5

0 2 0
                                    

Pesta pernikahan Kaisar dan Permaisuri Pandega dilaksanakan dengan meriah. Semua rakyat dari penjuru di undang menghadiri pernikahan ter-fenomenal seperti ini. Jarang-jarang rakyat kelas bawah di undang ke pernikahan bangsawan. Dan mungkin ini pertama kalinya mereka menghadiri nya secara langsung.

Theo dan Emely resmi menikah setelah mengucapkan sumpah atas nama dan jiwanya untuk menjaga Emely selamanya.

Mereka sudah saling meminum darah masing-masing. Tanda bahwa satu sama lain sudah terikat secara batin. Cincin pernikahan yang terbuat dari batu kristal yang hanya di temukan digunung es. Cincin yang hanya digunakan oleh seorang Kaisar dan Permaisuri.

Beberapa kalangan mendukung Emely menjadi Permaisuri mereka. Tapi kebanyakan menolak dan mencibirnya karena merasa Emely tidak pantas. Suara itu lebih dominan ke gadis-gadis yang tak terima Kaisarnya menikah dengan orang lain.

Tapi Emely tidak peduli. Dia akan menjalankan misinya.

Raja Eren, dan Imily datang menghampiri tempat singgah pemimpin kerajaan Pandega.

"Salam Yang Mulia Kaisar dan Permaisuri. Semoga pernikahan kalian bertahan sampai tua nanti." Ucap Raja Eren tersenyum.

Emely mencibir dalam hati. Pria tua bangka ini sangat pandai memainkan peran nya sebagai ayah yang menyayangi anaknya.

"Siapa yang mengundang kallian berdua? aku hanya mengundang rakyatku saja."

Raja Eren tersinggung, ia mengepalkan tangannya pertanda marah.

"Aku ayahmu Emely, sudah seharusnya aku datang ke tempat pernikahanmu." Jawab Raja Eren mempertahankan senyumannya.

"Ayahku sudah mati." Tutur Emely terang-terangan membuat tamu yang mendengarnya terkejut setengah mati.

Apalagi Theo, dia yang sedang mengobrol dengan Raja lain langsung menoleh karena terkejut dengan pernyataan tersebut.

"Apa maksudmu nak? aku ayahmu, aku masih hidup."

"Tidak, anda adalah ayah Imily bukan ayahku." Emely menggelengkan kepalanya.

Suasana yang tadinya bahagia kini di landa kebingungan. Mereka sontak diam menunggu pertunjukan di hadapan mereka.

"Kau berbicara apa? aku ini ayahmu Emely! kau sudah berani melupakan ayahmu sendiri?" tanya Raja Eren pura-pura sedih.

"Sudah kukatakan, ayahku sudah mati! dan kau lah yang membunuhnya!" teriak Emely kuat.

Bisik-bisik mulai terdengar. Bisik-bisik yang mengatakan kalau Raja Eren raja yang jahat, Raja pembunuh, dan banyak umpatan lainnya.

Ada juga yang mengatakan kalau itu fitnah, mengatakan kalau Emely anak tidak tau diri.

Raja Eren mengeluarkan belati dari saku nya. Belati yang ia bawa kemana pun. Ia akan menancapkan belati tersebut ke punggung Emely, yah harus.

Srak.

Emely meringis kesakitan. Belati itu tepat menancap di punggung Emely saat Emely tidak sadar.

"Dasar anak tidak tau diri. Aku membesarkan mu dengan penuh perjuangan selama 24 tahun dan kau tidak mengakui aku sebagai ayahmu. Hatiku sedih sekali Emely, hatiku sakit seperti tusukan belati itu." Raja Eren mengambil simpati manusia yang ada disini.

Bisik-bisik tentang keburukan Emely sudah meraja lela.

"Ayah, jangan katakan begitu. Kakak Emely tidak bermaksud mengatakan hal tersebut. Iyakan kakak?" bela Imily sok perhatian.

"Akh, punggungku!" teriaknya membuat semua orang panik. Gaun yang tadinya warna putih kini berubah menjadi putih merah. Ternyata tusukan Raja Eren lumayan dalam dan panjang. Pria tua bangka itu ahli dalam menusuk, dan punggungnya adalah sasaran empuknya, sialan!

"Nak, maafkan ayah. Itu adalah akibat yang kau dapatkan karena tidak mengakui ku sebagai ayahmu. Maafkan ayah, kemari biar ayah obati." Raja Eren memegang tangan Emely dan dihempaskan olehnya.

"Diam kau pria tua! aku tak butuh pertolonganmu." Sarkas Emely berusaha menjaga keseimbangannya.

Sedangkan Imily tersenyum tipis, bangga atas perbuatan sang Ayah. Ayahnya sangat pintar mencari situasi yang cocok untuk melukai Emely tanpa harus merusak nama baiknya. Justru Emely lah yang dikata-katain.

Emely menjaga keseimbangannya dengan baik, ia tau setelah ini dia akan pingsan atau tak tertolong, atau setelahnya akan di cap buruk sebagai Permaisuri adalah anak durhaka yang tega tidak mengakui ayahnya.

Emely berjalan titah, langkahnya gemetaran karena tak sanggup menahan sakit di punggung. Sebelum ia tak sadarkan diri, ada baiknya dia juga menusuk salah satu tubuh Raja Eren. Dia harus membalasnya dengan imbang.

Ia akan menusuk pria busuk itu.

Tetapi cibiran itu datang lagi.

Kepala Emely mau meledak saat mendengar kata tak pantas tentangnya. Itu sangat tidak pantas dikatakan.

"Eren.. kita impas..." Emely tak sadarkan diri usai menusuk leher Raja Eren saat dia terlalu merasa tinggi. Emely tak segan menusuk leher Raja tersebut.

Semua orang berteriak heboh karena dua orang penting dan berpengaruh pingsan secara bersamaan.

Darah mulai keluar dari leher Raja Eren dengan deras. Imily histeris lalu memeluk sang Ayah.

Ingin sekali ia membalas perlakuan Emely saat ini juga. Tapi anak nya juga tak sadarkan diri dan itu sangat tidak adil.

Kaisar Theo berjalan santai lalu menyuruh prajurit menggendong sang Permaisuri untuk di obati. Sedangkan Raja Eren dibiarkan begitu saja. Mungkin rakyat Amorall yang akan membawa tua bangka itu pulang.

Tamu undangan juga disuruh bubar. Mereka di ancam supaya tidak mengatakan yang tidak-tidak tentang Permaisuri baru.

°°°

Thanks for reading!

Permaisuri PandegaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang