XV - TIDUR BERJALAN

5.8K 532 8
                                    

Turnamen Api yang diadakan dua minggu sudah berlangsung selama lima hari. Lord Deimos hadir setiap hari untuk mendampingi Ruler Helios Asteri. Sementara Bjorn, sebagai Master Vulcan, hanya perlu datang ke turnamen saat acara pembukaan dan penutupan. 

Sejak 'malam itu', Bjorn tidak pernah absen bekerja di kamar. Pada malam hari pun dia tidur di kasur bersama Brianna meskipun pria itu terlelap lebih akhir dan bangun lebih dulu dari istrinya.

Bjorn mendekat dan berdiri di belakang Brianna. "Pola apa yang kamu buat?" tanyanya. Meskipun sulit, akhir-akhir ini dia berusaha memperbaiki cara bicaranya agar terkesan lebih lembut.

"Awan."

Beberapa hari memperhatikan, benar kata Canisa. Brianna seperti memiliki dunianya sendiri. Kadang kala dia melamun. Dia juga nyaris tidak bicara bila Bjorn tidak menanyainya. Selain gemar menyulam, wanita cantik yang selalu membuat Bjorn penasaran itu tampak senang tiap kali melihat dunia luar dari jendela.

"Brianna."

"Hmm?"

"Kau terus menetap di kamar akhir-akhir ini. Apa kau tidak ingin jalan-jalan di luar sebentar?"

Brianna menengadah ke belakang, tepatnya ke arah sang suami. Dia bingung mengapa pria itu tiba-tiba membolehkannya menghirup udara segar. "Boleh aku bertanya sesuatu?"

"Katakan."

"Kenapa kamu terus bekerja di sini?"

Dari sekian banyak pertanyaan, mengapa Brianna menanyakan itu? Bjorn menarik satu kursi kosong yang biasanya diduduki Beastan, lantas menempatinya dan menaruh seluruh perhatiannya untuk Brianna. "Kau tidak suka aku berada di sini?"

"Kau berhak datang kemari kapan saja karena ruangan ini milikmu."

Bjorn menghela nafas tak senang. "Ini juga kamarmu. Jangan anggap dirimu hanya penumpang."

Bukankah dimatamu aku memang hanya penumpang? Brianna ingin mengatakan itu, tapi dia urungkan.

"Jujur, Brianna. Apa keberadaanku membuatmu terusik?" tanya Bjorn serius. Jika memang Brianna terganggu, Bjorn tidak keberatan kembali bekerja di kantornya meski dia akan sedikit kecewa.

"Mana berhak aku merasa seperti itu."

Sial, lagi-lagi Brianna memberi jawaban yang ambigu. Dia selalu membuat segalanya menjadi rumit. Apakah semua perempuan memang seperti ini? "Aku hanya butuh jawaban ya atau tidak."

"Apa itu penting untukmu?"

"Ya."

Brianna menyunggingkan senyuman dingin. "Kalau begitu seharusnya kamu menjawab pertanyaanku lebih dulu."

"...,"

"Boleh aku jalan-jalan sekarang?"

Bjorn mengiyakan. "Ajaklah Canisa."

Pria itu terus memandangi punggung Brianna hingga pintu kamar tertutup.

Bjorn kira masa kritisnya sudah terlewat lantaran Brianna tidak lagi membahas tentang mengapa Bjorn mengakuinya sebagai Evenette. Nyatanya hal itu justru menjadi bumerang untuknya, seperti yang terjadi sekarang.

Benar kata Brianna. Aku harus menjawab pertanyaannya dulu sebelum giliran bertanya.

*****

"Rindu aku?" Zed sedang rebahan dengan lengan tertekuk di bawah tengkuk ketika Bjorn datang.

Kali ini Bjorn membawa kursi. Dia meletakkan agak jauh dari kurungan dan duduk di situ. "Jawab saja pertanyaanku. Apa kau cenayang?"

The Bride's Deepest Hurt (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang