Bab 3: Pertengkaran

705 74 15
                                    

Di sebuah kamar yang tertutup terdapat anak kecil yang berbaring di tempat tidur sementara di samping terdapat tiga orang yang berdiri.

"Ingat, jangan keluar. Kau tidak boleh berkeliaran saat kami tidak ada di sini." ucap ayah Deon dengan tegas.

"Jika kau membutuhkan sesuatu mintalah kepada pelayan yang ada di depan pintu." ucap ibu Deon.

"Kami pergi dulu..." ucap ayah yang terlihat acuh tak acuh langsung meninggalkan Deon tanpa melihat ke arah Deon.

Setelah semua orang pergi dari ruangan itu, ruangan tempat tidur Deon menjadi sunyi. Bahkan punyi sekecil apa pun itu tidak ada, seperti keheningan di dalam air. Deon bukannya beristirahat ia malah bangkit dari tempat tidurnya. Wajahnya terlihat suram, rasa bersalah terpampang jelas di wajahnya.

'Apa yang kau lakukan Deon..... Padahal sedikit lagi kau tidak akan menjadi beban.' batin Deon.

"Seandainya aku tidak termakan amarah.... Pasti tidak akan berakhir seperti ini." ucap Deon menyesal, Deon melangkah menjauh dari tempat tidur.

Tirai besar yang menutup jendela Deon buka sedikit untuk melihat ke luar. Lebih tepatnya ia melihat kereta kuda yang digunakan keluarganya yang akan pergi ke istana. Kereta itu berjalan menjauh, yang akhirnya tidak dapat dilihat lagi oleh Deon. Setelah menutup rapat tirai, Deon berjalan menuju meja belajarnya.

Tangannya kesana-kesini seperti mencari sesuatu, saat Deon merasa tangannya memegang sesuatu ia menariknya. Benda panjang terbuat dari kayu, lebih tepatnya itu pedang kayu dengan ukuran kecil.

"Aku harus berusaha agar keluargaku mempercayaiku." ucap Deon dengan penuh semangat.

Deon berlatih pedang dan belajar lebih giat agar tidak menjadi beban keluarga. Agar kejadian yang dulu tidak terulang lagi....

Flasback

Pesta terakhir yang dihadiri Deon, atau setelah Deon mengenalkan dirinya kepada kaisar dan raja iblis....

Di ruang pesta.....

"Untungnya aku tidak terlambat kali ini. Dan juga mereka menanyakan namaku, apakah akhirnya aku punya teman." ucap Deon yang senang sendiri.

'Baiklah, aku hanya perlu diam dan menunggu disini.' batin Deon.

Seorang anak kecil yang sepertinya seumuran dengan Deon menghampiri Deon. Jumlahnya ada 3, dan mereka sepertinya ingin mengganggu seorang anak yang bahkan tidak mengganggu mereka. 

"Hei, kau Deon Hardt kan?" ucap anak yang berada di paling depan.

'Dia berbicara kepada ku! Ini pertama kalinya aku berbicara dengan teman seumuranku,' batin Deon senang.

"Ha-halo" ucap Deon gugup.

'Aku senang, sih, Ta-tapi bagaimana kalau aku salah'

"Kenapa kau sendirian?" tanya seorang anak itu lagi.

"Oh, keluargaku sedang pergi untuk menemui guru pedang kakak" jawab Deon.

"Hm, mereka pergi tanpamu?" ucap anak itu dengan senyum mengejek. " Kau benar-benar tidak peka, ya?" 

"...Eh?" 

"Ada desas-desus yang menyebar bahwa kau adalah pembuat onar di keluarga hardt. Apa benar kalau selama ini kau dikurung oleh keluargamu?"

"Tidak, itu tidak benar aku cuman tidak enak badan..." bentak Deon.

"Bohong!, bocah menyebalkan. Rambut putih dan mata merah itu pertanda buruk! Meski mereka keluargamu, tidak mungkin mereka bisa menyayangi orang sepertimu, Kau dibuang dari keluarga hardt," ucap anak tersebut yang membuat Deon marah "Dasar monster-"

Ucapan anak tersebut terpotong akibat Deon yang memukulnya dengan keras, dan membuat tangannya yang mulus lecet. 

"JANGAN KONYOL!!! MEMANGNYA APA YANG KAU TAHU SAMPAI KAU BERBICARA OMONG KOSONG SEPERTI ITU, KELUARGAKU BAIK PADAKU!" bentak Deon memegang tangannya yang lecet.

"BERANI-BERANINYA KAU!!!" anak tersebut membalas Deon dan memukul keras wajah Deon hingga terjatuh. Tidak sampai disitu, anak itu terus menerus memukul Deon tanpa memberikan waktu bernafas sedikit pun "KAU PIKIR KAU SEORANG HARDT HANYA KARENA NAMA BELAKANGMU HARDT?! KAU MONSTER! KAU HANYA PRODUK GAGAL!" 

"BERANINYA MONSTER YANG BAHKAN DITINGGALKAN OLEH KELUARGANYA...!"

'Tidak, aku bukan monster,' batin Deon.

"HEI, HEI, BERHENTILAH!" ucap seorang anak yang lain.

Ditengah-tangah keributan itu, suara yang sangat familiar memanggil Deon.

"DEON!! APA-APAAN! " ucap Cruel yang berlari ke arah Deon dengan wajah penuh kringat dan kekhawatiran. Deon yang kehilangan kesadarannya tidak lagi bisa mendengar jelas perkataan kakaknya yang panik.

Saat Deon sadar dia sudah berada di kamarnya, mengalami mimpi buruk yang tidak menyenangkan semasa ia sadar dan tak sadar kembali. Deon yang tak ngin dibenci keluarganya hanya bisa berharap, dengan tangan yang meraba-raba angin yang kemudian ditangkap oleh Cruel.

"Deon, tak apa,"

'Kak...., lihatlah....... betapa sayangnya keluargaku padaku....' batin Deon yang senag tapi hatinya kembali tergores mendengar perkataan Cruel selanjutnya.

"Kau tak perlu melakukan apapun. Karena memang tidak ada yang berharap padamu,"

"Monster,"

Saat itu juga Deon tersadar dari pingsan.

Kedua orang tua Deon meminta penjelasan atas kejadian yang terjadi di pesta. Deon yang ingin memberitahu bahwa anak itu dulu yang mengganggunya tidak merasa ber-hak. Jadi Deon hanya diam dan meminta maaf, akibatnya kedua orang tua Deon terlihat kecewa.

Saat itu juga ayah Deon melarang Deon untuk pergi keluar dan merenungkan perbuatannya.



***



"Karana itu aku harus berusaha!!!," ucap Deon yang ingin menjadi berguna untuk keluarganya.

Walaupun karena waktu yang digunakan untuk bekerja keras membuat Deon tidak bertemu dengan keluarganya. Tapi ia berharap keluarganya dapat menerimanya sebagai anggota keluarga juga walau penampilannya berbeda.

Setelah hari itu Deon bertekat untuk melatih dirinya agar semua orang mengakuinya, ia diam-diam belajar dan berlatih pedang sangat giat tapi sayangnya masih sedikit membuahkan hasil. Jadi saat ini Deon berlatih sangat keras hingga melewati batasnya memebuat hidungnya mimisan. Cruel yang baru saja pulang dari pesta dan menuju kamar Deon terkejut melihat keadaan sang adik, Cruel pun menghentikan Deon.

"Hentikan Deon,"

"K-kakak...."

"APA YANG KAU LAKUKAN?!" teriak Cruel.

"A-aku hanya melatih stamina-"

"Sudah kubilang, jangan melakukan hal tak berguna dan diamlah dikamarmu!!!"

"KAU TIDAK PERLU MELAKUKAN APA PUN!"



Sejak itu juga Deon berhenti berusaha maupun keluar dari kamarnya, ia bahkan tidak pernah lagi menginjakkan kakinya ke luar kamar. Apapun yang Deon lakukan tak pernah keluar dari zona kamar miliknya, ia makan dikamarnya tanpa bertemu lagi dengan keluarganya kecuali Cruel. 

Walaupun Cruel memiliki kewajiban yang harus ia kerjakan, Cruel selalu menyempatkan dirinya untuk bermain catur bersama adik kecilnya. Walaupun Cruel tau perasaannya tidak akan tersampaikan kepada Deon setidaknya ia menemaninya hingga menginjak usia 17 tahun.

Keseharian Cruel semakin sibuk seiring bertambahnya usia, tidak seperti dulu saat ia masih sempat bermain catur dengan Deon setiap hari. Sekarang jadwalnya yang padat menghentikannya untuk menjenguk sang adik yang mengurung diri di kamar. 





Kan aku buat ni cerita meng-harem, jadi........., Cruel termasuk 😁 Walaupun adek kakak, tapi sebenarnya banyak juga yang ngesip dua bocah ini.



obsessed with you (Fanfic I'm not that kind of talent)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang