2. Yamato

27 3 1
                                    


"Taju Kagebunshin no Jutsu. " Naruto kembali membuat banyak bunshin miliknya, lalu berlatih memotong air terjun dengan cakra miliknya.

"Yoshaaaaa." Teriaknya penuh semangat.

"Bagus-bagus Naruto, pertahankan semangat itu." Kakashi melirik Naruto yang balik bukunya, lalu kembali membaca sambil rebahan di atas kursi kayu yang dibuat oleh juniornya.

"Wah wah... Biar ku lihat, siapa si buruk rupa dengan wajah kusut ini? " Seorang gadis berambut silver panjang, tiba-tiba berjongkok di samping Yamato yang sendari tadi berjaga untuk menemani latihan Naruto, jika sewaktu-waktu chakra Kyubi meluap.

"Sejak kapan kau datang? " Yamato melirik datar pada gadis di sampingnya.

"Baru saja kok." Gadis itu dengan santai memakan cookie yang di bawanya.

"Melihat pakianmu, apa kau mengambil cuti lagi? " Yamato kembali menatap Naruto.

"Ya, begitulah... Aku kan sudah lama tidak melihat Ten-kun. Atau haruskah ku panggil Yamato-kun. Fufu" Gadis itu menutup mulutnya dengan satu tangan, sambil menatap jahil pada Yamato.

"Huh... Kalo kau kesini hanya untuk merusuh, kembali lah, Ichi. Aku harus fokus, ini bagian dari misi. " Yamato berusaha untuk tak melirik ke samping, tetap fokus pada Naruto. Sebenarnya ini lebih berat dari menjaga Naruto latihan berjam-jam.

Gadis yang dipanggil Ichi itu, menatap Yamato dengan air mata tergenang. Tak butuh lama baginya untuk menangis. "Huaaaaaa, Ten-kun jahat, Ten-kun bersikap dingin padaku. Huaaaaa. "

Yamato langsung kalap, bingung harus berbuat apa. Satu-satunya yang bisa dilakukannya hanya menatap gadis itu, dengan tangan masih terancung ke depan. "Maaf maaf, aku tak akan bersikap dingin lagi. " Yamato memberikan senyum terbaik yang bisa ditunjukkan nya.

"Huaaaa." Gadis itu masih menangis, merasa belum puas.

Kakashi yang sejak tadi memperhatikan keduanya, akhirnya mendekat. Dengan maksud membantu Yamato, untuk menenangkan gadis cengeng di sampingnya. Kakashi merangkul gadis itu lalu mengusap kepalanya pelan. "Sudah sudah, jangan menangis."

"Kakashi-senpai. Lepaskan tanganmu." Yamato menatap Kakashi dengan aura membunuh, di belakangnya sudah ada kayu yang meliuk-liuk, siap diarahkan pada Kakashi untuk menyerangnya.

Bukan takut, Kakashi menatap datar. "Oh, kau ingin menyerang ku? Katakan selamat tinggal pada restu ku, untuk kau bisa mendekati adikku lagi. " Kakashi langsung menggendong Ichi ala bridal style, melompat mundur, menjauh dari Yamato yang menatap mereka dengan pucat.

Tidak ada lagi tangan yang mengarah pada Naruto, semua kayu yang diciptakan olehnya hilang kembali ke tanah. Bahkan kayu yang menjadi pijakan Naruto untuk latihan, tiba-tiba hilang, membuat Jinchuriki Kyubi itu terjatuh hingga semua Bunshin miliknya hilang. "Kapten Yamato, apa yang kau lakukan? " Protes Naruto namun diabaikan. Ada yang lebih penting disini.

"Ano... Kakashi-senpai maafkan aku. Aku tak bersungguh-sungguh dengan ancaman tadi kok. " Yamato berlutut di depan kakak beradik Hatake itu, sambil menatap dengan tatapan memohon.

"Tapi aku menganggap nya sungguhan. Ya, ini bagus, aku tak perlu takut adikku akan meninggalkan ku, hanya karena laki-laki. " Kakashi merangkul Ichi di sampingnya, sambil kembali membaca buku.

"Kakashi-senpai." Yamato mulai merasa depresi.

"Ahahaha." Ichi tertawa puas, melihat keadaan kekasihnya itu.

Yamato menatapnya sambil menggerakkan mulutnya pelan. 'Bantu-aku-ini-demi-masa-depan-kita.'

Ichi melakukan hal yang sama. 'Tidak-bisa-nanti-tak-ada-yang-memasak-oden-buatku-dirumah.'

Naruto Fanfic. (One-shot.) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang