget yaa sekarang, liat nih bahkan sekarang kakak tingginya udah ketinggalan jauh" Sabila hanya tersenyum untuk menanggapi.

"Ayo, ayo masuk, sini tasnya biar kakak yang bawain" Sabila memberikan tas yang berada dipunggungnya, dia hanya membawa satu koper berisi pakaian dan satu tas berisi oleh-oleh untuk kakanya.

Sabila dengan senang hati memberikan tasnya kepada sang kaka, "makasii ka lintangggg" ucap sabila sambil memberikan senyum terbaiknya.

Lintang membawa sabila menaiki tangga untuk menuju kamar yang sudah dia siapkan. Sabila sendiri mengikuti langkah lintang menaiki tangga menuju lantai dua rumah minimalis ini. "Naik kereta dari kampung kesini berapa jam bil?"

"Hampir enam jam ka"

" Lama juga ya, pasti pegel-pegel." Sabila mengganguk jujur memang badanya pegal seperti mati rasa terlalu lama duduk didalam kereta dan dia harus menahan sakit karna memang badanya sedang tidak vit.

Sabila menatap sekeliling rumah, kakaknya sangat pandai mengatur tata ruang membuat rumah ini terasa luas dan nyaman.

Sampai dikamar, mereka meletakan tas dan kopernya disamping lemari. "Ini kamar kamu, sekarang bersih-bersih diri dulu ya, kakak tinggal kebawah sebentar."

"Iyaa ka, sabila mandi dulu ya."

Lintang mengganguk dan berjalan keluar menutup pintu kamar. Sabila kembali duduk, gadis itu menatap setiap sudut yang sudah menjadi kamarnya saat ini. Terasa sangat nyaman, semua fasilitas tersedia. Kakanya benar-benar merombak kamar yang tadinya untuk tamu menjadi kamar pribadi.

Campuran warna putih dan abu-abu, sangat elegant dilihat dan Sabila tidak bohong, dia sangat suka. Sabila mengitari setiap sudut kamar ini, dia berjalan menuju pintu balkon, pemandangan pertama kali yang dia lihat saat membuka pintu adalah sebuah danau, banyak pohon pohon rindang yang tumbuh disekitarnya. Pemandangan seperti ini sangat menenangkan pikiran sabila. Dibalkon ini juga terdapat sebuah sofa untuk bersantai dan tanaman kaktus kecil-kecil, memang kakanya tidak perlu diragukan lagi soal urusan mengatur rumah.

Lama termenung dibalkon Sabila memilih masuk dan menoleh kearah jam yang terletak diatas TV ternyat sudah menujukan pukul empat sore. Sabila segera mengambil peralatan mandi didalam koper, dia harus segera mandi dan menemui kakanya.

SABILA SAVINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang