Kedua

50 2 0
                                    

Lalu apa yang terjadi dengan Aeleen? Memberikan senyuman? tentu saja tidak. Menyapa Mahendra? Apalagi itu, mana mungkin ia berani.

Aeleen hanya bisa membatu melihat Mahendra berjalan melewatinya. Tapi Aeleen berani bersumpah bahwa ia benar benar ingin bertegur sapa dengan Mahendra, meskipun hanya sebatas lirikan diantara kedua matanya.

Setelah beberapa saat kemudian barulah ia tersadar dan berjalan menuju rumah untuk pulang. Ya meskipun di perjalanan pulang tentu saja pikirannya terbayang wajah Mahendra.

Sesampainya dirumah,

Baru saja Aeleen melepas sandal hitam yang ia kenakan. Pintu rumah Aeleen langsung terbuka. Kemudian muncul seorang gadis yang seumuran dengan Aeleen sambil memakan snack dikedua tangannya.

"Aeleen, baru pulang? Kok lama banget sih. Udah aku tungguin dari tadi loh."

"Iya tadi masih harus ngantre makanya pulangnya lama,"

"Bohong. Pasti tadi papasan sama Mahendra kann? Gausa bohong udah ketauan dari muka kamu, Aeleen. Terus terus, kamu nya cuma bisa ngeliatin sambil diem, bengong, gitu kan? Ih udah ketebak bangett." goda Caca yang dari tadi telah menunggu Aeleen dirumahnya

Caca memang sering menghabiskan waktu dirumah Aeleen. Bahkan keluarga Aeleen sudah menganggap Caca adalah putri mereka.

"Apaansih ca, ngga banget." jawab Aeleen kesal.
"Hahaha yadehh tapi yang aku bilang tadi benerr kann? Hayo ngaku."
"Emang ketauan banget ya?"
"Yaiyalahh muka kamu kalo udah ketemu Mahendra kaya langsung berbinarr, bercahaya, langsung berubah gitu loh."
"Ah bisa aja kamu, Ca"

"Besok jadi kan? Kita pergi jalan jalaaannn." tanya Caca mengalihkan topik pembicaraan.
"Nggak."
"Lah kenapa, Aeleen?"
"Besok aku udah ada janji."
"Kemana? Sama siapa? Aku ikut ya? Yayayaya?"

"Nggak, pokoknya ngga boleh."
"Hah? Kamu beneran udah ada janji besok?"
"Ya beneran lah."
"Pokonya mau ikutt"
"Ngga bolehh"

Sebenarnya Aeleen tidak memiliki janji kepada siapapun dihari itu. Hanya saja, dia ingin menghabiskan waktunya untuk membaca komik detektif kesukaannya.

Tak lama, terdengar notifikasi ponsel milik Aeleen, yang tentu saja pemiliknya dengan cepat langsung menggeser layar benda kecil itu.

"Dari siapa? Dari Biru?"
"Kok tau? Iya Biru yang ngirim pesan."
"Dia bilang apa?"
"Besok dia ngajak aku jogging bareng,"

"Wah ada yang lagi dideketin nih, trus trus kamu mau?"
"Kayanya ngga deh,"
"Kenapa? Kan cuma jogging"

Aeleen terdiam, kenapa? ya karena sebenarnya dia menyadari bahwa Biru memiliki perasaan terhadap Aeleen namun ia masih ragu. Padahal Aeleen tahu hal itu karna teman dekat Biru sendirilah yang langsung mengatakannya, dan tentu saja Caca yang jadi Mak comblang mereka.

"Coba aja dulu Aeleen, sapa tau lama-kelamaan kamu bisa lupain Mahendra kan?" tambah Caca kepada Aeleen.

"Aku ngga bakalan bisa ngelupain Mahendra. Mahendra masih jadi tokoh utama yang paling istimewa,"

"Paling istimewa? Udah jelas-jelas dia udah berkali-kali gonta-ganti pacar and what about u, Aeleen? Kamu sendiri gimana, Aeleen? Kamu tetep disini demi dia?"

"Ca, please jangan mulai lagi deh,"
"Aeleen, cuma satu yang aku mau. Aku mau kamu bahagia. Bahagia Aeleen. Kamu layak bahagia. Kamu layak buat ngelanjutin hidup kamu. Dengan atau tidaknya kamu sama Mahendra. Menurut aku, tanpa Mahendra pun kamu bisa ngejalanin ini semua."

Aeleen tersenyum ketika mendengar apa yang Caca ucapkan. Hatinya tersentuh mengingat betapa bahagianya Aeleen memiliki sahabat setulus Caca yang sangat mengerti tentang dirinya.

"Ca, kamu masih belum tau apa yang aku rasain ke Mahendra. Kamu juga belum tau seberapa besar aku mengagumi Mahendra. Tujuh tahun, Ca. Tujuh tahun aku nungguin Mahendra. Tujuh tahun juga aku udah ngasih hatiku sepenuhnya, dan aku rasa Mahendra belum sadar sama apa yang aku rasain ke dia, jadi I'm okay. Aku masih siap kalo harus nunggu Mahendra lebih lama lagi," jelas Aeleen panjang kepada sahabatnya.

"Aku tau kamu setulus itu sama Mahendra, tapi aku juga mau kamu dibales dengan cara yang sama sama dia, Aeleen," bisik Caca menenangkan Aeleen dengan pelukan hangatnya.

"Dan ya, menurutku Biru orangnya. Yang aku tau juga selama ini dia lagi nungguin seseorang. Dan aku baru sadar ternyata orang itu kamu, Aeleen. Biru selalu cerita tentang orang yang dia maksud, dan memang kamu orangnya. Kamu sadarkan kalo dia selalu ada disamping kamu. Dia setulus itu sama kamu, Aeleen," jelas Caca.

"Apa bener aku orangnya?" tanya Aeleen didalam hatinya.

Bersambung.

Terimakasih sudah membaca sampai akhir. Jangan lupa vote dan ikuti terus cerita "Batas Kota" bagian Ketiga! see u semuaa.

Batas KotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang