panitia

90 9 0
                                    


”happy graduation!”

Bunyi ledakan terdengar begitu indah. Ledakan itu berasal dari petasan mercon yang biasanya digunakan saat malam. Perayaan Hari graduation wistara High school menjadi hari yang paling meriah setelah lamanya tak diadakan lagi. Pagi ini terlihat begitu meriah bahkan Kaka kelas tingkat dulu datang untuk melihat kemeriahannya.

Seluruh anggota OSIS dan anak mpk bekerja dihari ini. Banyaknya tamu sangat membuat mereka kelelahan, rusuh sekali. Orang orang lihat mereka tampak kelelahan dalam mengurus acara, karena acara ini sepenuhnya di serahkan pada ketua mpk dan ketua OSIS. Guru tak ikut serta, karena ada tambahan panitia yang membuat mereka menghela napas lega. Tambahan anggota panitia perayaan hari graduation dibantu oleh alumni yang sangat mereka percaya.

Sementara itu ditempat lain, kini satu keluarga Cemara sedang menikmati acara Yang begitu mewah ini.
”tuh kan daa, apa Kaka bilang? Disini sekolah nya bagus mana gurunya baik baik!” lalu si bungsu berucap dengan binar mata yang melisik kemana mana.  Ia kini sedang meminta ijin dari sang bunda untuk sekolah seperti orang biasa, karena sejak tiga tahun lamanya ia hanya home schooling.

”iyadeh bunda ijinin tapi?...janji harus nurut sama bunda?” itu seperti ucapan dalam mimpinya semalam. Hari yang ia tunggu-tunggu akhirnya datang. Bahagia tentu karena tiga tahun lamanya ia hanya bisa melihat orang orang lewat dengan memakai seragam sekolah tanpa ia merasakannya sendiri.

Ia memeluk sang ibunda tercinta, dalam dekapannya ia berterimakasih. Tapi soal janji itu ia tak yakin akan menepati nya.

”jadi?...nanti kalo Kaka sekolah harus banget berangkat atau pulang sama Daniel yaa?!” ucapan beliau di angguki nya. Lagipula ia tak akan mempermasalahkan itu, meskipun terkadang ia kesal jika Daniel terlalu posesif terhadap nya.

”iya janji!” menyatukan jari kelingking dengan sang bunda senyumannya mengembang kembali. Tapi tak lama karena mendengar bunyi ponsel.

”oh....baiklah saya akan segera kesana” bundanya menerima telpon dari rumah sakit.

Beliau menatap wajah anak bungsunya dengan perasaan yang bersalah. Sementara itu ’jeandra dirgantara’ ia hanya bisa tersenyum melihatnya ia tahu bundanya akan mengatakan apa lantas dengan senyuman yang masih tertempel ia berucap pedih. ”gak papa, masih ada bang Daniel disini. Bunda pergi aja!” meskipun kecewa tapi ia tak boleh egois kan?.

Beliau yang tak bisa meninggalkan pekerjaannya lantas menyetujui ucapan sang anak bungsu. ”pulang sama Daniel ya?! Kalo bunda gak pulang suruh Daniel tidur dirumah!” itu ucapnya sebelum pergi dari hadapan sang anak.

Sekarang hanya tinggal ia sendiri, sepupunya Daniel masih sibuk mengurusi acara. Duduk dan melihat lihat acara bisa membosankan juga jika sudah lama. Lantas hanya dengan keberanian diri ia bangkit dari duduknya berniat mencari Daniel.

Menelusuri koridor sekolah, mencari cari ruangan yang mungkin ia ingat karena Daniel sendiri pernah menunjukkan tiga hari sebelum graduation.
”ish. Ini mana anak osis mana anak mpk sih?” ia memasuki ruangan yang teryata itu adalah tempat semua panitia berkumpul. Kesal karena tak menemukan Daniel disana lantas ia pergi ketempat lain.

”ini kemana sih?” dipertengahan jalan ia tiba tiba tak ingat jalan. tapi ia tak menyerah, meskipun tak ingat ia mengandalkan instingnya tak apa jika nantinya ia tersasar ia kan bisa langsung menelepon Daniel.

Berhenti di depan ruang UKS teryata tak banyak orang disana. Matanya menelisik orang orang disana, orang yang ia cari masih tak ada. Tubuhnya mulai kelelahan lantas ia berhenti sejenak. Ruang UKS ini tak jauh dari lapangan utama sekolah, masih bisa ia lihat kerumunan orang orang yang menghadiri acara. Ia menunduk melihat jam ditangan nya.

Life Too ShortTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang