Pandawa Bercerita | Part 1

519 82 44
                                    

⚠️ DISCLAIMER ⚠️

- Fiksi
- A snack story
- Brothership only
- Foto, cr; printerest

⭐⭐⭐

Tolong Vote-nya, jangan lupa
Lebih-lebih kalau bersedia kasih komentar, hehe

HAPPY READING, GUYS~

⭐⭐⭐

.

.

.

.

.

Gyura selalu penasaran, sebenarnya apa yang sering dibicarakan para maid di mansion-nya tiap kali berkumpul melingkar? Sebab tiap Gyura mendekat, pasti mereka langsung bungkam. Bukan apa-apa, hanya saja mereka kerap terdengar berkasak-kusuk jika dirinya collaps. Gyura hanya khawatir, apa dirinya menyeramkan tiap collaps? Apa dirinya begitu menyedihkan? Apa wajahnya berubah buruk rupa?


Tapi ketika dia bertanya, jawaban mereka selalu sama.

Tuan kecil, apa yang kau katakan?

Bagaimana bisa Tuan kecil kami yang tampan, cantik, imut, dan menggemaskan ini berubah menyeramkan apa lagi buruk rupa?

Menyedihkan? Itu tidak benar. Bahkan kami selalu merasa Tuan kecil anak yang hebat dan kuat. Tuan kecil selalu bisa menebar virus bahagia kepada kami melalui keceriaan di wajah Tuan kecil.

Hah ... entah jujur atau tidak, tapi Gyura menyetujui itu sebab para Kakaknya pun berkata demikian.

Hidup Gyura sejak kecil bagaikan tanpa cela. Baik Momny-Daddy maupun para Kakaknya, tak pernah sekalipun mengatakan sesuatu yang buruk tentangnya. Jadi jika ada yang diam-diam menggunjingkannya, Gyura akan sangat kepo. Pasalnya Mr. Sapto -guru homeschooling Gyura pernah bertanya, "apa kekuranganmu?" Ketika belajar terkait materi self-awareness dan Gyura tidak mampu menjawabnya.

"Em kekuranganku ... Em ..." Saat itu Gyura berusaha keras berpikir, memaksa otak kecil mungilnya untuk mencari-cari apa yang menjadi kekurangannya. Sebab selama ini kata 'kurang' seolah tak pernah singgah dalam kamus hidupnya. Bagi Gyura hidupnya sudah penuh warna bersama para Kakaknya. Satu-satunya kekurangan dalam dirinya mungkin ...

"Memiliki penyakit hemofilia?" Katanya meragu. Namun belum juga Mr. Sapto menanggapi Gyura lebih dulu menggeleng ribut, "eh bukan bukan Mister. Kata Kak Theo itu sebuah keistimewaan. Jadi salah ya Mister?"

Mr. Sapto lekas mengangguk, membenarkan dengan senyum lega. Syukurlah, sepertinya hidup Gyura benar-benar dilimpahi kasih sayang.

"Lalu apa ya? Oh! Sudah tidak punya orang tua?"

Tidak, Mr. Sapto tarik prasangkanya sebelumnya. "Gyura ... itu juga bukan suatu kekurangan."

"Em! Iya ya. Kata Kak Theo juga itu suatu bentuk cinta-kasih Tuhan. Mommy and Daddy adalah orang tua teeeeerrrrbaik yang pernah ada, jadi Tuhan panggil mereka lebih dulu," katanya jadi rindu masa-masa ketika keluarganya masih bisa berkumpul lengkap.

"G-gyura, kau baik-baik saja?"

Gyura mengangguk dengan senyum lebar, menampilkan deret gigi putih rapinya seolah bisa menutup gurat sedih yang terpancar dalam sorot netranya. "Hehe aku berusaha selalu baik-baik saja, Mister."

Pandawa Bercerita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang