9- Pria gila

165 3 0
                                    


Hari-hari yang sebelumnya terasa tenang dan tentram harus terancam karena kehadiran seseorang yang sudah menghilang selama 5 tahun itu.

Ayanna mengaduk makanannya tanpa ada niat untuk memakannya, perasaannya gusar karena kehadiran Gavin diperkumpulan keluarga ini.

Yahh, memang wajar Gavin ikut makan bersama, karena pria itu asli putra dari kedua orang tua angkatnya.

Kejadian kemarin coba ia lupakan, ia berhasil kembali kerumah pagi tadi dengan bantuan daffa. Makanya Mama atey tidak terlihat curiga dan percaya saja.

"Jadi kamu bakalan tinggal dirumah kamu sendiri?" Pertanyaan yang dilayangkan oleh Aryan-sang ayah, dan dijawab anggukan oleh Gavin.

Mendengar itu, Ayanna tersenyum dalam hatinya, ia tidak perlu bertemu pria itu didalam rumah ini. Ia tidak perlu takut jika harus berkeliaran didalam rumah besar ini seperti biasanya, bukan?

"Yah, kalau ayah dan mama tidak keberatan, Gavin ingin mengajak Ayanna dan Daffa juga untuk tinggal di sana" sahut Gavin menatap serius orang tuanya.

Ayanna terlihat tidak terima, "Mama atey pasti bakalan kesepian kalo Aya gak ada disini, iya kan mam" Ujar Ayanna penuh harap.

Atry mengangguk setuju, setelah mengelap bibirnya selesai makan, wanita itu menatap ketiga anaknya. "Mama bakalan sedih kalau enggak ada Aya dirumah ini"

"Tapi...karena rumahnya sampingan enggak apa-apa sih kalau Aya sama Daffa ikut sama kakak Gavin"

Sirna sudah kesenangan Ayanna, Ia menatap sinis Gavin dan dibalas senyum manis oleh laki-laki itu.

"Oh yaa, mama ngomong gitu bukan karena setuju juga yaa sayang, tapi dua bulan kedepan mama sama ayah mau rencana keluar daerah, jadinya Aya sama Daffa tinggal dirumah kakak Gavin dlu, gak apa apa ya sayang" Atry menjelaskan maksud sebenarnya.

"Emang ga boleh yaa, Aya kalau mau diem dirumah ini aja? Aya berani kok mah, kan sama Dapa juga, ya kan dap" Ayanna, menendang kaki daffa yang ada disampingnya itu.

Pemuda yang tadinya diam menikmati makanannya pun menatap jengah adik angkatnya, "Gue mau tinggal dirumah bang gapin, Lo sendiri kan tahu kalau malam, ini rumah horor banget" Kompor Daffa.

Pupus sudah kemenangan bagi Ayanna, Daffa sendiri tidak bisa membantu dirinya. Yah seharusnya ia juga tidak perlu memikirkan kejadian kemarin. Pastilah hal itu tidak akan terulang bukan?

Lagian ia hanya perlu tidur dan pergi kuliah, ia bisa diam dirumah temannya lebih lama dan pulang kerumah Gavin, jika sudah waktunya malam.

"Dua bulan aja ya sayang, habis itu balik lagi kesini, okay?" Atry meyakinkannya.

"Kunci rumah juga dipegang sama kakak kalian ,kalau mau ambil sesuatu bisa minta sama Gavin" Ucap Aryan, sebelum bangun dari kursinya dan pergi meninggalkan yang lainnya bersama sang istri.

Ayanna berdecak dan menggeplak lengan Daffa, "Ahh ga asik Lo dap!" Sungutnya kesal, bibirnya mengerucut sebal, sudah tidak nafsu untuk menghabiskan makanannya.

"Aneh banget Lo, emang kenapa sih kalo dirumahnya bang gapin?" Balas Daffa.

Dengan santainya Gavin diam memperhatikan Ayanna yang terlihat dongkol setengah mati karena keputusan yang sudah disetujui oleh orang tua mereka.

Merasa diperhatikan gadis itu membalas tatapan Gavin dengan sinis, walau terkesan durhaka dengan kakak angkatnya itu, tapi tolong lahh, Gavin yang sekarang dah dahulu itu berbeda!!!

Ayanna tidak tahu kenapa ia sangat merasa resah dan khawatir jika terus berada didekat Gavin, entahlah ia juga tidak paham akan situasi nya sejak kejadian kemarin malam.

Masih dengan tatapannya tidak teralihkan dari Gavin, Ayanna membalas pertanyaan Daffa kepadanya, "Gue gak bebas Daf! Lo tahu sendiri kan om Gavin itu licik"

"Orangnya masih disini bego!" Tak habis dikit, Daffa langsung beranjak saja meninggalkan meja makan.

Ayanna mendengkus, menghabiskan makanannya, berusaha tidak perduli masih ada orang didepannya, tengah duduk menatap dirinya..

"Licik? Memang saya berbuat apa sampai kamu ngomong seperti itu, Ayanna?" Kekeh Gavin, bersidekap dada, memperlihatkan otot-otot tangannya.

"Pake nanya lagi" sahut Ayanna.

"Saya memang tidak tahu Ayanna" Gavin membalas lagi.

"Licikk pake banget, pake ngancem Aya segala, bilangin aja sama Mama atey kalo Aya pergi ke bar, Aya gak papa kok" sungut Ayanna kesal, ia tahu ia salah, tapi yang telah dilakukan Gavin membuatnya kesal.

Laki-laki itu mengancam dirinya, jikalau ia tidak menurut kepada Gavin, maka kejadian dirinya hampir dilecehkan oleh om-om belang akan dibocorkan kepada Mama mereka.

"Pfffffttt, Saya hanya bercanda, kenapa seserius itu? Saya tidak mungkin membocorkannya, dan soalan kamu harus  patuh kepada saya itu terserah kamu..."

"Tapi saya pastikan, kamu akan patuh dan mengikuti semua larangan dan perintah saya Ayanna" imbuh Gavin sembari berjalan mendekati Ayanna.

Gadis itu mendongak menatap Gavin dari duduknya, tatapannya tetap sama yaitu tatapan garangnya, dan alis mengkerut nya. Seolah tak terima dengan ucapan laki-laki tersebut.

Hendak angkat bicara, jemari Gavin yang mendarat diatas kepalanya membuat gadis itu mematung, elusan lembut itu berasal dari telapak besar Gavin.

Kembali akan protes, Gavin menunduk menyamakan posisi wajah mereka, lalu membisikkan sesuatu, "Ada ayah  dari arah samping kita"

"Belajar yang bener dek, jangan pacaran terus" Gavin seolah berubah jadi orang lain, ia terlihat seperti seorang kakak yang tengah menasehati adiknya.

Aryan yang mendengarnya lantas mendekati keduanya, "Lho, Aya pacaran, nak?" Tanyanya .

"Ayah, enggak! Aya gak pacaran, kak Gavin cuma asal ngomong!" Bela Ayanna, tidak terima! Pasalnya ia memang benar benar tidak mempunyai pacar.

Aryan menggeleng pelan, "Kalaupun benar, kenalkan dulu dengan Ayah, atau  dengan Kakak kamu, jangan diem- diem pacaran ya nak, ayah gamau liat Aya sakit hati oleh pemuda yang brengsek" Ujar Aryan.

Ayanna terdiam, memang benar Aryan adalah ayah sambungnya, tapi mendengar ucapan beliau, hatinya menjadi tenang , ia seperti tengah diperingatkan oleh ayah kandungnya.

"Siap ayah, biar Abang yang jagain, adek Aya" balas Gavin, merangkul bahu Ayanna walau berusaha ditepis oleh Ayanna.

"Ayaahhh, kak Gavin ngeselinn" Adunya semakin kesal.

"Udah-udah, nanti sore Ayah sama mama berangkat ya, kalian baik-baik dirumah bang Gavin, jangan sering- sering jailin adek kamu bang" pesan Aryan, lalu pergi kembali kedalam kamarnya untuk bersiap-siap.

Gavin dan Ayanna melihat kepergian Aryan, lalu dengan jahilnya Ayanna menggigit tangan besar Gavin, dan berlari menjauh, sembari menjulurkan lidahnya, mengejek.

Laki-laki tampan itu tersenyum tipis, lalu melihat bekas gigitan dari gadis itu terlihat sedikit membekas, dan dengan tingkah gilanya, Gavin menghisap kembali bagian yang digigit gadis itu.

"Dasar gila"  tanpa Gavin ketahui, ada seseorang yang melihat tingkahnya itu dari lantai atas. Dengan tatapan mata yang penuh dengan maksud yang belum diketahui.


_—————

Omo Omo maksuddd nyaahh ini bakalan tinggal bareng gituh?😱😱

Jangan lupa kasih part ini vote yaa guysss💗
Bye byee sampe ketemu dipart selanjutnya🎀

GavyaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang