Hari ini adalah hari dimana rasa malas menyerang gadis yang tengah rebahan itu, sedari tadi ia hanya berguling tidak jelas, dari sepulang sekolah hingga sore petang ini.Tangannya terus mengotak Atik ponselnya yang memang terlihat tidak begitu menarik bagi gadis itu.
Ingin keluar dari kamar saja rasanya malas, apalagi hari ini ia sedang sendirian dirumah , kedua orang tua angkatnya dan juga Daffa telah pergi dari kemarin untuk menghadiri wisuda Gavin.
Gadis itu menghela nafas, ia kesepian, padahal mama Atey awalnya menolak untuk pergi, karena menghawatirkan Ayanna, tapi ia tetap kekeuh meyakinkan mama Atey bahwa ia akan baik-baik saja.
Dan akhirnya seperti ini, ia sendirian.
Walau ada beberapa teman dekatnya yang mengajaknya keluar, tapi Ayanna menolak, pergi tanpa ada mama Atey rasanya menakutkan.
Sudah 8 bulan gadis itu masuk sekolah, dan ada banyak hal yang sudah ia dapatkan, terutama tentang pergaulan. Dulunya ia yang hanya bisa bermain dirumah, sekarang diperbolehkan pergi keluar bersama teman-temannya.
Ayanna suka, tapi ia hanya belum terbiasa.Tin Tin
"Mama Atey!" Seru Ayanna, segera turun menuju lantai satu, ia sangat merindukan wanita yang sudah dianggap nya ibu kedua itu.
Dengan langkah kecilnya ia sekarang sudah berada didepan pintu rumah, lalu segera membukanya, wajah yang pertama ia lihat adalah wajah yang menurutnya menyebalkan.
"Ish, kenapa jadi muka Lo sih?" Bahasa Ayanna sudah berubah, dan itu ajaran dari temannya.
Daffa langsung mengapit leher gadis itu didalam ketiaknya, "kurang ajar ni bocah, minimal sambut gue pake senyuman, ceunah!" Ujar Daffa menyebalkan.
"Hiiiii lepasin! Daffa bau ketekk hihhh, Mamaa Ateyyy" rengek gadis itu, memberontak.
Bukannya melepaskan, Daffa malah membawa gadis itu masuk kembali kedalam rumah, lalu melepaskannya.
"Mama belum pulang, jadi Lo sekarang harus nurut sama gue!" Ujar Daffa tersenyum kemenangan.
"Gausah bohong ya dapa! Gue tau mama juga pulang!" Kekeuh Ayanna, lalu kembali berlari keluar rumah.
Daffa membiarkannya saja dan memilih menuju sofa, menunggu gadis itu melihatnya sendiri, apakah ia berbohong atau tidak. Raut wajahnya yang tadi tengil berubah mengeras, dengan decakan sebal.
Tidak mau berfikir kembali, ia memilih bersandar dipunggung sofa, dengan memejamkan matanya, dengan kedua tangan bersidekap.
Disisi lain ada Ayanna yang sudah dekat dengan mobil yang digunakan oleh sopir yang menjemput Daffa tadi.
"Mama? Ini Aya, Mama disitu kan?"
Blam.
Mata Ayanna langsung berbinar, ia menuju kesamping pintu kemudi, lalu tanpa melihat siapa yang keluar dari dalam sana, ia langsung menyambutnya dengan pelukan.
Tapi—ia langsung tersadar ketika rasanya tidak seperti biasa ia memeluk sang ibu. Dengan raut takut-takut, ia memberanikan diri untuk membuka mata.
Jleb!
Dari sepatu nya saja sudah terlihat bahwa yang ia peluk ini adalah cowok! Jangan-jangan om Supir? Gila!
"Huaaa, maaf om Sopir! Aya kira tadi situ Mama Atey" Sesal gadis itu tidak berani mendongak, dan hanya melihat kebawah.
"Hm? Sejak kapan profesi saya jadi sopir pribadi?" Suara nan berat dan Basah itu terdengar menyeramkan untuk didengar oleh gadis ini.
Deg.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gavyaa
RandomGimana rasanya dicintai secara ugal-ugalan oleh Abang angkat sendiri atau mantan tetangga? Yang emang belum ia anggap sebagai Abang. Panggilan nya aja masi pakai 'OM', Awalnya si cewe juga takut, tapi makin dewasa kok makin berani juga nantang si Om...