04. Latihan

165 18 0
                                    

"Kamu anak yang baik, Jeno."

"Ibu mu pasti bangga denganmu."

"Wah Jeno sangat menggemaskan."

"Jeno, Ibu akan menikah."

"Perkenalkan dirimu pada kakakmu."

Jeno mulai terusik badannya bergerak gelisah disertai keringat semakin deras keluar dari dahinya. Mark menyadari ada yang tidak beres dengan Jeno kemudian berusaha untuk membangunnya.

"Sadar, Jeno!" Mark berusaha menyadarkan Jeno dengan mengguncang tubuhnya tapi sepertinya itu tidak berhasil, Jeno sama sekali belum membuka matanya ia malah semakin kuat memejamkan mata hingga urat kehijauan muncul di sekitar wajahnya.

"Kudengar dia ditelantarkan."

"Kamu pasti adiknya Mark, wah sangat berbeda sekali."

"Dia cuma adik tiri."

"Bersikaplah seperti kakakmu, Jeno."

"Ayah jangan pukul Jeno!"

"Ini hadiah dari nenek untuk kamu, Mark."

"Mark sangat pintar."

"Mark."

"Mark!"

"MARK!"

Jeno terbangun dengan nafas terengah-engah sambil memegangi kepalanya yang terasa berdenyut nyeri. Mark yang berada disampingnya langsung memberikan segelas air pada Jeno tapi saat Jeno tau siapa yang memberinya air dengan cepat Jeno menepisnya. Yang diingat Jeno sebelum kesadaran benar-benar hilang adalah saat teman-temannya panik melihatnya pingsan dan membawanya ke uks tapi yang dihadapannya malah orang yang berusaha Jeno hindari.

"Bisa nggak sehari aja jangan muncul didepan gua ataupun di kepala gua?" Kata Jeno yang membuat Mark sedikit bingung.

"Muak gua liat lu."

Lalu setelahnya Jeno beranjak dari ranjang dan berniat untuk keluar, namun belum sempat tangannya meraih pintu, Mark lebih dulu menahannya.

"Apa lagi?"

"Pulang, Ibu sakit nangisin lu semaleman."

Jeno tidak menjawab, ia keluar sambil menutup pintu uks dengan keras.

Ucapan Mark mengenai Ibunya terus terngiang-ngiang di kepalanya, haruskah ia pulang dan melihat Ibunya sekarang? Tapi itu sama saja dengan membolos dan pasti akan membuat Ibunya kecewa lagi.

Saking fokusnya dengan pemikirannya, Jeno sampai tidak sengaja menabrak seseorang.

"Maaf."

"Wow, gua nggak nyangka lu ada disekolah sepagi ini."

Jeno menghentikan langkah kakinya dan melihat siapa yang baru berbicara.

Batinnya langsung mengumpat kesal, "Bisa nggak sehari aja gua nggak ketemu orang-orang aneh ini."

"Kebetulan banget gua ketemu lu ada yang perlu gua omongin."

"Apa? Gua harap ini bukan omong kosong, gua nggak punya waktu buat dengerin omong kosong lu."

Dia tertawa pelan, "Ini bukan omong kosong, ini soal pertandingan besok, coach mungkin belum sempet ngomong sama lu jadi biar gua aja sekalian." Raut wajahnya berubah serius.

"Gua bakal ikut pertandingan itu, tapi lu tenang aja kita nggak bakal satu tim jadi persiapkan diri siapa tau kita ketemu di final battle itupun kalo lu bisa sampe final, gua rasa itu cukup jadi sampai jumpa dipertandingan." Ucapnya lalu pergi.

FRATERNIZER | Dream Vers.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang