6

4 1 0
                                    

Permaisuri Emely sudah di obati oleh tabib. Tabib yang sama dengan Theo. Tabib tersebut geleng-geleng kepala, karena hari pertama dia menikah sudah memiliki masalah.

Tabib merapalkan mantra agar punggung Emely sembuh dalam waktu dekat. Tusukan Raja Eren masuk kedalam, dan setengah dari belati masuk ke punggungnya. Tentu hal tersebut sangat sakit bagi Emely.

"Kapan acara ritual di laksanakan?" tanya Theo tanpa mau melihat arah Emely.

"Maaf Yang Mulia, acara ritual di tunda sebentar untuk menunggu pulihnya Permaisuri Pandega." Jawab Tabib.

Theo berdecak sebal. "Kalau begitu, cepat sembuhkan dia!"

"Baik Yang Mulia, akan saya usahakan."

Kemudian tabib memeriksa nadi Emely, untuk memastikan sesuatu, sesuatu yang membuat tabib memeriksanya kembali.

Theo ingin keluar tapi ucapan tabib menghentikan langkah nya. Ia memutar balikkan badan dan berjalan cepat ke tabib.

"Menurut perkiraan saya, ritual bisa dilakukan nanti malam. Ternyata Permaisuri Emely cepat menyerap mantra yang saya ucapkan. Tubuh beliau sangat kuat menopang sakit." Mata Tabib tersebut berbinar karena Emely berhasil melawan rasa sakitnya.

Theo sendiri bahagia. Bukan karena Emely akan sembuh, bukan. Tapi, sakit yang ia derita akan sembuh sebentar lagi. Dia tidak akan mengalami sakit setiap malamnya.

"Baguslah, kapan dia sadar?"

"Mungkin sebentar lagi Yang Mulia. Permaisuri Emely masih beradaptasi dengan sakit di punggungnya."

Theo mengangguk.

"Maaf Yang Mulia, saya mohon Yang Mulia duduklah disini sebentar."

"Buat apa? aku tidak mau." Tolak Theo dengan cepat.

Dia tidak mau duduk atau berdekatan dengan Emely. Dia masih tidak suka dengan pengakuan dari mulut Emely sendiri dan itu membuat Theo ilfeel.

"Permaisuri Emely membutuhkan energi anda Yang Mulia. Dia butuh energi suaminya. Dekat lah sebentar supaya ritual itu cepat terlaksana." Suruh Tabib tegas.

"Kalau bukan karena darahmu, aku tak mau dekat-dekat denganmu, gadis rubah." Cibirnya lalu duduk di samping ranjang Emely.

"Yang Mulia, taruh tangan anda ke tangan Permaisuri."

"Aku tidak mau." Tolak Theo kasar.

"Yang Mulia ... Saya mohon, taruh tangan anda di atas tangan permaisuri, agar Permaisuri menyerap energi kuat dari tubuh anda." Lirih tabib.

Terpaksa Theo meletakkan tangannya diatas tangan Emely. Ia berharap istri yang baru dia nikahi hari ini lekas membuka mata.

Tabib tersenyum, kemudian menutup mata. Membacakan mantra khusus untuk Permaisuri Pandega.

"Yang Mulia, tolong bisikkan sesuatu pada Permaisuri,"

"Aku tak mau."

"Yang Mulia, tolong. Ini juga kelangsungan ritual anda."

"Ck, yasudah apa yang kukatakan?" tanya nya setengah membentak. Dia benci di atur. Jika bukan karena tabib itu tau cara dia sembuh, mungkin Theo sudah menebas kepalanya.

"Katakan sesuatu yang membuat Permaisuri Emely bangun Yang Mulia, ibaratnya kata-kata yang manis." Jawab Tabib kesal.

"Aku tak pandai bicara manis. Kau saja yang mengatakannya!"

Tabib menghela nafas lelah. Kaisar Theo tak bisa diajak kerja sama. Dia lelah karena perjalanan jauh kesini, kekuatannya juga mulai habis karena mengobati Emely, belum lagi menghadapi tingkah kekanak-kanakan Theo. Dia benar-benar frustasi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 14, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Permaisuri PandegaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang