Bab. 8. Rahasia

2 0 0
                                    

Menikmati sisa hidup dengan penuh syukur itu lebih  cukup dari segalanya.

~ Serpihan Ilalang ~

💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜

Suasana haru di komplek pemakaman menyelimuti keluarga Firman. Andre mengikuti prosesi pemakamannya sampai selesai, ia masih berdiri menunggu kedua perempuan yang masih setia bersimpuh di dekat makam Firman.

Kebetulan makam Firman dan Annisa masih satu komplek, hanya berjarak beberapa meter.

"Na, kamu sama Bundamu dulu ya. Papa mau ke pusara Mama Annisa sekalian, mumpung masih di sini," ucap Firman meminta izin pada putrinya.

"Nana ikut Pa!" Najwa langsung berdiri menanggapi Andre.

"Kamu besok lagi aja gapapa, sekarang temani Bundamu dulu."

"Gapapa saya di sini. Nana ikut aja," sela Zafira yang masih berkabung.

"Bunda beneran gapapa?" tanya Najwa, Zafira hanya mengangguk sebagai jawaban.

Akhirnya Andre dan Najwa berjalan ke arah makam Annisa. Kebetulan di dekat gerbang pemakaman ada yang menjual bunga, Andre sempat membelinya karena dia berniat sekalian mampir ke pusara istrinya.

"Assalamualaikum Sayang, maafkan aku lama tak mengunjungi pusaramu. Sekarang aku ke sini bareng putri kita Najwa, kamu pasti bahagia Sayang." Najwa melihat Papanya yang mulai berkaca-kaca saat mengatakan itu.

"Assalamualaikum Mama, Nana senang sekali sekarang Nana bisa ke sini sama Papa. Mama lihat kita kan di surga? Tunggu kita ya Ma." Andre tersenyum haru melihat putrinya berucap demikian.

"Nana, kita tabur bunganya ya."

"Baik Papa..." Setelah menabur bunga, Najwa dan Andre membaca surah Yasin. Dilanjut Andre memimpin doa untuk ahli kubur sebagai penutup.

Keduanya kembali ke Zafira yang kebetulan masih menunggu mereka di area pemakaman Firman.

Mereka kembali ke rumah. Andre langsung meminta izin untuk kembali ke Negaranya karena ada urusan pekerjaan mendadak yang tidak bisa ia lewatkan.

"Nana, maaf ya Papa pulang duluan. Nanti kalau kamu mau berangkat ke sana Papa jemput, kamu temani Bundamu dulu sampai 40 harian atau lebih gapapa, kuliah kamu masih ada waktu dua bulan lagi!"

"Iya Pa gapapa. Nanti Nana pasti kabari kok kalau mau berangkat..."

"Baik-baik ya di sini. Papa pamit," ucap Andre, lalu memeluk putrinya sebagai tanda perpisahan. Ia berbalik ke Arah Zafira.

"Saya turut berduka cita ya Fira. Kamu yang tabah, titip Nana."

"Terima kasih Bang! Pasti saya akan menjaga Nana. Sekarang dia satu-satunya yang bisa menemaniku saat ini. Semoga saat nanti kembali padamu, saya sudah ikhlas menerima keputusannya."

"Terima kasih selama ini kamu telah menjaga amanah istri saya. Mungkin terima kasih saja tidak cukup, kalau ada apa-apa kamu bisa hubungi saya," ucap Andre mengakhiri. Zafira hanya mengangguk sebagai tanda persetujuan.

Andre langsung pergi diantar supir keluarga Firman. Najwa tidak ikut mengantarnya ke bandara, karena Andre menyuruhnya di rumah saja menemani Zafira.

***

Berhari-hari Zafira menghabiskan waktunya bersama Najwa. Hari ini tepat tujuh hari meninggalnya Firman, ia teringat amanah terakhir yang diucapkan suaminya sebelum akhirnya Firman menghembuskan nafas terakhir.

Ia langsung membuka laci di kamar kerja Firman. Salah satu lemari rahasia suaminya yang selama ini ia tak pernah membukanya. Zafira mencari-cari kunci laci itu, membuka setiap ruang di lemari.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear AZERBAIJAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang