Pandawa Bercerita | Part 3

320 55 44
                                    

⚠️ DISCLAIMER ⚠️
- Brothership only
- Gambar, foto, etc. cr; google & pinterest
- Tidak ada kaitannya dengan visualisasi

VOTE DULU YUK
Meski baca offline, tetap pencet bintangnya ya!
Happy Reading, Guys~

⭐⭐⭐

.

.

.

.

.

.

Pagi ini, Gyura sedang duduk di ayunan taman mansion bersama Jaemalio {re; Jemalio}. Mereka tengah menikmati secangkir teh dan kue kering sembari bernyanyi diiringi petikan Gitar. Tidak ada Alex yang biasa berjaga di samping Gyura. Sebab baik Theodoric, Jaemalio, maupun Elmark selalu mengusir Bodyguard pribadi Gyura itu tiap mereka ingin Quality Time bersama si bungsu.

Apalagi di hari weekend begini. Alex tidak perlu repot menjaga Gyura, sebab para Kakak Gyura akan datang silih berganti dengan sendirinya, menjaga si Tuan Kecil keluarga Genandra.

"Hey Jamaluddin__" yang dipanggil Gyura sontak menoleh sengit.

Gyura reflek terkikik jahil, "ih lucu tau kak Jae dipanggil begitu tuh."

Jaemalio mendesah, tak banyak peduli, masih lanjut menggenjreng gitar kesayangan Gyura dengan melodi indah.

"Emang apa bedanya sih Jamal sama Jamaluddin? Gyu rasa, sama bagusnya tuh."

Untuk kali ini Jae menghentikan jarinya, menoleh dengan tatapan malas. "Jamal itu maknanya indah jadi kakak suka. Kalau Jamaluddin, ada tambahan Udinnya. Kak Jae nggak suka. Ntar masuk ke barisan Udin sedunia lagi!"

Gyura sontak terpingkal mendengar pengakuan kakak keduanya itu.

"Panggil yang bener. Nggak usah ngide kasih panggilan macem-macem," nasehat Jae. Tapi kening Gyura langsung mengkerung, tak terima.

"Tapi kalian kan juga suka manggil Gyu macem-macem? Apalagi kak Theo sama kak Nono."

Jae mengernyit, "yang mana?"

"Itu ... dipanggil Bogem, Bocil, Bayi, Byumiya, Beomiya. Banyak kan? ih Gyura nggak suka. Hufh!" Gyura langsung melengos kasar, kini memalingkan diri dari Jae dengan tangan bersidekap. Berkomat-kamit, menggerutu sebal tanpa suara.

Sial, menggemaskan sekali makhluk kecil ini sksksksk ...

Jae melongokkan kepala, mengintip wajah adiknya yang merajuk jadi menahan gemas. Kedua alis Gyura sudah menyatu dengan mata bulat yang khas dan bibir tipis yang sudah manyun maksimal. "Harusnya kak Jae bukan sih yang ngambek? Kenapa jadi Byumiya?" Tanya Jae dengan kerlingan meledek, menekan panggilan Byumiya dengan nada berbeda.

Gyura sendiri kontan menghentak tangannya kesal, "ih tuh kan ... kak Jae panggil Gyu itu lagi! Ya Tuhan, kapan perledekan ini usai Tuhaaaan???" Rengeknya, dongkol sekali.

Jadi Gyura kecil dulu lama sekali lancar bicaranya. Bahkan sampai saat ini pun lidah dia masih suka kepleset kalau ngomong r.

Gyura jaman bayik dulu nggak bisa sebut namanya sendiri. Dari Gyura, malah jadi Byuya kadang kalo dipaksa Jeanno berulang-ulang sebut Gyura, jatohnya jadi Byumiya dan Beomiya. Entahlah, gimana bisa nyasar jadi gitu. Pokoknya huruf G dan R adalah musuh besar bibir Gyura dulu.

"Hahahaha adik kakak kenapa bisa selucu ini ya? Mana baunya bayi banget. Pengen hap!!!"

"AAAAAA KAK JAE!!! GYU MERINDIIIIING." Gyura mengusap kesal pipinya yang disosor tiba-tiba oleh Jae. Membuat pipi berkulit putih halus itu berubah merah makin menggemaskan.

Pandawa Bercerita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang