Different Feeling

38 1 0
                                    

Di dalam diamnya, ada puisi yang mengalir di hati,
Dalam senyumannya, tersimpan banyak kata yang tak terucap,
Cintanya sangat indah seperti bunga-bunga yang bermekaran di tengah malam, namun hanya bintang-bintang yang menyaksikan kerinduannya yang mendalam.

Di sebuah kota kecil yang indah, ada seorang gadis yang memiliki mata berbinar dan senyum indah yang dapat mencairkan hati siapapun yang melihatnya. Dia Riasha Rosaline atau yang kerap di sapa Asha.

Asha memiliki sebuah lingkaran pertemanan yang berisi banyak orang yang tentunya sangat kompak. Di antara mereka ada Killian, seorang pemuda berambut hitam legam, pendiam, tampan, dengan senyum yang memikat.

Dengan otak jeniusnya Asha selalu berhasil mengajak Killian dan yang lain menghabiskan waktu bersama. Mereka berjalan-jalan menyusuri taman kota, pergi ke kafe lokal, bahkan menghadiri acara-acara komunitas.

Asha ini gadis yang nyaris sempurna, dirinya cantik, bertalenta, jenius. Tetapi satu kekurangan gadis ini, dirinya tidak pandai menyembunyikan perasaannya. Sekeras apa pun Asha mencoba memendam perasaannya mendalam, teman-teman mereka mulai menyadari adanya respon dan tindakan berbeda yang Asha beri ketika bersama teman-temannya dan Killian. Hal itu membuat mereka menyadarinya dengan mudah.

Salah satu dari mereka yang peka, Alora, mencoba memancing Killian tentang perasaan Asha.

"Ian, lo sadar gak sih Asha selalu senyum lebih cerah dan bahagia kalo ada lo? Jangan-jangan lo pura-pura gak tau ya?" tanya Alora penuh selidik.

Mendengar namanya di sebut, mata Asha melotot kaget. "K-kok tiba-tiba bawa aku sih? Perasaan kamu aja kali." Asha mencoba menyangkal, tetapi semburat merah muda di kedua pipinya tidak bisa berbohong, jantung Asha berdegup kencang.

Menyadari sesuatu yang aneh, Killian segera mengambil tindakan. "Gue rasa kita berdua cuma teman baik, gak lebih dari itu."

"Ya kalo lebih juga gapapa sih, kalian cocok."

"Ra!"

Berbeda dari reaksi Asha yang tampak salah tingkah, Killian lebih memilih untuk mengangguk, walaupun dalam hatinya dia masih ragu. Killian tidak ingin merusak hubungan persahabatan mereka dengan cara seperti ini.

Asha menyenggol lengan atas Killian yang hanya diam saja. "Jangan di pikirin ucapan Alora tadi, dia cuma bercanda aja," harap Asha yang merasa tidak enak.

"Iya."

———

Beberapa minggu setelah insiden tersebut, Asha mengundang Killian dan teman-teman lainnya untuk pergi ke pesta di rumahnya. Dengan penuh semangat dirinya menghabiskan waktu berjam-jam mempersiapkan makanan dan mendekorasi ruangan dengan cantiknya.

"Tumben semangat, emang siapa yang mau dateng?" tanya Rafael, kakak Asha.

"Temen-temen Aku lah, siapa lagi?" balasnya tak menoleh kakaknya.

Tak lama, motor dan mobil mulai memasukki halaman depan rumahnya. Dan yang datang sudah pasti teman-temannya. Asha menyambut mereka dengan senyum cerah di wajahnya.

"Dekorasi nya bagus, makasih atas undangannya, Sha," puji Killian tersenyum memandang isi ruangan.

Asha tersipu mendengarnya. "Aku harap kamu suka pesta nya, Killian."

ONE-SHOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang