36. F E A R

68 5 0
                                    

"kau baik-baik saja?" Itu adalah pertanyaan yang dilontarkan oleh Seungcheol begitu Anna membuka mata.

Gadis itu tidak menjawab pertanyaan Seungcheol, dia masih kesulitan menyesuaikan cahaya yang menembus retina matanya, belum lagi rasa sakit yang mendera kepalanya, membuat Anna mengerang kesakitan.

"Hao-ya, panggilkan dokter cepat!" Perintah Seungcheol pada Minghao yang ada di seberang ruangan.

Gurat cemas begitu kentara pada wajah tampan Seungcheol, jelas sekali jika pria itu sangat mengkhawatirkan asisten pribadinya tersebut.

"Tidak ... Tidak perlu tuan" cegah Anna, seraya berusaha mendudukkan tubuhnya, meski rasa sakit masih sedikit mendera kepalanya.

"Apanya yang tidak perlu? Kau kesakitan seperti itu. Hao-ya, kau tunggu apa lagi? Cepat panggilkan dokter! Kau tidak mendengarku?!" cecar Seungcheol, dengan nada suara yang naik satu oktaf.

Bahkan Minghao yang masih duduk di atas sofa di sudut ruangan menyeringitkan dahinya, perkataan siapa yang harus diikuti?

Akhirnya pria berkebangsaan Cina tersebut bangkit dan berjalan mendekati ranjang rawat yang ditempati oleh Anna.

Dia memencet sebuah tombol merah yang berada di dekat Seungcheol, membuat pria kelahiran Agustus tersebut menatap sang sekretaris, dan Minghao juga balas menatap Seungcheol.

Seungcheol mengedipkan matanya beberapa kali, dia merasa bodoh sekarang, padahal dia hanya perlu memencet bel yang ada di dekatnya untuk memanggil dokter.

Namun rasa khawatirnya membuat dia bertindak seperti orang bodoh bahkan berteriak kepada Minghao. Jika sampai Mingyu dan Seokmin ada di sini sekarang, mungkin kedua pria itu akan tertawa keras atau mengejek dirinya. Astaga, mau di taruh dimana wajahnya ini.

Tokk ...

Tokk ...

Suara pintu yang diketuk disertai dengan kemunculan seorang dokter dan perawat wanita diambang pintu, membuat aksi saling menatap Minghao dan Seungcheol terhenti.

"Apa yang anda rasakan saat ini nona?" Tanya sang dokter, begitu telah berdiri disebelah ranjang Anna.

"Hanya sedikit pusing dokter" jawab Anna.

"Apakah ada yang lain yang anda rasakan?" Tanya dokter itu kembali, ia masih menggerakkan stetoskopnya di atas dada Anna, dia juga memeriksa cairan infus yang tergantung di dekat ranjang.

"Tidak ada" jawab Anna seraya menggelengkan kepalanya.

"Bagaimana keadaannya, dokter?" Tanya Seungcheol kepada sang dokter.

"Semuanya tampak bagus, kondisi pasien juga sudah stabil, hanya perlu menunggu cairan infusnya habis dan pasien sudah boleh pulang" terang sang dokter.

"Apa anda yakin dok?"

"Maaf?" Sang dokter menyeringitkan dahinya tidak mengerti.

"Apakah tidak perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut? Atau perlu melakukan CT scan? Kepalanya sempat terbentur dengan jok mobil tadi, bisa saja-"

"Terimakasih atas penjelasannya dokter. Saya akan pulang setelah cairan infus ini habis" Anna memotong kalimat Seungcheol, dia menundukkan kepalanya untuk berterimakasih kepada sang dokter.

"Baiklah, kalau begitu saya permisi terlebih dahulu" pamit sang dokter.

Seungcheol sudah menatap kesal kepada Anna, sedangkan Minghao yang berada di balik kursi roda Seungcheol tampak memeriksa ponselnya.

"Ternyata sore ini dokter Hong membuka jadwal konsultasi. Karena kita sudah di sini, sebaiknya kita sekalian saja bertemu dengannya, Hyung" usul Minghao, setelah mengecek notifikasi dari rumah sakit, jika jadwal janji temu mereka yang sempat diundur dapat dilakukan sore ini.

SVT 95L : FEARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang