Bagian Sepuluh

110 21 3
                                    

Naomi tertegun menatap kayu kokoh persegi berukir rumit yang ada di depannya, lama. Helaan napas beberapa kali meluncur pelan dari bibir kemerahannya. Dengan ragu, tangannya mulai terangkat meraih gagang daun pintu itu. Bimbang, ia masih menimang haruskah ia membuka penyekat itu. Namun, dengan satu tarikan napas, ia membulatkan tekad. Mendorong perlahan pintu itu.

Ia harus melakukan ini. Semua demi Kinal. Ia tidak ingin Kinal menjadi korban keegoisan sang Pramudya berikutnya. Kinal harus hidup atas keinginannya sendiri. Hidup dengan pilihannya sendiri.

Melangkah perlahan, Naomi berusaha tidak menimbulkan suara berisik. Matanya menatap punggung tegap nan kokoh itu yang tengah terduduk. Sosok yang sangat tegas, sedikit otoriter terhadap hidupnya. Seiring berjalannya waktu. Naomi terus berusaha memahami semuanya. Berdamai dengan keadaan dan dirinya sendiri. Memaafkan masa lalunya. Menerima dan menganggap semua yang terjadi adalah bagian dari takdir yang harus ia jalani.

Naomi menarik napas panjang. Pria itu masih khuyuk dengan bacaannya. Kacamata baca melekat sempurna di pangkal hidung lancipnya. Perlahan ia mendekat, menarik kursi yang ada di seberang tempat duduk Pramudya.

"Papi belum tidur?" Itu adalah pertanyaan basa-basi yang biasa Naomi lontarkan. Sebenarnya ia tidak suka berbasa-basi. Di situasi seperti ini, sepertinya hanya kata-kata itu yang bisa ia utarakan sebagai pembuka obrolan.

Pramudya berdeham pelan. Menutup pelan buku tebal yang ada di pangkuannya. Melepaskan kacamata bacanya lalu meletakkan kacamata itu di atas meja. Ia membetulkan duduknya. Menghadap langsung ke arah Naomi. Suasana ruang perpustakaan kini seolah mengintimidasi waktu agar segera berlalu. Naomi tidak suka terjebak di situasi seperti ini. Ia hanya menginginkan obrolan hangat yang biasa ada antara ayah dan anak perempuan. Tidak tersekat dengan embel-embel kecanggungan seperti biasa. Dereten buku-buku yang tersimpan pada rak-rak di beberapa sisi ruangan seperti menjadi saksi bisunya.

Sejak dulu Pramudya selalu menginginkan Naomi menjadi sosok yang sempurna. Menjadikan Naomi seseorang sesuai kemauannya. Dituntut harus ini dan itu. Seolah seperti robot yang telah terprogram. Naomi sangat membenci satu fakta itu.

"Menurut kamu?" Rahang tegas Pramudya terlihat semakin jelas saat suara itu terlontar. "Langsung saja, ada perlu apa?" Ia seolah bisa membaca pikiran putri semata wayangnya.

Naomi meremas ujung piayama katun yang ia kenakan. "Naomi hanya ingin tahu, apa Papi yakin kalau Kinal mau terlibat mengelola perusahaan?"

Pramudya menyatukan kedua jari jemari lalu meletakkannya di atas meja. Menatap lekat ke arah Naomi.

Naomi sungguh tidak suka berada di situasi seperti ini. Bukan, ia sangat membenci atsmosfer penuh intimidasi seperti ini. Ia seolah seperti tersangka yang tengah diinterogasi atas kejahatan yang tidak pernah ia lakukan. 

"Dia harus mau. Tidak ada jalan lain. Biarkan anak itu menjadi berguna. Walau sedikit." Kata-kata Pramudya penuh penekanan.

Bungkam, Naomi tidak ingin bertanya lagi. Untuk sekadar membantah atau mendebat keputusan Pramudya adalah pilihan yang tidak tepat. 

"Soal merger, apa Papi sudah yakin?" 

Helaan napas panjang meluncur tanpa jeda dari bibir Pramudya. "Papi juga harus memikirkan hidup orang banyak." Ia beranjak berdiri. "Sudah malam, istirahatlah. Besok ada rapat direksi. Kamu juga harus hadir, 'kan." Pramudya melangkah menuju pintu tanpa berkata apa-apa lagi.

Naomi menghela napas lega. Setidaknya ia sudah melakukan apa yang harus ia lakukan. Untuk sekarang, hanya ini yang bisa ia perbuat.

.

..

"Ini ... buat kamu." Veranda mengulurkan minuman kaleng dingin. Tersenyum ramah pada Kinal.

Kinal mengedarkan pandangannya. Melihat rekan-rekan kerja yang tengah mencuri tatap ke arahnya. Kepala Kinal bergerak, mengisyaratkan penolakan. "Tidak, terima kasih." Ia merasa tidak enak dengan teman-temannya. Semenjak bengkel ini menjadi milik Veranda. Veranda seolah memperlakukannya dengan istimewa. Kinal membenci itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang