Shade Umbrella 7.

131 101 14
                                    

"Tidak ada salahnya menjadi orang bodoh untuk cinta, tapi jangan terlalu bodoh. Karna cinta yang kau inginkan belum tentu menjadi milik mu"

______________________

Airel terbangun karna mimpi buruk itu, ia terus menepuk pipinya dan menyentuh bibirnya apa kah kejadian kemarin itu hanya sekedar mimpi atau nyata. Airel benar-benar bingung tapi semua itu terasa seperti nyata untuknya.

"Ish, gila gue. Kenapa harus mimpi itu" Gumamnya Airel melirik ke arah jam dinding dan sudah menunjukan pukul 8:30.

"Dikit lagi jam 9!! mampus telat gue" Airel berlari kearah kamar mandi, jika tidak buru-buru untuk melihat jam mungkin dia akan telat.

Setelah semua selesai Airel keluar dari rumahnya dan berlari ke arah halte bus, saat sedikit lagi sampai ternyata bus hampir ingin pergi, tidak ada pilihan lain Airel harus mengejar bus itu.

"Woy pak tunggu, pak. Aduh" Airel terus berteriak dan mengejar bus itu.

Hingga akhirnya bus itu pun terhenti, Airel pun masuk ke dalam bus itu dengan keadaan masih terengah-engah.

"Lain kali harus cepat ya neng" Ujar sopir bus itu.

"Maaf pak" Jawabnya yang masih mengatur nafasnya, Airel memilih tempat duduk di bagian belakang karna penumpang hari ini, sedikit sepi dan tidak terlalu penuh.

Saat tiba di halte bus dekat kampusnya Airel segera turun dan berlari, memasuki pakultasnya karna dia benar-benar telat, ia melirik jam yang sudah menunjukan pukul 9:12.

Dia benar-benar telat dan akan di hukum, apa pagi hari ini Kiano yang mengajar kelas, Airel terus berlari melalui koridor kampus, hingga melewati Azrul yang tepat sedang melihatnya berlari.

"Pasti telat tuh cewe" Gumam Azrul saat melihat Airel sudah berbelok.

Tepat sampai di depan kelasnya Airel berhenti dan berharap, Kiano tidak ada. Airel mengehela nafasnya dan segera membuka pintu, namun pintu sudah di buka terlebih dahulu oleh seseorang dari dalam.

Airel terkejut ia pikir itu Kiano, ternyata bukan itu adalah Mufi yang sudah membuat Airel terkejut.

"Baru dateng mba" Tanyanya Airel hanya mengangguk

"Lo kenapa keluar, bukannya sekarang ada kelas?" Tanyanya yang melihat Mufi seperti santai saja, Mufi mengerutkan keningnya.

"Kelas? Oh hari ini gak ada kelas mba, pak kiano tadi udah bilang kalau hari ini libur dulu" Jawabnya Airel mengehela nafasnya lega, tapi hari ini percuma saja untuknya sudah datang dengan buru-buru, tapi semuanya sia-sia.

Airel berjalan menuju kantin untuk sarapan, karna tadi dia belum sempat untuk sarapan.

"Cape gue, udah buru-buru kesini tapi malah gak ada kelas" pekiknya dan mulai memesan makanan kesuksaannya.

"Lo mau apa?" Tanyanya pada Mufi, Mufi tersetak menatap Airel

"Lo mau bayarin gue mba?" Tanyanya dengan mata berbinar

"Iya, sekali-sekali"

"Udah cepet, kelamaan gak akan gue bayarin" Lanjutnya sambil meninggalkan Mufi, dengan cepat Mufi memesan satu porsi bakso.

Airel memilih tempat duduk di paling ujung yang bisa melihat langsung, area lapangan bola Airel melihat banyak mahasiswa dari pakultas lain sedang bermain bola. Airel menangkap satu sosok pria yang sedikit ia kenal, dari poster tubuhnya yang tinggi dan gagah,

Pria itu tersenyum sehingga terlihat dimpel di dua pipinya, Airel seperti pernah melihat senyuman itu, yang pernah ia lihat.

Airel memutar kembali ingatannya tentang senyuman itu, Airel mengingat senyuman itu dan tinggi pria itu, saat hujan pertama kali datang. Dimana ia melihat pria yang menari-nari di bawah guyuran hujan, Iya Airel mengingat itu.

Shade UmbrellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang