xxii

118 10 6
                                    

Sudah hampir lima hari Bae terbaring diatas ranjangnya, dan setelah tahu keadaan gadis berperawakan tinggi itu Jiwoo mulai mengunjunginya  setiap hari.

Seperti hari ini, Jiwoo pulang sore hari hampir senja namun masih sempat mampir ke rumah Bae untuk menemuinya. Di sana Bae sedang bersama Haewon di belakang rumah karena suntuk seharian di kamar.

"Eh," Haewon menyikutnya pelan. "Adek kesayangan lo tuh" Bisiknya.

Bae menoleh dan tersenyum tipis melihat Jiwoo sudah berdiri diambang pintu. "Lo ngapain di luar kak?" Jiwoo berjalan mendekat dan ikut melingkarkan tangannya di lengan Bae.

"Ayo masuk. Udara sore gini dingin."

"Dia baru keluar. Seenggaknya biarin dia disini dulu. Lo pikir gak suntuk seharian di kamar?" Suara Haewon terdengar mengambil atensi Jiwoo.

"Daripada Kak Bae makin sakit. Lebih baik suntuk sebentar daripada gak sembuh sembuh."

Akhirnya Haewon melepaskan tangan Bae dan membiarkannya Jiwoo bawa ke rumah. Ia terdiam sejenak memandang punggung itu tampa arti.

"Udah disini aja." Bae mendudukkan dirinya diatas sofa disusul Jiwoo.

"Tante Suzy dimana?"

"Nganterin pesanan. Gue sakit jadi dia anterin sendiri." Bae meluruskan kakinya yang terasa pegal.

"Udah minum obat?"

"Udah. Tadi sama Kak Haewon." Bae menoleh pada Jiwoo yang masih dengan seragam sekolahnya "baru pulang sekolah?"

Jiwoo mengangguk "kenapa kesini? Pulang sekolah tuh langsung pulang, jangan keliaran pake seragam."

Jiwoo mengadukan kedua alisnya "gak boleh nih?"

"Boleh. Tapi gak setiap hari juga. Rumah lo jauh dari sini." Bae menyingkirkan beberapa poni Jiwoo yang mulai memanjang dan menutupu wajahnya.

"Waktu gue sakit lo juga rawat gue tiap hari kak."

"Ohh? Lo cuma mau balas budi nih?"

"Gak juga." Jiwoo ikut bersandar pada sofa.

"Harusnya lo istirahat. Gak usah lah kesini tiap hari. Lo juga capek pasti udah rawat Sullyoon juga."

"Enggak kok. Emang gue pengen jadi perawat. Why not?" Jiwoo menaikkan dagunya lalu menatap kearah lain.

"Yaudah besok gak kesini juga gapapa. Gue masih ada Kak Haewon yang bisa bantuin gue. Gak kayak Sullyoon yang sendirian terus."

Mendengar Sullyoon terus disebut Jiwoo jadi kesal sendiri "stop bahas Kak Sullyoon kak. Mending kita fokus buat kesehatan lo dulu. Udah minum air putih belum?" Jiwoo bangun dan mengambilkan Bae air minum.

Haewon? Bae tersadar, kemana gadis itu? Tangannya meraih ponsel di sakunya dan menghubungi tetangganya tersebut.

"Won? Lo dimana?"

Mendengar suara itu dari seberang telepon Haewon duduk didekat jendela, memperhatikan tetangganya dari jauh "rumah."

"Kok lo balik gak ngomong ke gue dulu sih?"

"Buat apa? Kan malaikat lo udah datang yakan. Tugas angsa yang buruk rupa ini selesai."

"Ngomong apasi anjir" Bae ikut menoleh ke jendela, dan ternyata gadis itu juga sedang memperhatikannya.

"Kalo lo kesepian lagi telepon gue aja ya. Gue lagi nganggur kok. Jadi lo bisa repotin gue kapan aja."

Bae tertawa lalu mengangguk memperhatikan Haewon yang menatapnya tanpa bergerak diseberang. "Kalo gitu lo harus disini terus. Belakangan gue kesepian." Ujar Bae.

COOL [ℭ𝔬𝔪𝔭𝔩𝔢𝔱𝔢𝔡]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang