"Ada yang ingin ku katakan padamu."
Brianna menelan ludah. Bjorn pasti kecewa Evenette-nya tidak sebugar Tania. Apa dia berniat menceraikanku?
Brianna sudah siap dengan kemungkinan tersebut. Lagipula seorang Evenette memang tidak harus dijadikan istri. Bjorn bisa menyediakan tempat tinggal yang aman untuknya sementara lelaki itu tetap menikah dengan Tania Wisterlize.
Entah sakit atau sehat, Evenette hanya harus hidup, itu saja.
"Silakan katakan."
Untuk beberapa saat pria itu tampak ragu mau mengatakannya atau tidak. Dia mengusap tengkuknya sambil mengumpat beberapa kali.
"Begini, sejak menikah aku tahu sikapku seperti bajing*n. Tapi ucapan Sergio kemarin menyadarkanku. Kau dan aku tidak bisa terus seperti ini. Suka tidak suka kita harus bersama seumur hidup. Jadi aku akan berusaha menjadi selayaknya suamimu."
Brianna sedikit terkejut. Apa yang dikatakan Bjorn ternyata jauh berbeda dari dugaannya. "Saya juga akan berusaha menjadi istri yang baik."
"Bagus. Tapi ada hal penting yang harus kau tahu." Mendadak tatapan pria itu berubah lebih intens. Bahkan saat pernikahan mereka, Bjorn tidak terlihat seserius itu.
Brianna semakin gugup. Kejutan apa lagi yang akan dia dengarkan?
"Kau tidak boleh mengharapkan cinta dariku, karena aku tidak bisa memberikannya. Sampai kapanpun, aku tidak mungkin bisa mencintaimu."
"...,"
"Hei, kau dengar aku?"
Brianna tersenyum tipis. "Baik." Jangan serakah, Brianna. Dia berjanji akan menjadi suami yang baik, itu sudah cukup.
"Bolehkah saya sesekali datang ke kantor Anda? Saya berjanji tidak akan mengganggu." Bjorn akan sibuk untuk beberapa hari ke depan. Tidak ada salahnya menjenguknya sebentar agar hubungan mereka semakin baik.
Bjorn terdiam sejenak. "Terserah. Tapi bukan salahku kalau kau bosan," kata pria itu sambil memalingkan muka.
*****
Tiga hari berlalu sejak Brianna mimisan. Mereka benar-benar tidak ada waktu untuk bertemu. Bjorn disibukkan dengan berkas dan melatih para prajurit Vulcan. Sementara Brianna sama sekali tidak mengunjunginya. Padahal wanita itu bilang ingin sesekali datang.
Cih, pembohong! Bjorn melampiaskan amarahnya dengan fokus ke berkas.
Sementara Sergio di mejanya sendiri mengusap keringat. Apa hanya perasaanku suhu di ruangan ini jadi panas?
"Sergio."
"Hmm."
"Apa kau belum juga menemukan Bajing*n itu?"
Kening Sergio mengernyit. Bajing*n? Oh, orang yang mirip dengannya. "Setelah ku cari data penduduk Vulcan, tidak ada satupun rakyat kita bernama Zedio. Mungkin dia berasal dari bangsa lain?"
"Tidak mungkin. Jelas-jelas Bajing*n itu punya kekuatan api dan rambut hitam."
Setiap bangsa memiliki karakteristik berbeda. Ciri khas Bangsa Vulcan adalah rambut merah atau hitam, Gletser putih keperakan, Asteri pirang keemasan, sementara manusia biasa yang tidak memiliki kekuatan rambutnya akan berwarna coklat.
"Kecuali dia mengubah warna rambutnya," timpal Sergio.
"Itu tindakan ilegal."
Mengubah warna rambut dilarang bagi kaum yang memiliki kekuatan. Sementara manusia biasa diperbolehkan asal warna yang mereka pilih tidak menyerupai Vulcan, Glester, atau Asteri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bride's Deepest Hurt (TAMAT)
FantasíaFANTASY-ROMANCE Brianna Gletser, sang putri yang lemah lembut, ditetapkan sebagai tawanan begitu bangsanya kalah perang. Tidak ada yang tersisa darinya selain paras yang memikat para kaum adam. Sementara itu, Bjorn Vulcan, putra dari penguasa musuh...