Bagian 22

4.4K 491 80
                                    

Terdapat konten dewasa. Tidak baik dibaca untuk anak-anak di bawah umur. Ade-ade mundur dulu ya.















“Tentang semua yang kau bicarakan, aku sudah mengerti sekarang”

Mark duduk dengan tenang, memperhatikan wajah Jeno yang terlihat masih mencurigainya. “Rencana kakek, dan cerita lampau yang tak pernah ku tahu sebelumnya, kini ku ketahui. Pasti sulit bagimu untuk menyembunyikan kekuatan mu selama ini” Mark lantas berdiri, mendekat pada sepupunya yang sudah menikah itu.

“Itu alasan mengapa paman Jaehyun memilih untuk tinggal lebih jauh dari keluarga besar, bukan?”

Beberapa hari ini Mark habiskan dengan mencaritahu semua kebenaran. Hal-hal yang melandasi sikap sang kakek selama ini, juga sejarah kelam keluarganya, bahkan mungkin sejarah kelam untuk para Werewolf. Bagaimana pembantaian besar-besaran terjadi, dan Donghae yang begitu serakah atas kedudukannya.

“Jika kau sudah mengerti apa yang terjadi, ku harap kau tidak mengatakannya pada Renjun. Sembunyikan ini sementara waktu, karena aku sendiri yang akan mengatakannya”

Jeno menatap Mark tajam dengan netra runcingnya. Mark mengangkat kedua tangannya, lantas berkata sembari mundur beberapa langkah dari hadapan Alpha di hadapannya itu. “Ya, itu tidak akan jadi urusanku tentunya.” kedua tangan ia turunkan, lantas ia lipat di depan dada.

“Hanya saja, kau pasti tidak bodoh untuk mengetahui bahwa cepat atau lambat Renjun akan mengalami masa heat–nya jika kalian terus bersama. Kau juga perlu menandainya sebagai mate mu agar kekuatan kalian dapat menyatu, dan kau bisa melindunginya.”

Sungguh, saat ini Mark memang berada di pihak Jeno. Ia juga turut mengkhawatirkan jika hal itu terjadi. Kedekatan Renjun, dan Jeno akan mengundang masa heat pertama Renjun untuk segera datang. Bagaimanapun darah Werewolf mengalir pada diri lelaki mungil itu.

Meski tak seperti Werewolf berdarah murni pada umumnya, Renjun tetap akan mengalami heat. Belum lagi, sebagai omega istimewa sepertinya, mengalami heat akan menjadi masa yang sangat sulit, dan lebih menyakitkan dibandingkan dengan omega lain pada umumnya.

“Sebisa mungkin aku akan mengatasinya. Tapi ku harap, hal ini tidak akan tercium oleh siapapun. Apalagi oleh kakek.” Jeno lantas maju, dan mencengkeram pundak Mark. “Aku percaya padamu. Jika kakek tiba-tiba mengetahuinya, kau orang pertama yang akan ku cari Mark. Tak peduli kau adalah saudaraku” tukas Jeno sembari mengeluarkan feromone mengintimidasi yang membuat Mark mulai sesak.

“He–hentikan brengsek!” Jeno lantas melepas cengkramannya pada pundak Mark. Kini feromone-nya sudah jauh lebih tenang. Mark lantas merapikan pakaiannya yang kusut karena ulah Jeno.

“Walau aku memang pernah bodoh, tapi aku tidak akan mengulangi hal yang sama. Kau pikir kenapa aku datang, dan repot-repot memberitahu mu jika pada akhirnya aku bicara pada kakek?”

“Bagus jika kau mengerti” ujar Jeno. “Nikmati acaranya, atau pergi saja jika kau bosan. Kita tidak bisa terlalu lama berbincang, Renjun akan curiga” lanjut Jeno sebelum pergi meninggalkan Mark di ruangan yang semula hanya ada mereka berdua di sana.

Mark memperhatikan kepergian Jeno hingga sepupunya itu benar-benar menghilang di balik pintu. Seseorang yang dulu selalu ia pikir lemah, ternyata hanya berusaha berlindung, demi menutupi kekuatannya. Lalu seseorang yang ia pikir berjiwa murni untuk melindungi pack, ternyata sosok yang begitu serakah, dan memanfaatkan keturunannya sebagai tameng.

Seseorang yang haus akan kekuasaan, berujung takut kehilangan kekuatannya, dan melakukan pembantaian, hanya untuk melindungi dirinya sendiri. Mark tak pernah berpikir bahwa sang kakek bisa sebegitu jahatnya. Menghancurkan kawanan lain karena merasa terancam atas alasan yang belum terbukti, dan hanya asumsi semata.

VIAGGIO D'AMORE - NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang