~¤「chapter 22 」¤~

631 81 7
                                    

"Dengar nak, Ku dengar kau pernah membunuh orang. Meski cuma satu, setidaknya kau pernah memegang pistol bukan?" Tanya Vermouth

"Iya. Tapi mungkin aku bakal tetap kaget, karena waktu itu aku dibantu oleh papa." Jelas ku pada nya

"Papa ya? Aku masih geli jika mendengar orang gila itu dipanggil papa." Ujar Vermouth

"Papa memang orang gila, tapi dia tetap papaku."

"Baiklah, baiklah. Kalau begitu, sekarang ambil pistol itu dan bidik dengan benar." Ucap Vermouth menunjuk pistol yang tertata rapi di meja

Aku berjalan mendekati meja tersebut.

'Ini yang mana ya? Ambil sembarang aja deh.'

Aku mengambil sembarang pistol yang berjejer. Setelahnya, aku berjalan ke arah arena latihan dan berdiri tegak kearah bidikan. Aku mengambil penutup telinga dan mulai mengangkat kedua tanganku kearah depan sambil memegang erat pistol ku. Tapi aku terdiam.

"Ini gimana caranya?" Tanyaku tanpa menoleh kearah Vermouth. Malu cuy.

"pffftt- Aku baru ingat kau masih anak kecil. Baik aku ajarkan." Ujar Vermouth.

Vermouth mulai mengajari aku dari cara memegang, jenis-jenisnya dan lain-lain.

*Dorr!

Satu peluru berhasil aku lepaskan dan tepat menegenai angka 8. Aku menoleh ke arah Vermouth.

"Lumayan untuk pertama kali, Whisky. Latihan lah sendiri, aku akan kembali sekitar 1 jam lagi." Ucap Vermouth meninggalkan ku

"eum." Jawab ku

Setelah Vermouth benar-benar pergi, tubuhku dengan cepat tersungkur ke lantai.

"Huff.. Jadi, aku mau dididik jadi pembunuh ya?" Tanyaku pada diri sendri

"Sepertinya aku harus benar-benar berlatih, Supaya sasaranku tidak mati." Ucap ku membuat wajah meringis. Aku meringis pada diriku sendiri.

•~~~~~~~~~~•

Jam di ruangan tersebut menunjukkan hampir jam 12 siang, aku tetap terus melanjutkan latihanku sampai papan bidik itu tampak tidak terbentuk. Tapi, tidak ada tanda-tanda Vermouth akan datang.

Saat peluru habis, Aku mengisinya kembali dan melanjutkan latihan yang sempat tertunda. Dan aku mengulangi siklus yang sama berkali-kali.

*Dorr!

Tembakan dari peluru terakhir aku lepaskan, saat itu juga papan bidik itu langsung jatuh.

*Bruk!

Amu menggaruk bagian belakang kepalaku yang tidak gatal.

'Walah.. yo opo iki.. ' Batinku melihat papan yang jatuh itu dari kejauhan.

*Cklek

Pintu di belakangku terbuka, Menunjukkan Pria dengan jubah hitam panjang dengan rambut pirang pajang berjalan ke arahku.

"Whisky, ayo makan dulu. Badan mu pasti lelah." Ucap pria itu

"Iya papa. Tapi itu.." Aku menunjuk papan yang sudah tergeletak mengenaskan

"Nanti ada orang yang membersihkannya dan memasang yang baru. Sekarang ayo makan." Tegas papa

"eum, baiklah." Ucapku membuntuti papa

Kami berjalan keluar dari ruangan tadi, dan naik kelantai dasar. Saat sampai di samping mobil, papa membukakan pintu untuk ku setelah itu baru masuk ke bagian pengemudi.

"Mau makan apa?" Tanya papa sebelum menancap gas

"pengen ^makudonaruto." Jawabku

"Oke." Ujar papa langsung tancap gas

Mobil berjalan sekitar 10 menit dan sampai di tempat drive thru.

"h*mburger happ* meal 1 sama ch*cken nuggets happ* meal yang isi 6, satu. D**ble cheese burger 1. minumnya lemonade 2." Jelas papa kepada orang dibalik suara itu

"yeah, that's all. thanks." Ujar papa sebelum menjalankan kembali mobilnya

Kami- enggak, papa membayar dan mengambil pesanan kami. Dan papa memarkirkan mobilnya.

"Kenapa happy meal nya pesan 2?" Tanyaku heran

"Biar ga minta nasi." Ujar nya lalu memakan burgernya

"Heh! enggak ya!" tak terima ku

Ya siapa yang terima coba di katain kaya gitu. Dikira penganut sekte ga nasi ga makan kali.

"Engga bercanda. Makan, kalau ga dimakan, makan papa saja." Ucapnya mencoba mengambil makananku

langsung saja ku pukul tangannya, "Ih! gaboleh! Ini punya Y-Caitlin!"

Papa menatapku lalu tersenyum, "Jangan sampai lupa kamu siapa sekarang."

"Eum, maaf"

"Hm." 

Setelah itu kami melanjutkan makan siang kami yang tertunda.

•~~~~~~~~•

Kami selesai makan dan pergi menuju apartemet kami. 

"Gak ketempat yang tadi?"

"Engga, wanita itu pasti sedang menjalankan misinya atau jalan-jalan. Kamu mau kembali ke sana?" Tanya Papa.

"Enggak deh, capek latihan ber jam-jam." Jawab ku.

"yaudah kalau gitu."

Papa kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

•~~~~~~~~•

Papa menurunkanku didepan pintu gerbang apartement.

"Kamu bisa kan sendiri?" Tanya Papa.

"Bisa kok, Aku bukan anak kecil."

"Itu adalah jawaban anak kecil. Papa tinggal ya."

"Eum, bye-bye" Ucapku dengan tangan yang melambai kearah mobil Papa yang menjauh.

Setelah memastikan mobil tersebut pergi jauh, aku masuk dan menuju ke arah lift untuk menuju ruang apartement ku.

Aku memencet angka untuk memasukkan code dan masuk setelah pintu terbuka.

*Cklek

"Huff,, Aku ingin membuka hp ku. Sudah dari kemarin aku tidak membukannya."

Aku mulai menghidupkan hp ku, dan membuka pesan dan sosial media lainnya. Aku membuat akun baru dengan nama baruku, Dan mulai meng stalk akun conan [hehe].

'Semoga Shinichi tidak terlalu memikirkan diriku yang hilang mendadak,, Aku berharap dirimu menjalani kehidupan yang tenang sesuai jalan cerita aslinya, maaf sudah mengagetkanmu dengan pesan confess itu.' Batinku menyatukan kedua telapak tanganku.

Conan Pov°

Aku berdiam diri ditempat Harumi sebelum ditembak oleh Gin.

'Membayangkannya saja sudah membuatku merinding. Tapi, jasadnya tidak ditemukan?'

"heh,, mustahil kan?" ucapku menatap ke arah sungai .

Aku naik ke skateboard ku dan mulai melaju.

'Aku percaya kalau Harumi pasti masih hidup disuatu tempat.'

Pov° end

•~~~~~~~~•~~~~~~~~•
Masnya yakin banget ya...

Detective conan (Shinici x OC/reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang