Key menarik-narik baju kakaknya, Aldi, dengan tak santai.
"Kak! Ayo ah kita pulang aja!"
"Apa sih, Key, orang kita baru sampe!"
"Pokoknya Key MAU PULANG!"
"I-iya, udah tenang dulu dong, gak enak sama Aa Sugih dan Tante Ira...," bujuk Aldi. Aldi membisikkan sesuatu ke telinga adiknya yang membuat adiknya mengangguk--walau tak merubah ekspresi wajahnya yang sedari tadi kesal.
Akhirnya, tibalah mereka di Trans Studio Bandung. Setelah Umi mengurusi tiket, Umi langsung menarik Syam menjauh dari yang lainnya.
"Syam, jujur sama Umi. Kenapa kamu tiba-tiba berubah?" tanya Umi.
"Ya masa Umi gak tahu, ya biar si Key itu gak gangguin Syam lah!"
"Syaaam! Kamu pikirin dong perasaannya Aya, masa kamu bohongin dia gitu??" kata Umi tak santai. Syam menghela nafasnya, "Umi, dengerin Syam. Ini namanya simbiosis mutualisme antara Syam sama Aya."
"Kamu gak usah pake istilah IPA, Umi anak IPS!"
Syam menghela nafasnya lagi, "Anggep aja ini cara biar Syam bisa deket sama Aya."
Mata Umi berbinar-binar seakan ada bintang-bintang di matanya(?), ia memegang bahu Syam, "Kamu serius? Akhirnya kamu mau denger saran Umi! Kan udah Umi bilang, kamu deketin aja dulu, gak usah pikirin masa lalu, ya ya ya?!"
Syam hanya mengangguk-angguk malas. Umi menarik tangan Syam kembali, "Nah ayo kita masuk!" ajak Umi.
Key refleks menggandeng tangan Syam, namun tangan Syam sudah terlebih dahulu memegang tangan Aya.
"KANG MAS!" teriak Key. Matanya melotot seakan mau keluar, namun Syam tak peduli.
"Key, jangan ganggu mereka!" perintah Aldi sambil melepaskan tangan Key yang masih bergelayut di lengan Syam. Key mendengus kesal. Dengan sengaja ia menginjak kaki Aya dengan kencang.
"Aww!"
"Rasain!"
"Lo gak apa-apa?" tanya Syam. Aya mengangguk-angguk dengan wajah heran. Duh, cowok yang satu ini kok gampang banget berubah-ubah sih?
Key makin memanyunkan bibirnya kesal. Aldi segera menarik Key menjauh dari Syam dan Aya.
"Kang Mas Syam punya aku! Awas kamu ya rebut sgwll hmpft--!" Aldi langsung menutup mulut adiknya itu. Ia tersenyum gugup, "Maaf, knalpotnya bocor, gak bisa diem!" Key yang mendengar penjelasan kakaknya semakin kesal dan melirik kakaknya dengan tajam, namun kakaknya mengisyaratkan agar Key diam.
"Nah, kamu sama Syam ya, Tante sama Mama kamu mau ke tempat lain," kata Umi.
"Eh, tapi!"
"Dah~"
Setelah Aldi dan Key menjauh, begitu juga Mama Aya dan Uminya, Syam langsung melepas genggaman tangannya dari tangan Aya. Wajahnya yang tadinya manis, langsung berubah dingin seperti biasanya.
"Huh, makasih. Akhirnya bisa bebas dari si Key itu!" kata Syam lega. Aya tersenyum.
"Iya sama-sama."
"Nah, terus kita mau kemana nih? Sumpah, gue gak ngerti soal ginian!"
Aya membulatkan matanya, "Masa?"
"Iya!"
"Masa?"
"Iya dih!"
"BODO!!" Aya langsung kabur dan berlari meninggalkan Syam. Syam menggeram kesal, ia lalu mengejar Aya.
"Ngeselin banget sih lu, Setan!!" teriak Syam kesal.
"Setan gak ada yang cantik, weee!"
"Arggh rese banget sih lo! Jangan lari lo!"
Aya tertawa girang, "Ayo kejar sampe dapet! Hahaha!"
"Berenti woy!"
"Gak akan! Hahaha!"
"Gue bilang berhenti!"
"Bodo~~"
"Berhen--!"
DUAGH!
"ADUH!"
Aya jatuh terjungkal dengan sempurna. Ia lalu mengelus jidatnya yang sukses membentur tiang di hadapannya. Syam segera menghampiri Aya dan melipat kedua tangannya di dada, "Kan udah gue bilang, ber-hen-ti! Lo bego apa telat mikir sih?"
"Bukannya bantuin, malah bilang gue bego! Jahat banget ish!" ujar Aya kesal. Syam tertawa kecil. Hey, ini pertama kalinya Aya melihat Syam tertawa -walau hanya tertawa sekecil itu- . Syam terlihat lebih... manis.
Ia lalu mengulurkan tangannya, "Ayo cepet berdiri."
"Itu tangan lo mau bantuin gue berdiri?" tanya Aya heran. Tumben kan.
"Gak, buat macul! Iyalah bego! Apa gak mau gue bantu berdiri? Ya gak apa-apa sih...."
"Mau mau!" Aya pun membalas uluran tangan Syam yang membantunya berdiri.
"Gak ngucapin makasih?" tanya Syam dengan nada juteknya (lagi). Aya menghela nafasnya. Jangan-jangan Syam mengidap bipolar? Berubahnya cepet banget!
"Terimakasih Atok!"
"Gue bukan Tok Dalang!"
"Pfft-- Siapa yang bilang Tok Dalang? Hayooo suka nonton Upin Ipin ya? Cieee~" ledek Aya. Wajah Syam semakin kesal, ia lalu menjitak kepala Aya.
"Aww! Orang abis jatoh tuh ya diobatin, bukan disakitin!"
"Itu hadiah dari gue soalnya lo udah mau bantuin gue hari ini." Syam lalu menggenggam tangan Aya. Ia melirik ke arah Aya sambil tersenyum.
"Biar gak mubazir karena udah masuk Trans Studio, mau naik Bianglala?" tanyanya.
Eh, gak salah denger nih? Tumben Syam baik gini, biasanya kan... batin Aya.
"Wey! Ditanya! Mau engga?" tanya Syam ketus.
Kembali lagi jadi Syam yang jutek! batin Aya lagi.
"Mau! Mau!" kata Aya dengan semangat. Ia tersenyum lebar.
Syam menarik tangan Aya sambil tersenyum. Di sisi lain, Aya bisa merasakan seseorang tengah memperhatikan mereka berdua, namun Aya memilih untuk tak memperdulikannya.
Sikap Syam ini... cuma akting kan?
.
.
.
.
to be continued
A/N: Halo!
Lagi update cepet, tapi dikit *HAHA*
Ada yang baca? <(") *ngarep*
Aku tau ceritanya sangat gak jelas. Garing lagi <(")
Tapi daripada ngendep di otak, mending di share aja :v urusan baca atau gak dibaca urusan lain.
makasih banget loh buat yang udah baca! Aku termotivasi~ #OOOWWThanks~
KAMU SEDANG MEMBACA
Aya dan Syam (On Hold)
Roman pour AdolescentsNamaku Siti Nurbaya. Iya, namaku emang kayak salahsatu karakter di Novel Melayu Klasik dimana si Tokoh Utama dijodohkan dengan Datuk Maringgih untuk melunasi hutang keluarga. Tapi serius deh, ceritaku gak kaya gitu. Emang sih aku juga dijodohin, tap...