'Malang sekali, gadis itu, seperti bayangan di dinding,
Dalam kegelapan, dia menjadi pelampiasan,
dalam kisah cintanya yang sia-sia, dia tertimbun dalam kepedihan yang mendalam.'———
Sore itu, taman kota itu di isi oleh cahaya senja yang hangat, mewarnai langit dengan nuansa oranye dan merah muda yang tenang. Pepohonan besar yang menjulang tinggi memberikan keteduhan bagi siapa pun yang ia naungi. Bunga-bunga liar juga tampak bermekaran di sela-sela rumput. Suara gemercik air dari kolam kecil di tengah taman turut menambahkan suasana lembut dan damai di taman itu.
Sabella Suzette dan Razen Biantara duduk di bangku taman yang terletak di pinggir kolam kecil. Bella memandang wajah Razen dengan mata yang mencari jawaban, hatinya berdebar-debar kebingungan.
'Kita udah deket kurang lebih 6 bulan, jangan bilang dia mau nyatain perasaannya sekarang?'
Oh Tuhan, baru memikirkannya saja sudah membuat hati Bella seperti ini, apalagi jika khayalannya menjadi nyata?
Berbeda dari Bella, Razen duduk dengan tegang, menyadari bahwa momen ini adalah saatnya untuk mengungkapkan kenyataan yang sulit.
"Kamu mau ngomong apa?" tanya Bella membuka pembicaraan.
Sebelum menjawab, Razen menarik napas dalam-dalam. "Sabella, sebenarnya aku...."
Tiba-tiba suara langkah kaki yang cepat terdengar mendekati mereka. Sabella menoleh dan melihat seseorang yang asing baginya menghampiri mereka dengan wajah merah padam yang memancarkan kemarahan.
"Dasar pembohong! Katanya mau pergi bareng temen-temen kamu, nyatanya kamu berduaan sama cewek lain!"
"Mira sayang, aku bisa jelasin...." Razen berucap dengan lembut menatap gadis bernama Mira itu.
'Sayang....?'
Sabella terdiam, otaknya masih mencerna situasi ini. Tetapi, hatinya sudah terasa sesak.
"Ini apa maksudnya?" tanya Bella dengan suara kecil hampir tak terdengar.
"Lo mau tau maksudnya apa? Dia pacar gue!"
Mendengar itu, tatapan mata Sabella kosong. Suasana menjadi tegang, dengan Mira yang marah dan Bella yang terdiam karena kejutan yang mendalam.
Razen yang tampak panik mencoba untuk menjelaskan, tapi kata-katanya tercekat di tenggorokannya. Kejujurannya yang terlambat telah menyakiti Mira dan Bella lebih dalam dari yang dia bayangkan.
Suara Mira yang penuh kemarahan menggema di antara pepohonan yang membentuk latar belakang taman itu. Tatapan mata Sabella terpaku pada Razen, mencari kejelasan yang sulit dia pahami.
Razen yang sadar dengan tatapan itu angkat bicara. "Bella, ini bukan seperti yang kamu kira, ak-"
"Diem Razen!"
Razen akhirnya terdiam sedangkan Bella merasakan kekecewaan yang tak terlukiskan di hatinya. Air mata mengancam untuk meluber dari matanya yang indah. Dia berusaha menenangkan diri, mencoba menangkap sepotong kebenaran di tengah-tengah kekacauan yang tercipta.
Di tengah kesedihannya, dia mendengar sorakan dari sekelilingnya. Orang-orang yang lewat di taman itu mulai mengumpulkan diri, menarik perhatian pada drama yang tengah berlangsung.
Sabella merasa terpukul, dirinya merasa seakan-akan dunia ini sedang menonton kehancurannya dengan penuh minat.
Dengan suara yang terdengar putus asa, Sabella bangkit dari duduknya. "Aku pergi."
![](https://img.wattpad.com/cover/308681009-288-k146411.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE-SHOT
Fiksi RemajaBerisikan cerita-cerita 'one-shot' atau sekali tamat. One-shot adalah sebuah buku ataupun cerita yang diterbitkan edisi tunggal;berdiri sendiri; bukan bagian dari seri maupun miniseri.