XIII - MULAI BERUBAH

6.5K 557 7
                                    

Mereka benar-benar telah melakukannya.

Kelopak mata Brianna perlahan terbuka. Sosok pria bertelanjang dada masih terpejam di sampingnya. Dengan sebelah lengan tertekuk sebagai bantal, laki-laki berkulit tan eksotis tersebut menghadap Brianna.

Saat tidur seperti ini, tidak akan ada yang menduga seberapa buasnya dia semalam. Bjorn memiliki tipikal wajah rupawan yang jantan. Pesonanya bukan semata-mata menyerupai pangeran yang lembut nan elegan, namun gagah dan kasar seperti dewa perang.

Bulu matanya lebat dan panjang. Hidungnya bangir, bibir yang lebih tebal di bagian bawah ... semalam itu sangat aktif menandai tubuhnya.

Brianna bangun sembari menutup tubuhnya dengan selimut. Pinggangku sakit, itu yang dirasakannya pertama kali ketika dia memaksakan diri untuk berdiri. Padahal Bjorn melakukannya dengan cukup lembut.

Apa karena ini pertama kalinya bagiku?

Sebelum memasuki ruang pemandian yang tersedia di dalam kamar, Brianna sempat menengok ke belakang. Menatap suaminya yang memunggungi sinar matahari pagi. Dia berpikir, betapa lihainya pria itu semalam. Mungkinkah Bjorn sering bercinta dengan Tania?

Begitu suara langkah Brianna tak terdengar, Bjorn membuka mata. Pria berbadan tegap itu mengerang pelan ketika rasa pengar menyerang. Sebetulnya, dia sudah lebih dulu terjaga dari Brianna. Namun, karena ini merupakan kali pertama mereka tidur bersama, Bjorn ingin memandangi wajah sang istri yang dia buat kelelahan.

Semalam Bjorn memang mabuk, tapi dia bukan tipe pemabuk yang akan melupakan segalanya setelah bangun tidur. Setiap tindakan dan rangsangan kecil yang ia rasakan, termasuk betapa cantiknya Brianna semalam, itu membekas dalam memorinya.

Bjorn melihat bercak darah tempat Brianna meninggalkan jejak keperawanannya. Fakta bahwa wanita itu belum pernah bersetubuh dengan pria manapun membuat Bjorn terkejut. Padahal selama ini dia sudah berburuk sangka dan menuduh Brianna dengan kasar.

Apa sebetulnya Brianna memang tidak punya hubungan apa-apa dengan Bajing*n itu? Tapi mengapa di masa lalu mereka terlihat begitu mesra?

Memanggil Canisa masuk, Bjorn memberi titah padanya. "Mandikan dan bawakan sarapan untuk Evenette. Lalu seharian ini biarkan dia istirahat di kamar."

Ada sesuatu yang harus aku bereskan.

*****

"Jika tidak mau hidupmu berakhir disini, sebaiknya mengakulah," peringat Bjorn pada tahanan yang terkurung di penjara bawah tanah. "Apa kau mata-mata Gletser? Siapa tuanmu?"

Zed duduk santai beralaskan tanah. Sebelah kakinya terikat oleh rantai khusus untuk menyegel kekuatan. Melirik sang Master Vulcan dari balik tudung, pria bertindik platinum itu menyeringai seram. "Bagaimana, ya, mengatakannya," disingkirkannya tudung yang menutupi rambut, "lihat, aku orang Vulcan."

Bjorn tidak menyangkal karena di masa lampau dia memang pernah melihat Zed mampu menggunakan kekuatan api.

"Kalau bukan Vulcan, mana mungkin aku bisa membuat ini." Zed membuktikan dengan mematik api kecil dari jarinya.

Awalnya, Bjorn bersedekap di dekat kurungan tanpa waspada. Tapi kemudian mundur begitu melihat Zed tetap dapat menggunakan kekuatannya bahkan setelah dia dibelenggu dengan alat pengekang kekuatan.

Orang ini berbahaya. Tingkat kekuatannya mungkin sudah setara dengannya, atau bahkan lebih.

"Orang tuamu berasal dari bangsa Gletser dan Vulcan?" Kalau iya, itu aneh sekali. Faktanya, meskipun Gletser dan Vulcan menikah, keturunan mereka hanya akan memiliki satu kemampuan.

The Bride's Deepest Hurt (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang