5. Nada

113 15 1
                                    

Nada terbangun kaget, meraba tubuhnya, lalu menghela nafas lega.

Masih lengkap.

Demamnya sudah turun, tubuhnya juga sudah segar.

Nada turun dari ranjang, berjalan menuju jendela, memeriksa keberadaan mobil Aras di bawah.

Pria itu sudah pergi lagi, Nada lantas ke kamar mandi, mengeluarkan keranjang pakaian kotor disana, mengecek semua saku celana Aras mencari lembaran uang yang tersisa.

"Cari apa?"

Nada menoleh kaget. Mendapati Aras yang ternyata masih berada di rumah, seperti maling yang tertangkap basah, Nada lantas berdiri tegak.

"Jangan kemana-mana Nada. Kamu demam semalam karena tidak mendengarkan."

"Ayo turun sarapan."

Nada berjalan lemas mengekori Aras menuju lantai bawah, memandangi sajian makanan yang bermacam-macam namun tidak berhasil menggugah seleranya.

Aras selesai sarapan lebih dulu, berjalan meninggalkan meja makan bersama Azriel yang sibuk membicarakan sesuatu dengannya.

Sembari mengunyah, diperhatikannya Aras yang sesekali menoleh padanya di tengah pembicaraanya dengan Azriel di ambang pintu. Sampai pada akhirnya pria berbadan tegap dengan tatapan yang selalu siaga itu mendekat ke arahnya.

Nada meneguk penuh segelas air hingga tandas sembari melirik Azriel yang belum membuka suara.

"Nona, ayo bersiap,"

"Mau kemana?" Dipandanginya Aras jauh di sana, jangan-jangan ini hari di mana ia akan dimakan hidup-hidup. Pantas saja sarapan hari ini terlihat lebih bermacam-macam, ternyata agar hatinya lebih segar jika dimakan.

"Tuan menyuruh ikut."

"Ikut kemana? Nada mau di rumah saja." Tolaknya.

Azriel nampak tidak keberatan dengan ponolakan Nada, siap memberitahukan pada Aras jawaban Nada, namun cepat-cepat tangannya ditahan, Nada berubah pikiran, ia akan ikut.

Nada lantas segera berganti pakaian dibantu oleh seorang pelayan muda, lalu turun menghampiri Azriel yang menunggunya di anak tangga sedang Aras sudah berada di dalam mobil sejak tadi.

Nada masuk ke dalam mobil, duduk di sebelah Aras sedang Azriel duduk di depan.

"Kenapa berdandan?" Tanya Aras memperhatikan pakaian dan riasan Nada. Pantas saja lama sekali dirinya dibuat menunggu.

"Kenapa memangnya? Suka-suka Nada. Ehem." Nada menarik sedikit ujung gaunnya agar paha putihnya tidak begitu terekspos oleh mata Aras.

"Nada gak dandan buat Mas Aras ya, ini buat jaga-jaga kalau nanti tiba-tiba Nada ketemu calon suami kedua Nada, biar ga jelek-jelek amat." Jelasnya tanpa ditanya. Jangan sampai Aras menyalah artikan penampilannya saat ini.

Aras tak lagi bersuara. Terserah manusia cerewet itu.

Mobil yang ditumpangi keduanya lantas keluar dari area rumah menuju jalan besar yang padat. Hari ini, Aras tidak dikawal seperti biasa, ia ada pertemuan tidak begitu formal dengan beberapa orang, dan hanya membawa Azriel agar lebih nyaman. Sedang Nada, Nada ia bawa karena tidak ada yang bisa mengawasi perempuan lincah itu selain Azriel. Dua kali perempuan itu kabur dari penjagaan ketat di rumah, dan tidak untuk tiga kali. Aras punya alasan khusus, dan keselamatan Nada hanya akan terjamin jika dipantau dengannya atau dengan Azriel.

"Hwahhh...Mas Aras kenapa tidak bilang mau kesini? Nada bisa pakai baju yang lebih bagus lagi." ujarnya antusias begitu masuk ke dalam ballroom hotel. Entah acara apa ini, Nada yang selama lima tahun dihidupi biasa-biasa saja oleh Aras terkagum-kagum dengan kepemilikan suaminya di dunia lain.

One Day at Rainy Day  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang