6 | Perempuan Dan Takdirnya?

86 41 13
                                    

-  h a p p y  r e a d i n g ✨

-  h a p p y  r e a d i n g ✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Betul, Kal. Takdir perempuan memang di dapur dan ngelayanin suami. Ngapain sekolah tinggi-tinggi, Kal. Nanti gada lelaki yang mau sama kamu, loh. Susah nanti nyari suami,"

• • •

"Bagaimana pun juga, aku tetap mau kuliah ke luar kota. Entah Ayah mengizinkan atau tidak, aku akan tetap pergi."

Kala akhirnya memberikan pernyataan yang tegas kepada Ayahnya, menegaskan keinginannya untuk pergi kuliah ke luar kota meskipun harus bertentangan dengan pandangan Ayahnya.

Ayah Kala tampak terkejut dan mencoba mencari kata-kata untuk merespon, sementara ibu Kala mengangguk dengan penuh dukungan terhadap putrinya.

"Kala, kami akan selalu mendukungmu dalam mengejar impianmu. Tapi mari kita coba berbicara dan mencari solusi bersama. Kami ingin yang terbaik untukmu." Ibu mencoba memberikan tawaran kepada Kala.

Kala tersenyum hambar seraya menggelengkan kepalanya. "Kalian bohong, selalu!"

Usai mengucapkan kalimat tersebut, Kala kembali masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu dengan rapat.

🍂🍂🍂

Pagi-pagi sekali Kala keluar dari rumahnya tanpa berpamitan. Ini adalah kali pertama dirinya pergi tanpa memberi tahu ke mana ia akan pergi.

Kala berjalan menyusuri jalan keluar dari desa. Perempuan dengan jaket putih serta tas selempang itu berjalan dengan santai sambil sesekali membalas sapaan dari warga sekitar.

Di depan sana, tepatnya di samping jalan raya, ada konter yang biasa menjual pulsa, kuota, maupun ponsel bekas. Kala mengetahuinya dari Dinda, temannya.

Tujuan Kala ke sana untuk membeli ponsel bekas. Dalam pikirannya, hanya itu salah satu cara untuk memperoleh informasi mengenai perguruan tinggi.

"Ada yang bisa dibantu, kak?" kata penjaga konter itu ketika Kala sampai di sana.

"Aku mau cari ponsel bekas, sekitar harga tiga ratus ribu, ada?"

"Ada kak, cuman mereknya ga terlalu terkenal," jawabnya.

Penjaga konter itu mencarikan barang yang Kala inginkan. Selang beberapa waktu, penjaga konter itu meletakkan dua buah ponsel di atas mejanya.

"Yang ini harganya tiga ratus ribu, sesuai yang kakak mau, ini gada kurangnya ya kak," jelasnya seraya mendorong pelan benda pipih berwarna hitam itu.

"Nah, kalau yang ini, harganya dua ratus lima puluh ribu, kak. Barangnya bagus kok, cuman batrenya aja boncos," jelasnya sambil menunjuk ponsel berwarna putih itu.

Hujan Di Penghujung Kemarau ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang