3. Shikamaru

24 3 3
                                    

"Mendokusei." Kata andalah Nara Shikamaru itu terdengar jelas di telinga seorang gadis berambut hitam, yang sedang duduk mengerjakan berkas di sampingnya. Sarutobi Ichi.

"Huaaaa... Kapan berkas-berkas ini selesai sih!!!" 

BRAK!!!!

Ichi yang sudah terlalu kesal, memukul meja dengan keras, hingga beberapa kertas dokumen terbang dari mejanya. "Huaa... Yang ini belum juga selesai, datang lagi yang menyebalkan. " Ichi menatap Shikamaru disampingnya.

"Shikamaru~" Ichi menatap pemuda itu dengan puppy eyes.

"Baka, sudah tau kerjaan banyak jangan membuat ulah dengan menerbangkan kertas-kertas itu. " Meskipun menunjukkan ekspresi kesal seperti akan marah, tapi pemuda dari clan Nara itu tetap membereskan kertas yang berceceran dengan bantuan kekuatan miliknya. "Kage Nui no Justu." Kertas-kertas itu kembali rapi diatas meja.

 Bukannya terbertimakasih, Ichi lebih memilih untuk bersandar ke belakang kursi dengan malas. 

"hei hei, perwakilan Suna akan datang. Cepatlah selesai tugasmu!" Ujar Shikamaru.

"Urusai! Aku tak perduli, lagipula kenapa harus ada ujian Chuunin sih, malah menyusakanku lagi. " sungut Ichi masih tetap dengan posisinya.

Shikamaru pun sudah malas memberitahu gadis itu. Kerjaannya sendiri banyak dan menjadi semakin banyak karena ulah Ichi yang suka protes dan berakhir mengabaikan pekerjaan, dengan alasan malas. 

Mereka jelas bukan dua orang yang bisa disatukan dalam satu kelompok, sama-sama malasnya. Tidak. Ichi jelas lebih malas dibandingkan pemuda itu. 

Beberapa menit berlalu, Ichi akhirnya kembali mengerjakan tugasnya. Walaupun tak iklas, tapi jika tak selesai juga, maka dia akan di suruh lembur oleh Godaime Hokage yang memiliki pukulan maut. Ichi benci rasa sakit.

"Masih belum selesai juga?" Shikamaru mulai merasa kasian pada gadis di sampingnya, dengan terpaksa ingin menawarkan bantuan.

"Ung!" gumam Ichi.

"Huh... Mendokusei." Walau begitu Shikamaru tetap menggeser kursinya untuk berpindah di samping Ichi. Di lihatnya, tugas gadis itu sudah 80% selesai. "Ini tinggal sedikit lagi. Ayo segera selesaikan, aku akan membantumu."

"Bisakah kau menyelesaikan sendiri?"

"Hoi.. hoi!! "

"Bagaimana lagi, aku tak mungkin bisa menyelsaiaknnya dengan cepat!! Mana tau aku tentang standar keamanan ujian Chunin. Aku tak pernah mengikutinya." Ichi membanting badannya dengan ke sala di atas meja. Sebenarnya, ini yang memperlama kerjanya sejak tadi. Tapi, jika gadis itu rajin dia bisa melihat referensi dan dokumen beberapa tahun belekangan, untuk memahami.

Masalah Ichi adalah mahkluk pemalas yang jauh melebihi Shikamaru.

"Tunggu.. Kau langsung mengikuti ujian untuk menjadi Jounin?" Shikamaru yang baru mengetahui fakta itu, menatap tak percaya pada Ichi.

"Tentu saja. Seteleh menjadi genin aku langsung di kirim untuk misi penyamaran di luar desa oleh kakek ku, untuk memantau paman, memberikan setiap laporan padanya tentang pamanku. Dasar orang tua gengsian, dia sebenarnya peduli pada pamanku, tapi tak mau mengakuinya. Tapi, karena sudah lama diluar, dia juga memberi beberapa misi tambahan yang masih bisa dikerjakan dengan penyamaranku. " Ichi terdiam sejenak, tiba-tiba kilasan memori tentang kakeknya terputar di kepalanya.

"Begitu disuruh untuk pulang, aku malah menghadiri pemakamannya." ujar Ichi lirih. 

Tapi Shikamaru masih bisa mendengarnya. 

Naruto Fanfic. (One-shot.) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang