viii

141 24 13
                                    

Helaan nafas yang terdengar kasar mengambil atensi semua orang yang ada di meja tersebut. Semua orang mengalihkan pandang pada seseorang yang baru bergabung di meja kantin.

"Kenapa?

Kim Jiwoo melihat kearah sumber suara "kesel."

"Kesel kenapa Kak?"

Jiwoo baru menyadari jika disini ada Kyujin juga "Kyu? Ngapain disini?"

"Lagi diasuh Kak Seol sama Kak Bae."

Jiwoo menoleh pada gadis disampingnya yang sedari tadi hanya diam. "Aneh banget manusia satu ini."

Bae menoleh sekilas "aneh apa?"

"Lo kalo gak rusuh aneh Kak."

Bae sendiri lebih memilih untuk tidak mengatakan apapun, dia masih merasa awkward bersama Jiwoo.

"Kesel, masa dikasih tugas bikin puisi sama Pak Bambam."

"Lah emang kenapa?" tanya Sullyoon.

"Ya... Bikin puisi? Itu kayak tugas buat anak SD atau SMP. Malesin." Jiwoo menyandarkan kepalanya pada Bae secara tiba-tiba membuat gadis itu kembali menegang.

"Udah selesai?"

Jiwoo menggeleng sebagai jawaban. "Lah kenapa? Anak SD sama SMP aja bisa."

"Nah itu dia, aku gak tau cara bikinnya."

"Yeuuh, kirain naon." Kyujin memasukkan kembali naget kedalam mulutnya.

Sullyoon menggeleng "minta ajarin Bae, dulu dia pernah menang juara lomba menulis puisi."

"Beneran!?" Jiwoo menoleh cepat pada Bae yang sama sekali tidak mau menatapnya. "Bantuin dong kak..." pinta Jiwoo dengan puppy eyes nya.

Bae mulai salah tingkah "g-gak kok."

"Lah?" Jiwoo kembali mengalihkan pandang pada Sullyoon.

"Jangan berdusta deh." Sullyoon menepuk tangan Bae yang sedang bertopang dagu.

"Ya itu kan udah lama. Udah lupa gue."

"Bohong. Nilai dia paling bagus ya bahasa dan sastra."

"Yoon!"

Jiwoo meliriknya sinis.

Bombastic side eyes.

"Ahh I See. Kak Bae emang gamau bantu gue. Cukup tau."

"Enggak gitu."

"Terus apa?"

"Ini..."

Jiwoo semakin mendekatkan wajahnya hingga akhirnya Bae mendorong bahunya sedikit menjauh lalu pergi dengan tangan dihidung.

"Loh? Kak Bae!"

Kyujin melihat tetesan darah di lantai "Kak Bae mimisan!" pekiknya.

"Loh?"

"Lah jambu!" mereka langsung berlari mengejar Bae ke toilet.

"Bae tunggu!"

"Jangan kejar aku! Cukup miskah, aku tidak kuat." Bae memasuki bilik toilet lalu menyumpal hidungnya dengan tissue.

Dadanya berdebar tak beraturan. "Jiwoo... Dia makin cakep bae poni nya dihilangin."

"Tenang Sol."

"Bae lo gapapa?" tanya Sullyoon.

"Gue gapapa! Tolong jauhin Jiwoo dari gue! Gue tuh gabisa diginiin."

Sullyoon mengalihkan pandangannya ada Jiwoo, lalu menggigit kukunya khawatir.

COOL [ℭ𝔬𝔪𝔭𝔩𝔢𝔱𝔢𝔡]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang