empat belas

6.4K 339 4
                                    

14. Siuman

Happy Reading🕊️

________________________________



"Udah mendingan, hm?"

Renaya megangguk malas, di samping brankarnya ada Calvin. Entah tau dari mana, pemuda itu datang ke rumah sakit dan berkata ingin menjenguknya.

Renaya memang sudah sadar dari pagi tadi, dia juga tidak tau apa penyebab dia bisa ada di rumah sakit, yang dia ingat terakhir kali hanyalah saat dia merasa sakit kepala saat berbaring di paha Elvin sambil mendengarkan Roy bercerita.

selebihnya dia tidak tau apa yang terjadi.

"Mau makan?" Pertanyaan Calvin membuat Renaya muak. Dia menatap kesal pemuda itu.

"Dari tadi lo gak liat gue makan di suapain Papa?!" wajah Renaya semakin tertekuk saja.

Sedangkan 4 pemuda lainnya menatap miris pada Calvin yang di jawab nyolot terus menerus oleh Renaya.

"tahan bener"Doni menggeleng prihatin.

Elvin tertawa mengejek pada Calvin. "Renaya gak mau lo ada di sini, bro." Celetuknya yang mendapat gelak tawa dari Doni.

"Mending lo pulang aja deh, gak malu udah di tolak terus masih batu kek gitu?"

Calvin menatap penuh permusuhan pada keempat pemuda yang menatapnya mengejek.

"Diem lo pada!" ujarnya mengintrupsi.

Doni bersedekap dada, terlihat sekali jika tatapannya merendahkan itu di layangkan pada Calvin.

"Siapa lo nyuruh kita diem?" Tanyanya terkesan menantang.

Cavin menatap datar Doni. lalu dia berdecih. "Gue pacar Renaya!"

Tawa Renaya meledak begitu saja. "Gagal move on banget kah ngab?" Tanya remeh Renaya.

dapat dilihat wajah Calvin semakin keruh. "Lo cewe gue, sampai kapanpun lo tetep cewe gue!"

Renaya yang tadinya tertawa mendatarkan wajahnya. perubahannya sangat kentara sekali.

"Labil." desisnya kesal.

Renaya menatap tajam Calvin. "Keluar lo! Makin eneg gue liat muka lo di sini." Ia mengibaskan tangannya mengusir Calvin.

Calvin bergeming di tempat, tidak mengindahkan usiran Renaya.

"Wah? Budeg lo? Renaya ngusir lo noh" Samber Elvin.

Calvin bangun, tangannya terkepal kuat karna merasa emosinya di permainkan di sini, dia melayangkan tatapan tajam terlebih dahulu sebelum berlalu pergi meninggalkan ruang rawat inap Renaya.

Arka yang sedari tadi diam sembari mengupas apel berdiri. dia membawa piring berisi apel itu menuju brankar Renaya.

"Nih" dia menyodorkan piring itu.

Tanpa banyak tanya, Renaya menerimanya saja.

"Thanks"

Renaya's Shadow(On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang