Waves of love & distance

82 7 1
                                    

'Di setiap senyumnya, ada makna lain,
Dalam hatinya, ada cinta yang tersembunyi,
Perasaan itu mengalir tenang seperti air di sungai.'

———

Gavin Firmansyah, seorang pemuda tampan yang lemah lembut, penuh kebaikan, dan empati terhadap orang lain. Dalam dirinya di penuhi daya tarik yang menarik perhatian siapa pun yang melihatnya.

Di sekolahnya, Gavin bertemu Oceanna Rosela. Seorang gadis tomboy yang selalu semangat dan enerjik.

Jika orang-orang menganggap Oceanna aneh, maka tidak dengan Gavin. Menurutnya, Oceanna memiliki pesona yang unik; dia gadis yang berpegang teguh pada pendiriannya juga gadis yang tak takut untuk mengejar mimpinya meskipun itu berbeda dengan yang lain.

Karena sifat uniknya itu, Gavin tertarik pada Oceanna. Setiap hari, Gavin diam-diam memperhatikan Oceanna dari kejauhan, terpesona dengan keberaniannya dan ketulusannya.

Teman-teman Gavin yang sudah lama mengetahui itu, mendorongnya untuk mengungkapkan perasaan cintanya. Namun, dia merasa ragu karena takut ditolak. Meskipun begitu, setiap senyum dan tatapan dari Oceanna seolah memberinya kekuatan untuk terus berjuang.

Suatu hari, saat Gavin berjalan pulang dari sekolah, dia melihat Oceanna duduk sendirian di bawah pohon yang besar. Tanpa ragu, Gavin mendekatinya dan duduk di sebelahnya.

Mereka pun mulai berbincang-bincang, dan Gavin merasa suasana hatinya lebih bagus, sampai suatu topik membuat suasana hatinya berubah.

"Apa yang buat lo selalu diem-diem liatin gue?" tanya Oceanna langsung.

Gavin menatap gadis itu dan terdiam, dirinya terkejut tak menyangka Oceanna tahu apa yang ia lakukan selama ini. "Karena gue.... Suka?" Gavin menjawab ragu-ragu.

Oceanna menghela napas dalam-dalam, dia menatap Gavin dengan mata penuh keberanian. "Tapi gue gak suka lo, gimana?"

'Terlalu jujur.'

Gavin tersenyum tipis sambil mengalihkan pandangannya ke bawah dan mengangguk sebentar. "Iya gapapa, perasaan juga gak bisa di paksain kan? Tapi kalo boleh, izinin gue kenal lo lebih dalam," pinta Gavin tulus.

"Oke."

———

Beberapa waktu setelahnya, Gavin terlihat gigih untuk mendapatkan hati Oceanna. Sebaliknya, Oceanna semakin sering menunjukkan sikap dingin dan acuh tak acuh pada Gavin.

Meskipun demikian, Gavin tidak menyerah begitu saja. Dia terus berjuang mendapatkan hati Oceanna, meskipun tahu bahwa itu tak mudah untuknya. Setiap hari, dia akan mendatangi Oceanna, dan terus mencari cara untuk mendekati gadis bermata coklat itu untuk mencoba memahami dan mendukungnya.

Minggu ini, saat Gavin berada di taman, dia tidak sengaja melihat Oceanna sedang berlatih skateboard sendirian di taman. Tanpa ragu, dia mendekat dan menawarkan bantuannya.

"Perlu bantuan?" tanya nya tiba-tiba.

Oceanna menoleh dan terlihat kaget. Alisnya terangkat sebelah seolah tak suka dengan tawaran yang diberikan Gavin. Namun, dia akhirnya menerima bantuan Gavin.

Selama latihan, Gavin tidak hanya membantu Oceanna meningkatkan keterampilannya, tetapi juga menghiburnya dengan cerita-cerita lucu.

Waktu pun berlalu, dan Gavin terus berusaha mendekati Oceanna. Dia membantu Oceanna dalam pelajaran yang sulit, mendengarkan curahan hatinya, dan selalu ada ketika dia membutuhkan seseorang untuk di andalkan.

Namun, Oceanna tetap keras kepala. Meskipun dia mulai melihat Gavin dengan cara yang berbeda, dia masih enggan untuk membuka hatinya sepenuhnya.

"Gue belum siap untuk mulai hubungan kayak gitu," ujarnya dengan suara rendah.

Gavin merasakan kekecewaan yang mendalam, tetapi dia tidak menyerah. Dia memutuskan untuk menunggu, memberikan waktu kepada Oceanna untuk meyakinkan dirinya sendiri. Dia percaya bahwa cinta sejati akan menembus dinding-dinding yang dibangun oleh keraguan dan ketakutan.

———

Pada akhir pekan, Gavin memutuskan mengajak Oceanna ke pantai yang berpasir putih. Gavin dan Oceanna duduk bersama di bawah naungan pohon kelapa yang memberikan sedikit teduh dari sinar matahari yang terik. Angin laut yang berdesir lembut, menciptakan suasana yang tenang dan damai di sekitar mereka.

Gavin memandang ke arah laut yang tenang, sementara Oceanna duduk dengan sikap santai, tangannya memainkan pasir di sekitarnya. Mereka terlihat seperti dua dunia yang saling melengkapi: Gavin dengan kesederhanaan dan kelembutan dalam gerakannya, sementara Oceanna dengan kegagahannya yang kuat dan tangguh.

"Oc, suasana hari ini bagus ya?" tanya Gavin dengan senyum lembut di wajahnya, mencoba mencairkan suasana yang canggung.

Oceanna menoleh kearahnya dengan tatapan tajam, sebelum akhirnya tersenyum juga. "Bener, tapi gue suka kalo ombaknya besar biar keliatan nantang gitu," jawabnya dengan nada lugas.

Gavin mengangguk mengerti. "Kayak cinta yang nguji kesabaran gue?"

Wajah Oceanna sedikit terkejut, tidak menyangka Gavin akan memberikan analogi yang begitu dalam. "Hahaha, lo terlalu serius, Vin. Tapi gue suka," katanya sambil tersenyum.

Gavin menatap Oceanna dengan penuh kekaguman. "Aku suka sifat kamu yang berani, Oc."

'Aku-Kamu?' Oceanna berujar dalam hati.

"Makasih, tapi gue aneh sama lo. Cowok biasanya suka cewek lemah lembut, bukan kayak gue."

Gavin tersenyum lembut. "Kepribadian kamu itulah yang membuat kamu istimewa di mataku. Aku suka kamu apa adanya."

"Aku cuma mau kamu tau, kalo aku di sini ada untuk kamu, kapanpun kamu butuh aku," sambungnya.

Perlahan, Oceanna mulai melembutkan sikapnya.

"Iya."

———

Setelah hari itu. Suatu hari ketika matahari terbenam di ufuk barat, Oceanna datang kepada Gavin dengan ekspresi yang penuh keraguan.

"A-aku.... Aku tau ini gak mudah. Tapi setelah aku sadar kalo kamu adalah orang yang selalu ada untukku. Aku kasih kamu kesempatan untuk kita.... Bersama."

Gavin terdiam, dia merasakan bahagia karena usahanya akhirnya membuahkan hasil.

"Makasih, makasih, Oc."

Mulai hari itu, mereka berjanji untuk terus bersama dan semakin dekat setiap harinya.

Tetapi, takdir berkata lain. Mereka dipisahkan untuk sementara waktu. Gavin yang merupakan kakak kelas Oceanna akhirnya lulus dan mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya di luar kota, meninggalkan Oceanna dan perasaannya di sini.

Meskipun dengan hati yang berat, mereka setuju untuk menjalani hubungan jarak jauh. Di pelantaran stasiun kereta, Gavin dan Oceanna berdiri berdampingan.

"Tunggu aku pulang, Oceanna."

"Iya," jawab Oceanna dengan mata penuh keyakinan.

Gavin tersenyum lembut. "Makasih."

Dengan berat hati, Gavin naik ke kereta yang akan membawanya pergi meninggalkan Oceanna.

'Sampai jumpa nanti, sayang.'

———

"Yakinlah, sejauh apapun jarak yang memisahkan kita, cinta ku padamu tidak akan mudah surut.
Di sini, aku akan terus menunggu kamu.
Aku menanti harapan bertemu denganmu,
Dengan setia yang menjadi pendampingku.'
-Oceanna Rosela.

'Di waktu yang akan terus berlalu,
Ku harap kau setia menunggu kedatanganku.'
-Gavin Firmansyah.

ONE-SHOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang