02

137 19 3
                                        

___________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___________________________________________

Diam, tanpa bicara.

Membisu, tanpa kata.

Rasanya menyiksa, tapi dia menahannya.

Sesak , tapi dia tak dapat berbuat apa-apa.

Jangankan bercengkrama, sekadar menyapa saja dirinya tidak bisa.

Ketidak berdayaan itu yang dirasakan oleh Seungwan hingga saat ini.

Hanya memperhatikan sekitar hal yang bisa sang Putri lakukan.

Dirinya merasa menjadi beban untuk semua orang. Padahal Seungwan sendiri merupakan sosok putri yang ceria selama ini, senang bercengkrama hingga bersosialisasi tanpa pandang kasta. Dirinya menjadi sosok yang di gemari rakyat karena kelembutannya. Tak hanya itu bahkan sikap peduli-nya tak pernah luput dari sanjungan mereka. Tidak ada yang terkecuali jika dirinya turun tangan untuk membantu sesamanya. Semuanya harus mendapatkan hak yang sama rata.

Namun sayang, Kegiatan yang ia senangi ternyata menjadi bumerang atas insiden yang menimpanya.

Tepat setahun lalu, dua bulan sebelum pernikahan kakaknya Ratu So Hee dan Pangeran Cha yang sekarang sudah berganti jabatan menjadi Raja Cymberli Son. Memimpin kerajaan bersama sang kakak tertua.

Semuanya tidak akan terjadi jika dirinya tak bertindak jauh saat itu. Seharusnya dia bisa membuang rasa penasaran-nya detik itu.

Jika dirinya kembali ke Istana tanpa menuruti ego-nya, Seungwan tidak akan kehilangan suaranya. Dia tidak akan melihat Kakaknya menangis sebelum hari kebahagiaan-nya. Dirinya tidak akan melihat saudaranya kesulitan mencari cara untuk penyembuhan-nya. Dia tidak akan juga melihat tatapan iba dari seluruh penghuni istana.

Apa mereka tidak mengerti bahwa Seungwan bukan wanita yang cacat keseluruhan, dia hanya kehilangan suaranya. Tapi kenapa pandangan mereka mengatakan seolah dirinya rapuh dan butuh pertolongan di tiap saatnya.

Entah sudah berapa lama Seungwan melamun, pikirannya sungguh mengudara bersama angin panas yang berembus dari luar serambi kamarnya. Dia sendiri kadang tak paham kenapa kerap kali meratapi nasib malang yang menimpa. Dirinya sadar dan menerima dengan lapang dada tapi masih ada hal mengganjal yang membuatnya tidak terima.

Kebenaran itu, harus sampai kapan dirinya bungkam dalam kebisuan.

Dia tidak ingin mati sia-sia tanpa membungkam para bandit itu. Dirinya tak ingin rahasia itu menghancurkan kerajaan orang tuanya di depan matanya sendiri.

Tapi, bagaimana caranya. Dirinya tak dapat berbuat apapun. Lalu kepada siapa, sosok yang bisa menangkap gelagat-nya untuk menyampaikan kenyataan ini. Seluruh manusia di Istana ini, Seungwan ragu akan kebersihan mereka. Dirinya tidak mau mengambil resiko untuk mengambil langkah secepat itu.

"Putri." Seungwan seketika sadar akan kehadiran seorang pelayan yang telah memanggilnya.

"Makan Siang Anda sudah disiapkan, mari Saya hidangkan."

The Silent PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang