"Saemi?"
Suara lembut Heeseung menyadarkan Saemi dari lamunannya, membuat Saemi menoleh dan langsung tersenyum lembut mendapati laki-laki itu masuk ke dalam kamar dengan kursi rodanya.
"Iya sayang?" Saemi menyelipkan rambut panjangnya yang indah di belakang telinganya, dan tersenyum lembut ketika laki-laki yang berstatus sebagai suaminya itu menatapnya dengan teduh.
"Ada apa? Kau tampak begitu murung."
Saemi mendesah, "Ah..iya... aku sedikit tidak enak badan." Itu yang sesungguhnya. Saemi sungguh merasa tidak enak badan hari ini.
"Kau sakit? Mau ke dokter?"
Saemi menggeleng. "Aku hanya pusing, mungkin karena kurang tidur."
Heeseung menatapnya khawatir, netra cokelat gelap itu beradu tatap dengannya. Sesuatu seperti meremas hati Saemi dengan begitu kuat, seolah menghantam rusuknya dengan begitu keras.
"Aku tidak melihatmu ada di kamar semalam? Kau pergi kemana, sayang?"
Saemi menggigit bibir, dadanya terasa sesak mendengar untaian nada penuh kekhawatiran suaminya. Dia tersenyum dan mendekat ke arah Heeseung, menyentuh lembut pipinya yang terlihat kurus. "Aku bosan, dan memilih untuk menonton film di ruang tengah, kemudian tertidur di sana."
"Sunghoon semalam datang?"
Saemi menggangguk. "Ya, dia datang menitipkan beberapa berkas kantor untuk disortir, aku bilang kau sudah tidur, jadi dia langsung pulang."
Kebohongan lagi. Entah berapa banyak kebohongan yang selama ini dilontarkan oleh mulutnya. Tatapan Heeseung yang terlihat hangat dan tulus selalu bisa membuat Saemi merasa bersalah.
Heeseung mengulas senyum tipis. "Aku kasihan melihat Sunghoon, semenjak saat itu dia yang mengambil alih seluruh perusahaan ayah. Adikku pasti lelah, seandainya aku bisa membantu mengurus anak cabang di perusahaan ayah seperti dulu."
Tatapan Heeseung meredup sayu usai mengatakan perihal tersebut. Saemi mendekat, mencium bibir Heeseung begitu lembut. "Sunghoon mengerti dengan kondisimu, dia tidak menuntut banyak darimu, 'kan?"
"Ya tentu saja, dia satu-satunya adikku yang paling pengertian."
Saemi hanya tersenyum tipis. Andai dia tahu...
"Pergilah ke dokter, kau terlihat pucat sayang. Aku akan menelpon Sunghoon dan memintanya untuk mengantarmu pergi ke dokter."
Saemi menggeleng ribut. "Tidak perlu, aku hanya butuh istirahat."
"Kau yakin?"
"Daripada pergi ke dokter ketika sakit, aku lebih suka dipeluk suamiku di atas ranjang sepanjang hari."
Heeseung tersenyum penuh arti. "Aku akan memelukmu."
Dan di sanalah mereka berdua, menghabiskan waktu dengan berpelukan di atas ranjang. Saemi berada di pelukan hangat Heeseung berbantalkan sebelah tangan laki-laki itu. Ia merapatkan diri di dada Heeseung, kemudian mendongak untuk menatap wajah tampan sang suami.
Ketika Heeseung menunduk, hidung mereka saling bersentuhan, embusan napas mereka menyatu. Lalu Heeseung memajukan wajahnya mencium bibir Saemi. Lembut, tenang, dan tanpa terburu-buru. Saemi memejamkan matanya menerima lumatan Heeseung di atas bibirnya sambil Saemi memegang rahang suaminya yang kokoh. Ciuman itu menjadi begitu panas saat tangan Heeseung mulai menggerayangi tubuh Saemi, sehingga membuat gadis itu mencengkeram kemejanya.
"Mmmhhhh." Saemi merintih tertahan ketika tangan suaminya menjamah buah dadanya, menggesekkan jemarinya yang panas di sana, memberikan remasan kecil namun berhasil membangkitkan gairah Saemi. Saemi mulai merasakan sensasi yang aneh di tubuhnya. Ia merasa ingin lebih, ingin merasakan sentuhan Heeseung di seluruh tubuhnya dan menginginkan lelaki itu bergerak begitu jantan di atas tubuhnya seperti sedia kala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guilty
FanfictionDalam dunia yang penuh dengan kebingungan dan pertentangan, Sunghoon dan Saemi adalah dua jiwa yang saling membutuhkan. Sunghoon membutuhkan Saemi, dan Saemi dengan caranya sendiri membutuhkan Sunghoon. Percikan api gairah yang bergejolak di antara...