Mulai suka?

40.2K 1.3K 6
                                    

" Sebenarnya gue ngerasa kurang sehat, kenapa? Khawatir sama pacar Lo ini?" Alesha tak sepenuhnya bohong karna memang ia merasa sedikit pusing saat berjalan.

Alesha terus menatap layar ponselnya menunggu Nolan membalasnya. "Cuma di read." Gumam Alesha saat melihat pesatnya ber-centang biru yang tandanya Nolan sudah membacanya tapi cowok itu tidak ada niat membalasnya terlihat dari nomor Nolan yang sudah tidak online.

***

"Nolan, keadaan si Alesha gimana?" Tanya Alan menatap Nolan yang sibuk dengan ponselnya. Sementara Nolan yang mendengar ucapan Alan langsung mematikan ponselnya dan menoleh menghadap Alan.

"Kenapa tanya gue?" Tanya Nolan balik.

"Yakan Lo yang jaga Alesha seharian semalam." Jawab Alan sinis.

"Lo mulai suka sama dia?" Lanjut Alan bertanya.

"Punya otak?"

"Punya lah!" Sewot Alan.

"Gak mungkin gue suka sama dia." Balas Nolan dengan wajah datarnya.

"Beda di mulut beda di hati." Gumam Alan tapi masih didengar Nolan karna mereka duduk bersampingan.

"Sok tahu!" Ucap Nolan memutar bola matanya jengah.

"Bahas apaan Lo pada?" Tanya Alfan yang baru datang dari kantin bersama Asher. Pagi ini guru tiba-tiba mengadakan rapat sehingga banyak murid yang mengambil kesempatan pergi ke kantin begitu juga dengan Alan dan Asher. Guru juga sudah memperbolehkan seluruh siswa ke kantin pada saat jam rapat tapi dengan syarat tidak ada yang boleh keluar dari area sekolah. Kalian tahukan anak-anak sekarang yang malas makan di pagi hari tapi setelah bel sekolah berbunyi perta les pertama masuk, banyak murid yang permisi dengan alasan belum makan pagi.

"Kepo, kayak cewek Lo!" Jawab Alan sinis.

"Gue cuma tanya, gak di jawab juga gak papa, ribet bangat Lo!" Balas Alfan tak kalah sewot.

"Halah! Lo kan emang selalu kepo sama urusan orang!" Alan berbalik ke belakangnya tempat bangku Alfan dan Asher.

"Bukannya itu Lo? Lo ceritain di sendiri tahu!" Ucap Alfan santai sambil terkekeh.

"Alfan taik, gue gak gitu!" Kesal Alan sambil menendang meja Alfan yang berada di belakangnya.

"Mau ribut? Kelapangan sana!" Suruh Asher menatap datar ke dua manusia yang sialnya adalah beban keluarga seperti dirinya juga sih.

"Babang Asher jangan marah-marah dong masih pagi juga." Ucap Alan lebay dan langsung mendapat pukulan di bahunya.

"Sinting!" Gumam Asher dan tentunya bisa didengar.

***

Pukul 14.15 bel sekolah berbunyi menandakan waktu belajar di SMA Banua sudah selesai. Waktu yang paling dinanti sebagian besar siswa adalah jam pulang sekolah begitu juga dengan Alya dan Zea yang langsung bergegas pulang. Mereka akan mampir sebentar ke Alfamart setelah itu pergi menjenguk Alesha.

"Sha, kita mau jenguk, rumah Lo dimana?" Tanya alya sambil mengikuti Zea yang memilih beberapa Snack dan buah-buahan untuk di bawa ke rumah Alesha. Mereka sudah berteman dari awal masuk SMA tapi Alya maupun Zea belum pernah mampir ke rumah Alesha. Mereka sering meminta Alesha untuk mengajak mereka ke rumahnya. Tapi gadis itu selalu beralasan jika mereka kumpul di rumahnya, mereka tidak akan bebas karna peraturan-peraturan ayahnya. Dan sebenarnya itu tidak benar, itu hanya alasan Alesha saja.

"Gue udah gak tinggal di rumah bokap." Langkah Alya terhenti dengan alis berkerut saat mendengar jawaban Alesha. Bukan hanya karena bingung sebab Alesha tidak tinggal bersama ayahnya tapi juga karna suara Alesha yang terdengar lemas.

"Sha, Lo baik-baik aja kan? Jadi Lo tinggal dimana sekarang?" Tanya Alya.

"Apartemen gue." Jawab Alesha lirih.

"Sherlock, kita mau ke sana." Pinta Alya.

"Hm."

"Kenapa?" Tanya Zea.

Alya menggelengkan kepalanya. " Udah selesai? Biar kita ke apartemen Alesha."

"Apartemen? Bukannya Alesha gak punya apartemen? Dia tinggal bareng ayahnya kan?" Tanya Zea bingung.

"Nanti gue ceritain di mobil, kita berangkat sekarang." Titah Alya melangkahkan kakinya ke arah kasir untuk membayar makanan yang Zea ambil setelah itu bergegas menuju lokasi apartemen yang Alesha kirimkan.

***

"Sha, Lo pucat bangat!" Pekik Zea setelah Alesha membukakan pintu.

"Sha, Lo baik-baik aja?" Tanya Alya khawatir melihat wajah pucat Alesha.

"I'm good, masuk gih!" Jawab Alesha santai lalu berjalan masuk ke dalam dan diikuti Alya dan Zea yang mengekor.

"Seriusan? Lo pucat, ini pasti karna Lo ngotot mau pulang padahal belum benar-benar pulih." Ucap Zea cerewet sambil terus mengikuti Alesha ke ruang tamu.

"Sha, kita ke rumah sakit aja ya cek keadaan Lo." Pinta Zea benar-benar khawatir terhadap sahabatnya itu.

"Ogah! Gue cuma sedikit pusing, istirahat sebentar juga bakal hilang pusingnya!" Tolak Alesha mentah-mentah menolak ke rumah sakit.

"Tapi-."

"Lo pada bawa apa?" Tanya Alesha memotong ucapan Zea.

"Jangan mengalihkan pembicaraan, jangan bikin kita khawatir Sha!" Ujar Alya.

"Mungkin karna lapar makanya kepala gue pusing! Makanya mana makanannya?" Pinta Alesha.

"Ya udah makan nih! Lo sih udah tahu lagi sakit bukannya makan teratur malah malas-malasan makan." Ucap Zea cerewet dengan tangan yang membuka plastik untuk mengambil nasi kotak yang mereka beli tadi setelah dari Alfamart.

"Bawel Lo!" Ketus Alesha sambil menerima nasi kotaknya.

"What! Lo bilang gue bawel? Kita ini khawatir sama Lo!" Ucap Zea memutar bola matanya jengkel.

"Iya-iya, kalian memang sahabat gue paling baik." Balas Alesha sambil tersenyum.

"Baru sadar kalau kita baik?"

"Iya." Balas Alesha santai.

"Taik!" Umpat Zea kesal.

"Jangan cuman senyum Al, bicara dong!" Sewot Zea saat melihat Alya malah tersenyum.

"Suka-suka gue, kok ngatur!" Jawab Alya enteng sedangkan Zea sudah menahan kekesalan mendengar jawaban dua manusia di hadapannya ini.

***

"Nolan, kepala gue pusing, bisa datang ke apartemen gue."

Nolan mengerutkan keningnya bingung saat melihat pesan Alesha. Terlebih saat ia melihat alamat yang Alesha kirimkan. Nolan mengenal tempat itu, itu apartemen Asher dan Nolan juga tinggal di gedung itu.

Tanpa menunggu lama Nolan keluar dari apartemennya menuju apartemen Asher yang berada tak jauh dari tempatnya. Ia hanya ingin memastikannya keberadaan Alesha.

Sampai di tempat tujuan, Nolan langsung memencet bel sekali. Dan tak butuh waktu lama, pintu itu terbuka menampilkan Alesha dengan wajah pucat-nya dan juga mata yang sedikit bengkak seperti habis menangis.







Alesha (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang