00. Prolog

3 2 0
                                    

Di tengah malam yang kelam, hujan turun dengan lebatnya. Kalantha, seorang perempuan yang sedang pulang dari pertemuan dengan pacarnya, Rafandra, terperangkap dalam guyuran air hujan yang tak berkesudahan. Langkahnya terhenti di bawah payung redup ketika telepon genggamnya berdering, menandakan panggilan telepon dari Rafandra. Namun, ketika dia mengangkat teleponny, kata-kata yang terucap dari Rafandra membuat hatinya hancur.

"Kala."

"Iya, Ndra?"

"Mungkin tadi untuk terakhir kalinya kita bisa jalan bareng."

"Kenapa, Ndra?"

"Kita putus ya, Kal. Aku gak mau nyakitin kamu lagi, kamu terlalu baik Kala untuk aku."

Kalantha diam tak bergeming.

"Maafin aku, Kal. Semoga kamu bisa dapat yang lebih baik dari pada aku."

Telepon mati secara sepihak.

Kalantha terdiam, membiarkan air hujan mencampur dengan air mata yang mengalir di pipinya. Payung yang Ia pakai tadi, kini sudah tergeletak di bawah kakinya. Dalam kehampaan dan kesedihan, ia terduduk di tepi jalan yang sepi, menatap butiran-butiran hujan yang tak henti turun. Dalam kegelapan malam yang sepi, dia merenung tentang setiap momen manis yang mereka lewati bersama. Air hujan menyirami setiap kenangan yang seolah-olah terhanyut pergi bersama tetes-tetes hujan yang jatuh ke bumi.

"Aku sayang kamu juga kok."

"Iya, Kala. Aku pasti selalu berusaha ada buat kamu."

"Kamu belum bisa tidur? Sebentar ya, aku selesai in game aku dulu. Nanti aku temenin sleepcall."

"Lucu banget pacarku ini kalau lagi ngambek."

"Sibuk banget ya sayangnya aku."

"Kamu cantik, Kala. Siapapun yang mendapatkan kamu, pasti dia orang yang beruntung."

"Kala, aku kangen. Kamu free gak hari ini?"

Perkataan manis Rafandra saat mereka masih bersama terus berputar di otaknya. Hanya satu yang Kalantha pikirkan. Kenapa Rafandra memutuskannya secara sepihak? Apakah sebelumnya Kalantha telah berbuat kesalahan kepada Rafandra? Atau justru ada faktor lain yang membuat Rafandra lebih memilih untuk menyudahi hubungannya dengan Kalantha.

Namun, di tengah kepedihan, Kalantha merasa ada kekuatan baru yang muncul. Dia bangkit, menutup payungnya, dan langkahnya kembali melangkah di bawah hujan. Meski hatinya retak, tekadnya untuk melangkah maju semakin kuat. Kalantha belajar bahwa dalam setiap hujan yang membasahi hidupnya, ada kekuatan untuk melangkah maju, bahkan saat hati terluka. Dia tidak lagi terjebak dalam derai hujan dan kepedihan, melainkan menatap masa depan yang menantang dengan penuh keyakinan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hujan Patah Hati [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang