chapter 7

37 5 0
                                    

Selamat membaca-

Setelah selesai dengan resepsi pernikahan, kami segera berangkat ke bandara untuk melakukan perjalanan honeymoon. Kami akan pergi ke Yunani yang terkenal dengan keromantisannya. Sangat cocok untuk para pengantin baru yang ingin memandu kasih di bawah sinar rembulan, atau berciuman di tepi laut biru yang berkilauan.

ribuan pasangan liburan ke Santorini bukan tanpa alasan. Lanskap pulau ini terbilang unik dan terkesan romantis saat matahari tenggelam yang terlihat keemasan.

Tidak heran jika Santorini kerap menjadi destinasi utama para pasangan atau pengantin baru. Beragam hotel di sana menawarkan pengalaman romantis yang maksimal. Ada beberapa desa yang bisa dipilih untuk menghabiskan liburan yang tak terlupakan.

Santorini adalah pulau vulkanik yang berada di antara Pulau ios dan Anafi Yunani. Bayangkan saja kalian berada di tengah-tengah bangunan putih yang berada di tebing. Ditambah lagi sambil menikmati matahari tenggelam nan indah bersama orang tersayang. Alam tak pernah seromantis ini.

Santorini Island adalah salah satu destinasi wisata yang paling populer di Yunani. Terletak di tenggara Yunani, pulau ini dikenal dengan pemandangan yang memukau dengan rumah-rumah bergaya tradisional Yunani yang berwarna putih dan menyatu dengan laut biru yang indah---kami akan segera pergi ke tempat ini.

Begitulah kesan Santorini yang pernah aku baca di salah satu artikel online. Namun jika di tanya apa aku pernah mengunjunginya? Maka jawabanya belum---ini adalah kali pertama.

Sebetulnya, aku tidak ingin pergi sejauh ini hanya untuk Honeymoon. Bagiku itu tidak terlalu penting, karena aku ingin menghabiskan waktu sebanyak-banyaknya bersama nenek. Namun beliau mendorong ku untuk pergi bersama Erland dan berkata harus pulang dengan kabar gembira (mengandung).

Mengandung ya...tentu saja semua wanita sehat akan mengalaminya. Begitu pula dengan aku. Apalagi sekarang aku sudah menikah dan mempunyai suami--jadi aku harus melakukan kewajiban ku sebagai istri yang baik.

Di umur ku yang ke-26 aku rasa aku memang sudah siap untuk mengandung seorang bayi. Mama mertua ku juga bilang kalau mereka ingin mengendong cucu secepatnya, begitu juga dengan nenek.

Menempuh perjalanan panjang, menghabiskan waktu berjam-jam mengarungi udara, akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Di sambut dengan Kilaun lautan--berkelap kelip akibat di bawah sinar mentari cerah hari ini. Birunya laut seakan menyatu dengan langit, terlihat sangat cantik.

Kami pun segera menuju hotel yang memang telah di siapkan oleh Erland khusus untuk Honeymoon kami. Para pegawai menyambut kami dengan senyum ramah, aku meraih buket berisi bunga mawar yang mereka berikan sembari berterimakasih.

Tak lama kami segera di antar menuju kamar hotel. Aku berjalan dengan santai tanpa beban dan di sampingku ada Erland yang sedari tadi menggenggam lembut jemari tanganku. Sesekali pria itu mengelus tangan ku dengan tersenyum hangat.

Memasuki ruangan, terlihat bahwa hotel pilihan Erland memang tidak mengecewakan. Kami tinggal di salah satu suite matahari terbenam dengan kolam renang, di mana ruang tamunya berlimpah, dan pengaturan kolam besar serta teras yang dihiasi dengan batu putih adalah bingkai sempurna untuk pemandangan yang menakjubkan. Aku juga pernah membaca, bahwa kamar hotel di santorini cenderung kecil---namun di hotel ini tidak.

Malam pun tiba---langit di hiasi bintang berkelap-kelip yang terbentang luas di langit. Menemani kesunyian kami malam ini.

Kami berdua sudah berganti pakaian, memakai piyama hitam dengan motif bunga sakura berwarna merah muda.  Piyama ini adalah piyama pilihan ku. Aku membelinya tanpa bertanya pada Erland apakah dia suka atau tidak---Tapi untungnya Erland memakai piyama itu tanpa protes. Malahan dia terlihat senang. Ya, sejauh ini Erland selalu suka apapun pilihan ku. Meski aku tahu warna kesukaannya adalah biru laut.

Di atas kasur kami sudah bertaburan kepingan bunga mawar, membentuk simbol cinta yang tadinya tidak ada di sana. Tahu-tahu setelah selesai mandi, kamar kami sudah di hiasi sedemikian rupa---hingga memberi kesan romantis untuk sepasang pengantin yang ingin memadu kasih di bawah sinar rembulan malam ini.

Sebetulnya di atas meja rias tadi sudah ada baju tidur seksi yang telah di siapkan oleh mama mertuaku. Tapi aku tidak memakainya dan membiarkan baju itu tergeletak sia-sia. Bukannya tidak menghargai pemberian mama, tapi aku hanya tidak nyaman memakainya. Aku lebih suka piyama yang ku kenakan sekarang, dengan bahan lengan dan kaki panjang.

Satu kata---sunyi. Lampu sudah di matikan, hanya ada cahaya remang-remang dari lilin yang baru saja Erland hidupkan. Pria itu tahu betul kalau aku tidak bisa tidur dengan keadaan lampu masih menyala.

Kini menunjukkan pukul 23.05, tapi rasa kantuk tak kunjung menghampiri kami berdua. Aku merebahkan tubuhku di atas kasur empuk ini dengan nyaman, sementara Erland masih duduk di atas sofa yang terletak di pojok sebelah kanan ranjang kami.

Meski minimnya pencahayaan, tapi aku bisa melihat bahwa Erland tengah di landa kegugupan. Dia mungkin masih menimang-nimang, apakah akan tidur di samping ku atau tetap di sofa itu sampai pagi. Dia pasti berfikir aku akan merasa risih jika dia tidur di samping ku. Aku kira Erland akan mendatangi ku dengan gagah dan percaya diri, namun pemikiran ku salah.

Ini memang malam pertama kami untuk 'tidur bersama' layaknya pasangan suami istri pada umumnya. Erland ternyata sebaik ini, dia bahkan sangat memikirkan perasaan ku. Tapi walaupun begitu, aku tidak sejahat itu untuk membiarkan dia tidur di sofa atau menempati kamar hotel yang lain.

"Kenapa masih di situ? Kamu nggak mau tidur sama aku?"

Erland terkejut, tapi dengan cepat mengendalikan ekspresinya kemudian beranjak dari sofa. Ia duduk di tepi ranjang dengan posisi membelakangiku.

"Soal malam pertama---kalo kamu memang belum siap, nggak papa. Aku bakal tunggu"

Ternyata itu yang membuat Erland gelisah setengah mati. Aku menghela napas panjang, kemudian ikut duduk di sampingnya.

"Nggak ada waktu lagi, Pas kita pulang nanti aku mau kasih kejutan untuk nenek---kejutan tentang kehamilan ku"

"Ini bukan hanya sekedar untuk membahagiakan orang lain. Kita harus bener-bener merawat dan menyayangi mereka"

Ya, aku juga tahu soal itu. Memangnya siapa juga yang mau menelantarkan anak ku sendiri? Aku mau hamil bukannya untuk menyenangkan orang lain, tapi memang karena aku ingin. Aku juga ingin merasakan menjadi seorang ibu. Membayangkan aku akan selalu berada di sisi anakku, mengingat aku kehilangan kedua orang tuaku di usia 7 tahun.

"Jangan berfikir yang nggak-nggak. Aku memang pingin punya anak, bukan karena sekedar membahagiakan orang lain--Kamu nggak usah khawatir"

Setelah mendengar penjelasanku, Erland akhirnya mengalihkan pandangannya menatapku. Wajahnya yang memerah terlihat jelas semakin mendekat dan mendekat. Aku bahkan bisa merasakan terpaan nafas Erland yang segar dengan bau mint.

"Kalo gitu aku nggak akan nahan diri lagi"

Dan begitulah aku melewati malam pertama yang panas bersama Erland di Santorini Yunani.














Who Are YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang