17. F E A R

78 7 0
                                    

"anda datang lagi, nona?" Itu adalah kalimat yang selalu menyambut Anna, kala gadis itu datang berkunjung ke ruang perawatan Seungcheol.

Para dokter dan perawat yang memang ditugaskan khusus untuk merawat Seungcheol telah mengenalnya dengan baik, karena selama satu minggu ini, gadis itu selalu rutin berkunjung bahkan sampai bermalam di rumah sakit.

Padahal Minghao sendiri mengatakan jika Anna tidak perlu menjaga Seungcheol, karena ia telah menugaskan langsung beberapa dokter ahli, perawat dan bahkan beberapa bodyguard yang selalu setia berjaga di depan pintu ruang perawatan.

Tetapi Anna merasa dirinya perlu melakukan ini, dia merasa jika apa yang menimpa Seungcheol sekarang adalah karena dirinya, padahal setelah di selidiki melalui cctv yang terpasang di sekitar lokasi kejadian, Seungcheol lah yang bersalah karena terus memacu kendaraannya meski lampu lalu lintas telah berubah warna. Beruntung Anna tidak tertabrak oleh mobil pria itu, atau masalah yang terjadi akan semakin runyam nantinya.

Namun Anna tetap bersikeras, dirinya tetap akan merawat Seungcheol, setidaknya sampai pria itu sadar, itu semua dia lakukan untuk ketenangan batinnya sendiri, dan agar ia dapat menjalani hari-harinya seperti sedia kala tanpa dihantui oleh rasa bersalah.

"Bagaimana keadaan tuan Choi, dokter?" Tanya Anna kepada dokter yang menyapanya tadi.

Dokter tampan yang sepertinya masih berusia cukup muda itu mengulas senyum tipis.

"Semuanya baik-baik saja, hasil operasi yang dilakukan minggu lalu telah menampakkan hasil, pendarahan yang terjadi di bagian kepala telah berhenti total, sepertinya pasien akan sadar dalam waktu dekat ini" terang sang dokter.

"Haah, syukurlah" Anna menghela napas penuh kelegaan.

"Setelah keadaan tuan Choi membaik, beliau harus melakukan operasi satu kali lagi untuk memperbaiki beberapa syaraf cedera yang berada di bagian panggul, sampai saat itu tiba tuan Choi harus menggunakan kursi roda" sambung sang dokter, sedangkan rekannya yang berada di seberang brangkar hanya memasang wajah datar, ia tampak tidak begitu tertarik untuk terlibat di dalam percakapan itu.

"Maksud anda dokter?" Tanya Anna dengan suara gemetar. Bayangan buruk kembali berkelebat di dalam benaknya, jangan katakan kalau Seungcheol akan-

"Itu berarti ia akan lumpuh untuk sementara" sahut dokter berkaca mata yang sedari tadi memasang wajah tidak perduli.

"Dokter Jeon" tegur dokter yang sedari tadi berbicara dengan Anna.

"Silahkan lanjutkan, profesor Hong" pria yang dipanggil dengan sebutan dokter Jeon itu melangkah keluar, meninggalkan sang rekan yang hanya dapat menghela napas panjang.

"Maaf nona, tolong maklumi kelakuan rekan saya tadi" profesor Hong, atau Hong Joshua menundukkan kepalanya sebagai permintaan maaf.

Jeon Wonwoo itu benar-benar kurang ajar, jika saja bukan dokter kepala Park yang menugaskan mereka secara langsung, Joshua tidak akan pernah mau menjadi rekan satu tim dengan Wonwoo yang berwajah datar dan suka berbicara seenaknya.

"A-ah, tidak apa-apa dokter, saya hanya sedikit terkejut" Anna menggelengkan kepala seraya mengibaskan kedua tangannya, meminta Joshua untuk tidak perlu merasa sungkan dengan dirinya.

"Jadi seperti yang dikatakan oleh dokter Jeon, tuan Choi akan mengalami kelumpuhan untuk sementara waktu, tetapi anda tidak perlu khawatir nona, setelah melakukan operasi, tuan Choi akan dapat menggunakan kedua kakinya kembali, tentu saja dengan beberapa terapi dan pengobatan yang tepat" ucap Joshua, berusaha menenangkan Anna yang terlihat meremas kedua tangannya dengan gusar.

"Baiklah, kalau begitu saya permisi dahulu nona, jika terjadi sesuatu anda bisa memanggil saya atau pun perawat. Saya permisi dahulu" pamit Joshua seraya sedikit menundukkan kepalanya, yang dibalas Anna dengan hal yang sama.

"Terimakasih, dokter" ucap Anna dengan nada pelan.

Dokter tampan tersebut kembali menganggukkan kepala dan kemudian berlalu keluar dari ruangan VIP tersebut, kala tangannya telah meraih gagang pintu, Joshua kembali menoleh untuk menatap kedua insan yang berada di dalam ruangan itu, dan kemudian mengulas sebuah senyuman yang memiliki begitu banyak makna.

Setelah kepergian Joshua, hanya keheningan yang melingkupi ruangan tersebut, Anna begitu sibuk memperhatikan wajah Seungcheol yang masih memejamkan mata dengan begitu damai.

Terdapat beberapa memar dan luka yang telah mengering di wajah tampan itu, jangan lupakan juga sebuah perban yang melingkar di kepalanya, membuat Anna meringis pelan, tangan gadis itu terulur dan kemudian mengusap pelan perban tersebut.

"Pasti sangat sakit" gumam Anna, seraya menatap prihatin sang atasan.

"Saya minta maaf, tapi anda tenang saja, saya akan merawat anda hingga sembuh, tuan" ucap Anna dengan penuh keyakinan. "Maka dari itu saya mohon anda untuk membuka mata anda" pinta Anna dengan nada memelas.

Bak sebuah mantra ajaib, kedua kelopak mata Seungcheol tampak begerak sebelum akhirnya terbuka, tarikan napas pria itu tampak lebih berat akibat rasa sakit yang menghantam seiring kembalinya kesadarannya.

"Astaga tuan! Anda sudah sadar?" Anna mendekat ke arah brankar Seungcheol, raut bahagia tergambar jelas di wajah cantiknya.

"Ah, benar, aku harus memanggil dokter" gumam Anna, ia buru-buru keluar dari ruangan, membuat dua orang bodyguard yang berjaga di depan pintu terperanjat kaget.

"Tuan Choi sudah sadar! Saya akan memanggilkan dokter Hong sebentar!" Ucap Anna, seraya melangkah menjauh dengan terburu-buru.

Salah satu dari pria yang berjaga di depan pintu dengan cepat meraih ponsel yang berada di dalam sakunya.

"Maaf mengganggu tuan Xu, saya mau mengabarkan jika tuan Choi sudah sadar" ucap pria itu begitu seseorang di seberang sana mengangkat panggilan teleponnya.

*****
"Tuan muda itu akhirnya sadar juga"
Terdengar suara terkekeh sumbang di akhir kalimat tersebut.

Seorang pria muda tampak tengah duduk di dalam sebuah ruangan dengan pencahayaan yang temaram, di tangannya terdapat segelas vodka yang tersisa setengah gelas.

Ia mengangkat gelas di tangannya hingga tepat berada di depan wajah, ia memperhatikan cairan kecoklatan yang berada di dalam gelas dengan seksama.

"Kau senang, Hyung?" Tanya seseorang yang berada di ruangan yang sama dengannya.

"Tentu saja, dia adalah alat balas dendam yang sempurna sehingga aku tidak perlu mengotori tanganku sendiri"

Pria yang lebih muda hanya menggelengkan kepalanya, ia meraih botol Vodka yang berada di atas meja dan kemudian menuangkan ke dalam gelasnya sendiri.

"Kau banyak berubah"

"Ini lah aku yang sesungguhnya, tujuan hidupku yang sesungguhnya ada di masa lalu"

Yang lebih muda menatap prihatin yang lebih tua, ia menyesap habis minumannya dalam satu tegukan.
"Masih ada masa depan Hyung, masih belum terlambat untuk berhenti"

Yang lebih tua menatap dengan marah, kedua mata indah itu menyorot tajam bak melempar sebuah ancaman untuk sang lawan bicara agar berhenti mengatakan omong kosong.

"Masa depanku sudah berakhir lima belas tahun yang lalu"

*****

Don't copy my story!!

18 Desember 2023

~Weni

SVT 95L : FEARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang