Author POV
Sementara itu di kediaman Syam...
Syam membanting tubuhnya ke kasur empuknya. Ia lalu mengacak-acak rambutnya.
"Aaarghh!!" teriak Syam frustasi.
"Kenapa?" tanya Abah yang tiba-tiba saja lewat di depan Kamar Syam. Syam tak menjawab, ia malah menutup wajahnya dengan bantal bermotif FC Barcelona-nya.
Melihat anaknya yang tampak tak baik, Abah pun masuk. Ia lalu menaruh wayang golek yang tengah ia lap ke meja belajar Syam.
"Kenapa sih Umi drama banget?" lirih Syam.
Abah tersenyum, ia lalu duduk di sudut ranjang Syam, "Maklumi saja. Umi-mu memang suka begitu."
"Tapi Bah! Syam baru lulus SMP! Baru juga 16 tahun!" keluh Syam. Ia lalu bangkit, dan duduk di sebelah Abahnya.
"Umi itu orangnya susah ditentang. Pengennya beda dari yang lain. Maklumi saja," kata Abah lagi.
Syam mendengus kesal, "Terus Syam yang jadi tumbalnya? Bah, Syam tau di keluarga kita itu menganut anti-mainstream, tapi ya bukan berarti Syam harus maksain diri juga kan?"
Abah menepuk bahu anaknya, "Abah yakin kok, Umi gak akan maksa kalau seandainya kalian gak cocok."
"Syam sama dia udah gak cocok dari dulu, Bah!"
"Tau dari mana kamu?"
"Pas Abah tunjukkin foto dia, Syam jadi inget kejadian pas OSN waktu itu."
"OSN? Waktu kamu kelas 2 itu?"
Syam mengangguk, "Iya! Si cewek rese' itu Bah! Yang rusuh pas Olimpa, dan juga bikin Kacapi sekolah di ruang Seni rusak!"
***
Wajah Aya tampak terkejut, membuat Sugih heran, "Kenapa, Aya?"
Aya menggeleng cepat, "Gak apa-apa, gak apa-apa kok suer!" Aya menyeruput es nya hingga tandas. Melihat itu, Sugih makin kebingungan.
"Err- ya udah kita balik lagi, yuk?" ajak Sugih. Aya mengangguk cepat.
Pikiran Aya masih kacau. Kejadian itu terputar ulang dalam pikirannya. Kejadian setahun lalu saat Aya pergi ke Bandung mengikuti Olimpiade Siswa Nasional, mewakili Kotanya. Ia mengikuti lomba IPA, namun sayangnya kalah di tingkat Provinsi se-Jawa Barat.
Dan yang mengalahkannya adalah: Syamsul Bahri!
***
Hari Senin pun tiba. Hari dimana Aya akan 'berlibur' ke rumah Tante Ira di Bandung. Mamanya pun ikut, tapi hanya menemaninya selama seminggu. Sisanya? Aya sendirian.
Mama gak khawatir apa aku tinggal di rumah orang? Batin Aya.
Sepanjang perjalanan Aya terus menatap ke luar jendela mobil. Ia berusaha tak mendengarkan Mamanya dan Tante Ira yang sedari tadi tengah membicarakan dirinya dengan Syam.
"Iya jeng... aduh Syam itu emang beda sama Sugih. Emang diem-diem gitu anaknya, tapi baik kok," kata Tante Ira yang duduk di kursi depan.
Ya Tuhan! Kenapa aku harus ketemu dia lagi sih!!?
Pikiran Aya terus berputar-putar. Ia berharap ini semua termasuk bagian dari mimpi siangnya.
"Kenapa Ay? Tumben diem aja nih."
Aya menoleh ke pemilik suara berat itu. Kak Sugih. Ia lalu menggeleng pelan.
Perjalanan ke Bandung masih jauh. Melihat ke luar jendela terus-menerus membuat matanya lelah. Ditambah, kemacetan panjang saat itu. Ia pun memilih tidur, daripada ikut nimbrung dengan dua emak-emak yang rusuh membicarakan anaknya masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aya dan Syam (On Hold)
Fiksi RemajaNamaku Siti Nurbaya. Iya, namaku emang kayak salahsatu karakter di Novel Melayu Klasik dimana si Tokoh Utama dijodohkan dengan Datuk Maringgih untuk melunasi hutang keluarga. Tapi serius deh, ceritaku gak kaya gitu. Emang sih aku juga dijodohin, tap...