"Maafkan ayah, ini karena kecerobohan ayah yang terlalu mempercayai pak Li itu"
pada saat itu, aku tentu tidak paham apa yang baru saja dikatakan ayahku. Yang ku tahu, sejak saat itu masa kecilku berubah 180 derajat.
.
.
.
.
.
.
.
.
aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, dia "Jia Li" anak rekan bisnis ayahku, sedang memasuki mobilnya sebelum meninggalkan sekolah. Tak lama kemudian ada info terbaru, bahwa dia memang akan pindah sekolah. Aku tak begitu perduli karena tidak begitu dekat dengannya, dia juga selalu sinis padaku.
Sore harinya, pukul 14.26
"Ibu, aku pulang!" Kalimat gembiraku sesampainya aku dirumah setelah berjalan kaki bersama dengan teman teman yang lain."Ayahhh, Diva pulang!" sahutku lagi karena tidak mendengar jawaban apapun.
"Ayahh?"
"Ibuu?"
mataku menelisik sudut sudut dapur dan ruang keluarga, tidak ada siapapun disini
"tadi aku jalan bersama teman teman, ayah bilang tidak bisa jemput kan? ayah kemana?"
diva kecil berusaha berdialog sambil mencari orang tuanya. sekarang menuju kamar ayah ibu.
"Ini Diva! ayah, ibu lagi main petak umpet ya?" Melihat ada bayangan disamping bawah kasur
"Ih aku tahu, ibu sama ayah ada dibalik situ kan? aku udah besar loh"
masih diam, tapi ada nafas berderu dari dada ibuku, mereka berdua tergeletak di lantai kamar.
"IBU! AYAH! kenapa ini? diva bingungg"
"Divaa... sayang.." susah payah ibu mengeluarkan kata kata
"Diva harus... kuat ya nak"
"Jadi orang jujur, baik, bisa ya?"
Diva kecil mengangguk "Tapi ibu kenapa?, ibu sakit ya?"
"Ibu... Ayah sayang banget sama Diva..." Jawaban Ibu yang diiringi senyum, sebelum akhirnya matanya terpejam.
"Ibu"
"Ibu?"
"IBUUU"
"IBU BANGUN BU!!"
"Katanya ibu sayang sama Diva"
"IBU, DIVA GAK MAU SENDIRIAN BU..."
Tangis Diva kecilpun pecah disaat pelukan terakhirnya bersama ibu.
jelas jelas ibu dan ayah tidak sakit
jelas jelas itu bukan petak umpet.
.
.
.
.
Kecerobohan yang dikatakan Ayahku, bukan kecerobohan biasa, seperti menghilangkan sendal ataupun penghapus di meja belajar. Tapi kecerobahan yang menghasilkan korban untuk menghilangkan jejak.
Di umurku yang ke 14 tahun akhirnya aku mengetahui semuanya, alasan ayah dan ibuku tergeletak di lantai saat aku pulang sekolah, alasan dibalik pindahnya aku ke rumah baru, alasan sekarang aku harus tinggal di rumah yatim piatu. Semuanya dijelaskan dengan sangat detail oleh salah satu pekerja setia di perusahaan ayahku kala itu. Aku ditawari untuk pindah kerumahnya sejak kehilangan ibu dan ayahku, tapi aku lebih memilih tinggal di rumah yatim piatu.
kalian pasti bertanya-tanya siapa pak Li itu kan?
Dia yang memulai semua ini, musuh dibalik selimut bisnis besar mendiang ayahku, penipu bertangan halus, mencuri, dan menghilang tanpa jejak, dan tak bisa dilacak, polisi bahkan enggan melanjutkan penyelidikan. Sungguh manusia ini susah disentuh siapapun, dan aku adalah salah satu korban yang ditinggalkannya. Trauma yang membekas.
masa kecilku, aku yang memulai dan melakukannya sendirian.
(Flashback Off)
.
.
.
.
.
Kini dihadapanku, ialah anak yang meninggalkan sekolah untuk pindah 15 tahun yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Wanna Fall
Ficción GeneralPernahkah kalian merasakan jatuh? merasa putus asa akan harapan dan cinta? atau mungkin dibenci orang atas prestasi dan kejujuranmu? karena kadang uang yang memaksa kita untuk keluar dari jalan lurus, bisa terjebak atau bahkan menginjak siapapun di...