08. Akur?

135 10 0
                                    

Belum satu jam mereka berada dirumah Jeno dan juga Mark tapi mereka benar-benar sudah muak melihat keributan dua saudara itu. Setiap kali Mark lewat didepan mereka pasti Jeno selalu memulai perkara begitu juga sebaliknya, mereka seperti saling serang.

"Eh lu kenapa sih daritadi bolak-balik terus? Biasanya juga ngedekem dikamar, mau caper lu sama temen-temen gua?"

"Suka suka gua lah, kaki kaki gua."

"Gua patahin kaki lu tau rasa."

"Nggak usah banyak gaya, sembuhin dulu kaki lu sendiri."

"Lu berdua nggak cape apa ngebacot mulu daritadi?" Tanya Haechan.

"Gua lebih cape tiap hari ketemu manusia kaya dia." Jawab Jeno ketus.

"Gua juga eneg kali liat lu." Begitu juga dengan Mark.

Jeno baru saja ingin membuka mulutnya untuk membalas Mark, tapi Jaemin lebih dulu buka suara, "Apa? Debat lagi? Lanjutin! Lama-lama gua solasi mulut kalian."

Jeno langsung bungkam sementara Mark tertawa pelan.

"Chan, lu pindah samping Renjun."

"Eh?"

Haechan bingung, begitu juga yang lain. Posisi awal mereka itu Jeno duduk disamping Haechan, Jaemin dan Renjun duduk masing-masing sementara Mark bersandar di dinding karena memang dari awal ia hanya mondar-mandir dapur-kamar yang tentu saja melewati ruang tamu.

"Dan lu duduk di samping Jeno." Kata Jaemin sambil nunjuk Mark, persetan dengan rasa sopan.

"Lahh apaan nggak mau." Kata Jeno dan berusaha untuk pindah tapi tatapan Jaemin membuatnya mengurungkan niatnya itu.

Mark mengerutkan keningnya, "Punya hak apa lu ngatur gua?" Tanyanya dengan nada sedikit sarkas.

"Bodoamat soal hak atau wewenang yang selalu lu bawa-bawa, ini rumah bukan sekolah, buruan duduk!" Tegas Jaemin, sepertinya posisi ketua osis sudah tidak ada harga dirinya dihadapan Jaemin.

Mau tidak mau Mark duduk disamping Jeno, keduanya duduk di masing-masing ujung sofa.

"Lu mau ngapain, Na?" Tanya Haechan.

"Gua mau bikin mereka akur."

"Lahh lu yakin?"

"Yakin, tapi gua butuh bantuan kalian berdua, tujuh tahun gua berulang kali bikin mereka akur malah gua yang stress sendiri jadi gua nggak mau ini sia-sia lagi." Kata Jaemin sambil mengingat bagaimana dulu usahanya sia-sia setiap kali berusaha membuat mereka akur.

"Lah kok kita?"

Jaemin melipat tangannya di dada, tatapannya semakin menyipit.

"Haechan, Renjun sekarang kalian duduk di samping kanan-kirinya Mark sama Jeno."

Mereka hanya mengikuti apa yang dikatakan Jaemin. Terkadang mereka tidak paham dengan pemikirannya.

"Nggak muat, sempit." Kata Jeno.

"Muat, Renjun mungil."

"Maksud anjing!?"

Mereka berempat duduk di satu sofa yang sama yang berarti Jeno dan Mark terpaksa duduk berdekatan, sangat dekat malah.

"Na, harus banget kaya gini?" Tanya Haechan yang masih belum mengerti.

"Iyalah."

"Geser." Kata Jeno sambil mendorong Mark.

"Nggak bisa, temen lu kegencet ini."

"Ya udah lu pergi."

"Nggak ada yang boleh pergi."

FRATERNIZER | Dream Vers.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang