Selamat membaca...
Lagi-lagi aku berada di sini, bermain di ayunan tua yang terletak di halaman rumah nenek. Suasana sore hari yang menenangkan tidak pernah berubah. Sinar matahari berwarna orange itu tampak indah.
Suasana di desa tempat nenek tinggal memang sangat menenangkan. Bisa di katakan tidak banyak orang yang tinggal di sini. Jarak antar rumah pun terpaut jauh. Di sekeliling rumah pun di penuhi oleh pohon-pohon rindang yang menjuntai tinggi. Semilir angin segar dan menyejukkan, jauh dari kata polusi.
Aku tahu betul apa yang akan terjadi setelah ini. Terkadang aku tidak mengerti, apakah yang aku alami saat ini nyata atau hanya sekedar mimpi belaka. semua yang aku rasakan terasa nyata, bahkan saat aku menapakkan kaki di atas tanah. sensasi dingin dan lembabnya tanah bercampur pasir terasa jelas menggelitik telapak kakiku.
Tak jauh dari pekarangan rumah nenek, terlihat seorang pria tampan dengan pakaian mewah--bak seorang pangeran dalam cerita dongeng. Pria itu memakai Bodysuit berwarna biru dengan hiasan renda di bagian lengan, leher, dan bagian kancingnya. Pesona wajahnya sulit untuk di jelaskan dengan kata-kata. Setiap kali melihatnya aku hanya bisa terpaku, terpesona akan keindahan di depan sana.
Pria itu hanya diam menatapku, dia tersenyum lembut dan Menatapku penuh kasih sayang. Aku tidak bisa untuk tidak balik membalas senyum manisnya. Cukup lama kami saling bertatapan, hingga akhirnya pria itu melangkahkan kakinya mendekati ku. Aku pun tidak merasa takut, aku hanya diam menunggu apa yang akan dia lakukan.
"Aku sudah lama menunggumu, kekasihku"
Kata-kata itu yang selalu dia ucapakan. Aku pun tidak mengerti mengapa dia menganggap ku sebagai "kekasihnya". Jelas kami tidak pernah mengenal sebelumnya.
Tidak seperti mimpi sebelum-sebelumnya, dimana aku hanya bisa diam tanpa menjawab. Kali ini aku membuka mulut, bersiap untuk membalas ucapanya. Aku ingin sekali bertanya, siapakah dia? Itulah yang selama ini terlintas dalam benakku. Selama kurang lebih 19 tahun pria itu hadir dalam mimpiku.
"Siapa kamu?" tanyaku yang hanya di balas senyum tipis darinya.
"Jika kamu ingin tahu siapa aku, maukah kamu ikut bersamaku? Aku akan memperkenalkan kamu kepada kerabat-kerabatku" ajak pria itu.
Mendapat ajakan darinya, keinginan untuk ikut bersamanya semakin besar. Tanpa rasa takut sedikitpun Aku pun beranjak dari ayunan tua itu, Berusaha meraih uluran tangan pria tampan di hadapanku.
"Eve! Siapa dia? Kamu mau kemana? Cepat masuk!"
Nenek muncul dalam mimpiku, ia dengan cepat berlari ke arahku kemudian menarik tanganku, menjauh dari pria yang tidak ku ketahui siapa namanya. Tanpa menunggu lebih lama nenek pun mengunci pintu sembari memarahiku.
Aku pun akhirnya masuk ke dalam kamar dengan perasaan "kecewa". Tak tahu kenapa aku merasa demikian, mungkin juga karena sudah lama menantikan momen dimana aku bisa mengobrol dengan sosok itu. Namun, di saat aku sudah bisa mengeluarkan suara di dalam mimpi, nenek malah mengacaukannya.
Tak tahu harus melakukan apa, aku hanya bisa menunggu sampai aku terbangun dari mimpi yang telah hadir setiap malam ini. Merasa pengap, aku membuka jendela kamar, menatap bosan pohon-pohon tinggi itu. Namun aku di buat terkejut setelah mendapati pria itu ternyata belum pergi dari sini.
Ia berdiri dari kejauhan, tak lupa tersenyum hangat.
"Aku akan kembali, tunggu aku" ucapnya lirih, namun bisa ku dengar dengan jelas. Tak lama setelahnya aku pun terbangun di kamar apartemen ku.
-Who Are You-
Namaku Eve---tidak lebih dan tidak kurang, hanya itu saja. Tahun ini usiaku genap 26 tahun. Aku anak tunggal yang beberapa tahun lalu merantau ke ibu kota dan kini memiliki sebuah butik yang sekarang cukup terkenal.
Kedua orangtua ku sudah meninggal saat aku berusia 7 tahun. Penyebab kematian mereka adalah kecelakaan lalu lintas. Dalam kecelakaan itu, aku juga termasuk salah satu korbannya. Tetapi hanya aku yang selamat dalam kecelakaan tragis tersebut. Kecelakaan itu juga yang dulunya membuatku koma selama kurang lebih satu tahun.
Ntah apa yang terjadi, anehnya setelah terbangun dari koma aku malah bisa melihat hantu. Padahal sebelumnya aku tidak bisa melakukannya. Akibatnya aku pun cukup menderita akan hal itu. Tentu saja, karena penampakkan dari mereka yang menyeramkan, juga kebanyakan yang bertingkah jahil dan suka meminta tolong.
Nenek tahu kondisi ku karena aku sering kali menjerit ketakutan akibat gangguan-gangguan dari para makhluk gaib itu. Setelahnya nenek mengajari ku untuk mengontrol diri dan bersikap seakan akan aku tidak bisa melihat mereka. Awalnya terasa sulit tapi akhirnya aku bisa melakukan hal itu hingga kini aku telah terbiasa.
Ku rasa tidak terlalu buruk juga jika aku mempunyai kemampuan melihat makhluk halus seperti ini. Contohnya saja saat aku sedang mencari apartemen untuk ku tinggali. Aku bisa memilih apartemen mana yang sekiranya aman untuk aku tempati. Memang, tidak bisa di pungkiri bahwa setiap tempat pasti ada penunggunya, hanya saja akan sangat menganggu jika bertemu dengan mereka yang usil dan jahil.
Di apartemen ku sendiri tentunya juga ada hantu. Tapi syukurlah mereka bukan sosok yang jahil dan akan menganggu kenyamanan ku. Terdapat tiga sosok yang cukup menyeramkan. Di antaranya ialah kuntilanak, pocong, dan genderuwo. Masing-masing dari mereka menempati kamar mandi, balkon apartemen, dan ruang tamu.
Drett...drett...
Getaran dari handpone membuatku dengan segenap rasa malas beranjak dari kasur empuk ini. Ku lihat di layar handpone tertera nama 'Bella' yang menelponku. Ya, Bella adalah asisten ku.
"Hallo bel?"
"mba kapan ke sini? Ini udah banyak banget klien yang nunggguin mba" seru Bella di seberang sana.
"Sabar bell, aku baru bangun. Tunggu aku sekitar 30 menit oke? Bye~" ucapku lalu menutup telepon.
Rasanya tidak ada waktu sedikitpun untuk beristirahat. Sungguh melelahkan! Aku bahkan belum mengganti pakaian yang dari kemarin aku kenakan untuk menghadiri meeting.
Dengan segenap rasa lelah aku kembali merebahkan tubuhku di atas ranjang, kemudian menatap plafon kamar ku dengan perasaan campur aduk. Pikiran ku terpusat pada mimpi yang selalu hadir dalam tidurku.