»»--⍟--««
Langkah kakinya ia bawa menuju salah satu tempat, dengan nampan yang berisikan beberapa macam buah yang telah dipotong agar mudah dimakan.Ia pun sampai pada pintu putih dengan gambar awan di sekeliling nya, dengan perlahan salah satu tangan miliknya ia angkat guna mengetuk pintu tersebut secara perlahan.
"Hoonie, ibu masuk ya?."Ucapan nya tidak mendapat kan balasan, sang ibu hanya menghela nafas pelan dan mulai masuk perlahan.
Didalam kamar,hanya terdapat lampu remang-remang yang membuat penglihatan sang ibu terganggu,seakan tak ada celah bagi sang matahari untuk menyinari kamar tersebut.
Dirinya menaruh nampan tersebut di meja belajar, dan berjalan menuju gorden untuk membuka nya,
Sehingga cahaya langsung masuk dan mulai menerangi kamar.Dapat ia lihat sang putra yang tak terganggu dan masih betah berada di kursi belajar dengan pandangan yang mengarah pada setiap foto yang berada pada tembok kamar.
Di sana terdapat pemuda dengan senyuman manis nya, hingga tanpa sadar ia juga ikut tersenyum dalam tatapan kosong yang mengarah pada foto itu.
Sang ibu hanya menatap nanar sang putra karena sudah seminggu ini hanya berada dikamar sang adik, yang telah meninggalkan mereka untuk selamanya dan tidak akan kembali sampai kapan pun.
"Hoonie.ayo makanlah, lihat ibu membawa kan buah kesukaan mu. " Tuturnya lembut dengan senyuman sendunya.
Yang dipanggil Hoonie hanya melirik nampan berisikan buah itu tanpa minat dan kembali mengamati foto didinding kembali.
"Park Jihoon, berhenti untuk melakukan ini, apakah kau pikir dengan hanya diam dan menatapi fotonya akan membuat nya kembali?."
Ucap sang ibu kini lebih tegas dan dengan intonasi yang meninggi, karena khawatir akan kesehatan nya yang semakin memburuk.Yang dilakukan oleh Jihoon hanya diam, dengan air mata mulai membasahi pipi tirus miliknya.
Sang ibu yang melihat hal tersebut pun panik,mencoba untuk menenangkan nya.
"Ma.. Maafkan ibu, Hoonie. ibu tidak sengaja mengatakan nya. "Ibupun memeluk tubuh Jihoon erat, menyalurkan ketenangan dengan usapan lembut dan kalimat penenang nya.
" I... Ibu apakah dia akan me.. Memaafkan kan ku?. "Tanya Jihoon dengan suara seraknya.
" Tentu, tentu saja. "Jawab sang ibu sambil terus mengusap pucuk kepala sang anak lembut.
"Bagaimana jika kita berdua mengunjungi nya, tapi kau harus menghabiskan buah ini terlebih dahulu" Ucap sang ibu.
Jihoon hanya mengangguk patuh, sambil menyeka air mata nya dengan punggung tangan.
Sang ibu perlahan menyuapi potongan buah tersebut, sementara Jihoon akan menerima nya dengan baik tanpa penolakan.
Setelah menyelesaikan makan nya ia pun meninggal kan Jihoon sendirian untuk menaruh kembali nampan tersebut ketempat nya.
"Sekarang bersiap lah, kita akan menemui nya. " Suruh sang ibu sebelum pergi, dan hanya dibalas dengan anggukan.
"Yosh, tolong tungguin gue ya. "ucap nya pelan sambil tersenyum.
»»--⍟--««
KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely Boy
FanfictionKepergian nya yang menyedihkan membawa jiwa nya pada ketenangan dan raga nya pada peristirahatan. »»----><----«« Sebuah pengakuan yang ingin Yoshi dengar dan juga dapatkan membuat nya mengarah pada hal yang menurut ny...