Typo ⚠️
Happy Reading 🔥
New York, 3 tahun kemudian
Yoongi membuka sedikit pintu kamar Jimin. Dia melihat Jimin yang duduk melamun di pinggir jendela sambil menatap kosong taman didepannya.
"Yoongi"
Yoongi menoleh kebelakang, dimana Jieun yang tengah berdiri membawa nampan berisi roti dan juga susu.
"Jimin masih melamun seperti biasa?"tanya Jieun pelan
Yoongi tersenyum tipis dan mengangguk. Dia mengusap rambut istrinya dengan lembut dan segera pergi darisana. Jieun menatap Yoongi yang sedih dengan keadaan Jimin saat ini.
Jieun mengetuk pelan pintu kamar Jimin. Setelahnya wanita cantik itu masuk dan meletakan makanan yang dibawanya ke meja.
"Jimin, kau melewatkan sarapan tadi. Nuna membawakan susu dan roti untukmu"ucap Jieun lembut
"Aku tidak lapar nuna"gumam Jimin pelan
Jieun mendekat pada Jimin. Dia mengusap punggung Jimin dengan lembut.
"Cinta memang terkadang menyakitkan. Tapi itu bukan menjadi alasan untuk menyiksa dirimu sendiri seperti ini"ucap Jieun
Jimin menoleh pada Jieun dan tersenyum tipis.
"Aku kagum pada perjuanganmu untuk mendapatkan hati hyungku"ucap Jimin pelan"Awalnya juga terasa sangat sulit. Tapi perasaanku pada Yoongi ternyata sebesar itu. Jadi aku terus berusaha untuk mendapatkan cintanya. Dan sekarang aku bersyukur karena dia telah mencintaiku dengan sepenuh hatinya"Jieun tersenyum lembut
Jimin menunduk pelan mendengar ucapan nuna nya. Dia yang kabur dari semua masalahnya dulu memang sangat pengecut. Tiga tahun sudah dia menghilang bagai buih dari kehidupan Jungkook. Rasa sakit hatinya hari itu membuat Jimin tanpa ragu pergi.
Dia mencintai Jungkook! Jelas! Namun dia merasa bahwa hubungannya dan Jungkook tak akan bisa bertahan. Atau Jimin yang tak sanggup melawan semua masalah yang ada didalam hubungan mereka?
Jimin akui dia pengecut. Dia memilih pergi dibandingkan menyelesaikan semua masalahnya dulu.
"Nuna, apa menurutmu aku pantas bahagia?"tanya Jimin pelan
"Tentu saja! Semua orang berhak untuk bahagia Jimin. Jadi jangan terus berlarut dengan rasa sedihmu. Kau berhak bahagia. Mulai kembali hidupmu"
Setitik air mata jatuh. Jieun mengusap bahu Jimin yang bergetar karena tangis.
"Terimakasih nuna"gumam Jimin pelan
Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka lebar. Disusul derap langkah cepat yang mendekat pada Jimin.
"Uncle Jimin!"
Jimin menoleh pada dua keponakannya yang kini berlari riang ke arahnya.
"Muel, Riel?"
Jimin memeluk dua bocah yang terlihat begitu menggemaskan.
"Uncle menangis?"tanya Muel
"Tidak. Mana mungkin uncle menangis"ucap Jimin cepat sambil mengusap sudut matanya yang basah
"Apa eomma memarahi uncle?"tanya Riel dengan wajah polosnya
"Heyy mana mungkin. Eomma kalian adalah malaikat. Mana mungkin memarahi uncle"ucap Jimin yakin
Jieun tersenyum melihat interaksi Jimin dengan anak-anaknya. Setidaknya adik iparnya itu dapat tersenyum walaupun sebentar dan hanya saat bersama dengan dua keponakan lucunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] EUPHORIA [KOOKMIN]
FanfictionJatuh cinta pada seorang aktor terkenal benar-benar membuat hidup seorang Park Jimin menjadi penuh dengan Euforia