bagian 06

167 23 7
                                    

Langit biru dan cerah di Amsterdam, Belanda. Sebuah mobil putih melaju memasuki kawasan sekolah elit. Prosedur masuknya cukup ketat, setelah memindai kartu akses khusus, pintu gerbang utama terbuka dan mobil kembali melaju.

Menuju area gedung sekolah menengah pertama.

Mobil berhenti, dan seorang wanita mengenakan kaca mata hitam keluar dari mobil. Wanita itu, Tiffany melihat jam di pergelangan tangannya, ia datang tepat waktu. Tak lama para siswa mulai berhamburan keluar.

"Little dumpling! it's here~" Dengan meriah Tiffany melambaikan tangannya.

Rachel yang baru saja keluar langsung melihatnya. Dan balas melambai dengan senyum sumringah. "Tiffany aunty,"

Gadis itu tidak sendiri, ia bersama sekelompok teman, setelah mengucapkan beberapa kata dan mengucapkan sampai jumpa, ia berlari kecil menuju Tiffany.

Suasana gadis kecil itu tidak lagi suram seperti sebelumnya, jelas sedang dalam suasana hati yang baik.

Gadis berusia 12 tahun itu mulai beranjak remaja, dia sangat tinggi untuk gadis kecil seusianya, tubuhnya juga berkembang dengan baik, dan lihat wajah cantiknya yang bersemu merah, oh anak-anak jaman sekarang tumbuh sangat cepat.

Tiffany merasa bernostalgia untuk sesaat, rasanya baru kemarin ia menggendong bayi yang begitu kecil. Dalam sekejap itu telah tumbuh begitu besar. Hatinya senang sekaligus sedih, sedih bahwa ia tidak ingin Rachel kecilnya cepat tumbuh dewasa.

"Aunty, my mom it's finally calling me!"

Tiffany yang sedikit linglung langsung tersadar setelah mendengar suara bersemangat Rachel.

Ia dengan serius bertanya, "Bagaimana keadaannya sekarang? Apakah dia baik-baik saja?"

"Ibuku bilang dia baik-baik saja..." jawab Rachel kemudian wajahnya berubah dalam sekejap dan sedikit cemberut.

Melihatnya, Tiffany buru-buru menghiburnya dan membantunya masuk ke mobil. Keluar dari kawasan sekolah, Tiffany membawa Rachel ke salah satu restoran fast food terkenal.

Seohyun cukup ketat dalam mengatur pola makan putrinya, dia tidak mengizinkan Rachel untuk mengkonsumsi makanan cepat saji tidak sehat semacam ini, tapi dengan Tiffany mudah mengelabui ibunya.

Rachel makan makanan cepat saji saat moodnya tidak baik.

"Apa lagi yang ibumu katakan?"

Rachel menggeleng dan suasana hatinya menurun lagi. Ia tidak tahu kemana ibunya pergi, ibunya, termasuk orang-orang terdekatnya yang tahu menolak memberitahunya.

Di telepon tadi ibunya hampir menangis mengatakan bahwa ia sangat merindukannya, percakapan keduanya singkat dan terburu-buru, seperti pesan saat ibunya pergi di awal, Rachel tidak boleh menghubunginya lebih dulu sebelum ibunya.

Mengingat sakit kakeknya yang kembali kambuh dan harus pergi ke rumah pedesaan untuk menenangkan diri, Rachel yakin apa yang terjadi pasti ada sangkut pautnya dengan pamannya yang menyebalkan.

Tiffany terus menghibur Rachel dan mengatakan untuk tidak khawatir. Seohyun pasti akan segera pulang.

Rachel mengangguk, dan berkata bahwa ia ingin pergi ke toilet untuk mencuci tangan. Saat ia selesai mencuci tangannya dan akan keluar, ponsel yang ada di sakunya berdering.

Rachel sedikit terkejut saat melihat siapa yang menghubunginya. Kemudian dengan marah segera menjawabnya.

"Yak! Lee Jeno!" Rachel langsung berseru dengan marah. Dua orang biasanya tidak akur seperti kucing dan anjing. Kecuali di depan ibunya, ia tidak suka memanggilnya paman.

AFTERTASTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang